Laras merasa sangat tersentuh mendengar perkataan Al. Tidak menyangka kalau masih ada orang baik yang berpikiran luas seperti Al. Dia tidak merendahkan Laras, karena bekerja sebagai wanita malam. Tetapi, yang dia lakukan adalah merendahkan pekerjaan Laras.
Berbeda antara merendahkan pendosa, dengan merendahkan dosa. Seorang pendosa bisa berubah, sedangkan dosa tidak.
"Kenapa kamu sangat baik, Al? Maksudku … ke-kenapa kamu tidak menghinaku seperti yang lainnya. Aku ini wanita malam, pekerjaan ku cuma melebarkan paha ku untuk para pria!"
Laras berbicara seadanya, belajar dari pengalaman, begitu banyak orang yang merendahkannya. Dia terheran-heran, mengapa Al tidak sama dengan mereka.
Al yang mendengar pertanyaan Laras pun hanya bisa terdiam dan tersenyum lembut. Mungkin bila bisa, dia akan memeluk Laras untuk menenangkan gadis di hadapannya ini.
"Kalau saja saya bisa memelukmu, mungkin akan saya lakukan. Tetapi, Allah melarang pria menyentuh wanita yang tidak halal baginya! Kenapa Allah melarang? Karena derajat wanita sangat tinggi di mata Allah, surga saja ada di bawah telapak kaki wanita. Generasi hebat lahir dari rahim wanita hebat. Jadi, kamu tidak perlu merasa rendah diri! Kalau kamu sadar apa yang kamu kerjakan salah, maka sesali itu dan jangan ulangi lagi!"
"Percayalah, saat kamu memilih hidup di jalan Allah dan meninggalkan jalan setan, maka Allah akan memudahkan segala urusan mu dan derajat mu lebih tinggi di hadapan Allah! Sekarang, saya mau tanya sama kamu, Laras. Apa kamu mau terus-terusan menjadi p*lacur?" tanya Al dengan nada serius, memhat gadis cantik itu menggelengkan kepalanya cepat.
Tentu saja dia tidak akan mau terus-terusan hidup menjadi p*lacur.
"Tidak, dan … aku sudah berhenti menjadi p*lacur sejak tadi malam!"
Laras memperjelas statusnya saat ini. Dia telah lama berniat berhenti dari pekerjaannya, dan tidak pernah bercita-cita menjadi wanita malam, namun, apalah daya. Dia hidup di bawah tekanan keluarga angkatnya. Mereka sangat jahat pada Laras. Tetapi, bukan berarti Laras bodoh.
Dia tampak seperti patuh, padahal dalam otaknya sudah tersusun rencana untuk kabur.
Al yang mendengarnya pun tersenyum senang. Dia bahagia mendengar Laras meninggalkan pekerjaan lamanya. Sungguh, pria itu tidak pernah mau merasa lebih baik dari orang lain.
Al tahu betul, kalau Tuhan si pendosa dan Tuhan si Alim itu sama, yaitu Allah. Mudah bagi Allah menggoda si Alim untuk berbuat dosa, begitupun sebaliknya. Mudah bagi Allah menggoda si Pendosa untuk bertaubat.
"Benarkah? Alhamdulillah ya Allah, saya senang mendengarnya. Terus setelah ini kamu akan ke mana? Pulang ke rumah?" tanya Al semangat membuat wajah Laras berubah sendu.
Rumah? Dia tidak punya. Laras hanya menyusun rencana untuk kabur dari rumah, bukan membuat rumah. Karena semua uangnya, orang tua angkatnya lah yang mengelola dan merampas haknya.
"Aku tidak punya rumah!" Laras menggelengkan kepalanya membuat Al merasa sangat iba.
"Keluarga?" tanya Al serius membuat Laras lagi dan lagi menggelengkan kepalanya cepat.
Saat ini Teuku Muhammad Al-Ghazali sangat iba pada Laras. Andai saja Laras laki-laki, dia pasti akan memeluk Laras saat ini untuk menenangkan gadis ini.
"Lalu, apa tujuan kamu sekarang?" Al bertanya lagi membuat Laras terdiam.
Dia seperti orang kebingungan, sekolah pun cuma lulusan SMP. Ibu angkatnya tidak mengijinkan Laras sekolah. Benar-benar sangat jahat wanita tua setan itu.
Uang anak yatim dia makan, semoga saja perutnya kembung dan bernanah.
"Bagaimana kalau kamu ikut saya? Saya janji, insya Allah kalau saya masih bernafas, kamu akan hidup nyaman!"
