Pria Berdasi VS Pria Sholeh

Laras hanya bisa mengepalkan tangannya erat. Dia berdoa dalam hati agar pria itu tidak datang ke mejanya. Malu sekali kalau sampai sang suami bertemu dengan mantan klien nya. Laras semakin terhina bila itu terjadi.

"Ya Allah, tolong jangan pertemukan kami," lirih Laras dalam hati.

Pria paruh baya itu tersenyum manis, dia melangkah mendekati meja Laras. Saat ini dia tepat berada di dekat Laras.

"Apa kabar, Babe?" Pria bernama Broto itu menyapa dan ingin menyentuh pipi Laras, namun Al-Ghazali yang melihatnya segera bangkit dan mencekal tangan pria itu.

"Jangan sentuh istri saya!" tegas Al-Ghazali dengan nada penuh penekanan. Pria tampan itu menatap tajam Broto, yang membalas menatap tajam dirinya. Mereka berdua saling beradu pandang. Broto menelisik Al-Ghazali dari atas hingga bawah. Fia tersenyum sinis.

Pria itu segera menarik tangannya, membuat Al-Ghazali melepaskan cekalannya. Dia tertawa kecil, lalu kembali menatap Laras yang kini telah berpakaian syar'i.

Ah … rasanya sangat lucu bagi Broto. Bayangkan saja, wanita yang dulunya mengangkang lebar demi mendapatkan rupiah. Kini telah hijrah berpakaian syar'i.

Ha ha … tidak dapat dipercaya. Sungguh menggelikan bagi Broto.

"Babe, apa dia klien baru mu? I mean … klien mu sekarang bukan hanya pengusaha, tapi, juga ustadz? Really? Oh God .. ha ha … tidak salah kita tinggal di akhir zaman, karena ternyata seorang ustadz juga suka isi celana wanita bayaran!"

Broto berkata sarkas, sambil tertawa mengejek. Sontak saja perkataan Broto mampu membuat semua pengunjung di restoran yang berada di lantai bawah itu langsung mengalihkan atensi ke arah mereka. Terkejut pastinya mendengar ucapan Broto.

Sedangkan, Laras sudah Tremor. Tangannya gemetar, wajahnya pucat pasi. Bukan karena malu, tetapi, dia lebih memikirkan harga diri suaminya yang pasti akan tercoreng, bila orang-orang tahu punya istri mantan gundik.

Al-Ghazali mengepalkan tangannya erat. Dia menatap Broto dengan sorot mata tajam, telinganya panas mendengar hinaan yang keluar dari lisan Broto untuk istrinya.

Sekuat mungkin pria itu menahan diri agar tak meledak-ledak.

"Diamlah, Tuan. Berkatalah yang baik-baik saja. Malulah dengan pakaian Anda yang tampak rapi dengan dasi."

Al-Ghazali berusaha berbicara sopan. Meski amarah dalam hatinya sudah sangat membara. Ingin sekali dia meninju mulut Briti, namun dia berusaha untuk tetap menjaga amarah. Agar setan tidak berhasil menguasai tubuhnya.

Broto yang mendengar jawaban Al-Ghazali langsung merubah ekspektasi wajahnya menjadi datar. Dia merasa tersindir dengan kata-kata pria di hadapannya ini.

"Diamlah, Anak Muda. Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa, dan malulah dengan pakaianmu yang tampak seperti ahli agama, tetapi, kelakuanmu berbanding terbalik, karena mengencani pel*cur murahan yang pernah kutiduri!" balas Broto dengan kata-kata sarkasnya membuat Al-Ghazali tersenyum tipis.

"Anda baru saja mengaku kalau pernah berlaku kurang ajar, dengan meniduri wanita lain. Padahal, Anda sudah punya anak dan istri. Lalu, Anda menuduh saya tidur dengan pel*cur? Ha ha … Tuan. Anda sungguh lucu, Anda baru menuduh saya, bukan membuktikan saya tidur dengan pel*cur. Sedangkan, Anda? Anda sendiri baru membuktikan kalau Anda pernah tidur dengan p*lacur. Jadi, di antara kita siapa yang harus malu dengan pakaian yang kita pakai?"

Al-Ghazali mampu membalikkan kata-kata Broto, membuat wajah pria itu merah padam, semua pengunjung yang berada di sana tersenyum kecil. Mereka semua sadar kalau di sini, Broto yang menjadi antagonis nya.

Broto menoleh ke arah mejanya. Istri dan anaknya menatap Broto dengan sorot mata kecewa. Mereka pergi dari sana meninggalkan Broto sendirian.

Broto mengepalkan tangannya erat. Dia menoleh ke arah Al-Ghazali. Menatap pria itu dengan tajam.

"Ingatlah wahai anak muda. Kalau sampah tetaplah sampah. Kotor dan menjijikkan!"

Broto menghina Laras, dia tersenyum remeh. Al-Ghazali mengepalkan tangannya erat.

"Ingatlah, Tuan. Sampah bisa didaur ulang, yang kotor bisa dibersihkan. Tetapi, hati yang kotor tidak bisa dibersihkan dengan apapun. Kecuali, dengan taqwa!" balas Al-Ghazali kembali membuat Broto kesal. Pria tua itu langsung beranjak dari sana. Dia sangat kesal dengan Al-Ghazali yang tampak tidak terkecoh dengan perkataan nya.

Broto pergi dari sana. Dia memasang wajah datar. Murka pastinya, namun, saat ingin keluar dari restoran. Seseorang menghentikan nya.

"Pak, Anda belum bayar!" tegur pelayan restoran membuat para pengunjung menertawakan Broto.

"Sial," umpat Broto dalam hati.

Sedangkan Laras dan Al-Ghazali ikut tersenyum sinis. Setelah kepergian Broto, wajah Laras tampak sangat murung. Dia terlalu malu berhadapan dengan Al-Ghazali.

Laras menundukkan kepalanya, tidak berani menatap suaminya.

"Ras, sepertinya aku butuh vitamin!" ujar Al-Ghazali tiba-tiba membuat Laras terkejut. Dia menatap wajah sang suami tak lagi menunduk.

"Untuk apa, Mas? Kamu sakit? Lemes atau apa? Biar kita beli sekarang?" tanya Laras serius dengan raut wajah khawatir.

"Iya aku lagi lemes, makanya butuh vitamin. Tapi, vitamin nya ada di kamu!" balas Al-Ghazali membuat Laras mengerutkan keningnya. Dia semakin bingung dengan jawaban suaminya.

*

*

Bersambung.

Jangan Lupa Like Komentar Dan Vote Beri Rating 5

Salem Aneuk Nanggroe Aceh

Terpopuler

Comments

Adelia Rahma

Adelia Rahma

idaman para emak emak deh Kamu Al

2023-10-24

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

singuh suami idaman banget

2023-07-26

0

Cita Ratna Wulandari

Cita Ratna Wulandari

😊😊😊👍👍👍

2023-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!