Al mengajak Laras untuk ikut bersamanya. Gadis itu menatap Al dengan sorot mata berbinar, layaknya anak kecil melihat super Hero.
"Benarkah? Kamu tidak merasa repot kalau aku ikut denganmu?" tanya Laras seriud dan menggebu-gebu.
Al tersenyum lembut. Dia menggelengkan kepalanya cepat.
"Tidak. Kalau kamu mau, saya juga ingin menawarkan pekerjaan untuk kamu!" jelas Ap membuat Laras tersenyum cerah, dia merasa seperti mendapatkan rezeki nomplok.
Ah … entah amalan apa yang di lakukan Laras, sampai-sampai bertemu dengan pria sebaik Al.
"Aku mau … sangat mau! Terima kasih, Al!" Laras memekik tertahan, dia sangat senang. Gadis itu tanpa sadar langsung menghamburkan pelukan hangat kepada Al. Membuat pria itu langsung bangkit, melepas paksa pelukan itu dan menjauh dari Laras.
Eajhanya berubah kaku dan gugup. Begitupun dengan Laras yang merasa sangat canggung. Lupa sekali kalau ptia di hadapannya ini sangat taat agama.
"Maaf, kita bukan muhrim!" ujar Al terbata-bata.
"O ow … maaf, aku lupa! Hehe."
Laras tertawa cengengesan seraya mengangkat dua jarinya. Mereka berdua pun berubah salah tingkah.
Suara pintu terbuka membuat mereka berdua langsung mengalihkan atensi ke arah pintu.
Seorang perawat berpakaian putih masuk, membawa makan malam dan obat-obatan untuk Laras.
"Silahkan makan malamnya, Mbak. Kata dokter Mbak pingsan karena kelaparan dan dehidrasi. Dan ini salep untuk menghilangkan memar di tubuh, Mbak. Di pakai waktu malam hari saja, biar salepnya cepat bekerja, karena kalau siang, pasti banyak aktivitas! Dan … khusus salep yang ini! Di pakai di bagian v*g*na dan lubang an*s agar memar dan nyeri nya hilang!"
Perawat menjelaskan secara gamblang membuat wajah Al memerah, merah karena malu, tetapi, lebih dominan, karena amarah terpendam.
Bajingan mana yang tega menggauli gadis secara brutal, seperti binatang. Bahkan, lebih parah dari binatang. Sebenarnya, Al sangat penasaran dengan kati diri Laras. Tetapi, dia tidak berani bertanya, karena takut membuat Laras tak nyaman dengan nya.
Sang perawat menatap iba wajah Parah yang lebam. Para tim medis geger saat Aku membawa Laras, karena luka di tubuhnya sangatlah parah. Tak sedikit parawat wanita menangis, karena sedih melihat kondisi Laras.
"Baik, Sus. Terima kasih," balas Laras tersenyum lembut.
"Sama-sama."
Sang perawat ingin pergi, namun dia mengurungkan niatnya. Wanita dewasa itu berbalik menatap Laras.
"Mbak, mau melakukan visum? Kalau mbak mau, kami akan melakukan nya secara gratis, kebetulan suami saya polisi! Kalau Mbak mau, saya dan suami bisa bantu, Mbak buat tangkap pelaku!"
Perawat itu mengeluarkan uneg-uneg nya. Sebagai wanita dia tidak bisa diam saja saat melihat wanita lain tertindas.
Laras menggelengkan kepalanya cepat, dia sendiri tidak berniat menuntut Pak Arif, karena yang salah itu keluarga angkatnya. Pak Arif juga membayar banyak karena telah memakai tubuhnya.
"Tidak apa-apa, Sus! Terima kasih sudah peduli dengan saya!"
"Tapi, Mbak."
"Sus, tidak apa-apa! Ada saya yang akan melindunginya mulai saat ini!" sela Al dengan penuh keyakinan membuat suster itu sedikit tenang. Karena mereka semua mengenal siapa Teuku Muhammad Al-Ghazali.
Suster itu pun keluar dari sana. Al menatap lekat wajah Laras, membuat gadis itu salah tingkah.
"Apa kamu mau bekerja?" tanya Al serius.
"Mau, kerja apa?" Laras mendongak memberanikan diri menatap Al.
"Jadi, istriku, mau?" tawar Al cepat membuat Laras terkejut bukan main.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
jiah semudah itu..kok bisa gmn carane ktmu org baik n nasib baik
2023-12-08
1
revinurinsani
eum paham agama tapi kok terus berduaan yac
2023-11-24
0
Adelia Rahma
wah Laras tawar pekerjaan jadi istrinya
2023-10-24
0