Rasanya tubuh Anne benar benar remuk. Kenapa jadi begini? padahal air sungai itu segar tapi ternyata menyimpan banyak penyakit.
"Kenapa tuan putri mau dibuatkan obat? lebih baik langsung panggil tabib kerajaan saja tuan putri."
Anne menggeleng tidak setuju.
"Berikan saja aku obat." pinta Anne dengan suara lemasnya.
"Saya mohon ijin tidak mematuhi perintah tuan putri. Saya akan segera memanggil tabib kerajaan."
Anne tidak bisa menolak karena tubuh Anne benar benar lemas sekali.
Tidak lama tabib kerajaan datang dengan nafas yang memburu.
"Selamat pagi tuan putri." tabib itu menyapa Anne terlebih dahulu.
Anne mengangguk lemah.
"Saya memohon ijin memeriksa tuan putri."
Tabib kerajaan itu mulai memeriksa keadaan Anne. Tabib itu menghela nafas lega karena Anne hanya terserang demam saja.
"Apa penyakit ini parah?" Anne bertanya.
Tabib itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Tuan putri hanya terkena demam, saya akan memberikan ramuan penurun demam." jawab tabib.
Tabib itu mulai membuat ramuan penurun demam dari tumbuh tumbuhan herbal.
Setelah itu tabib segera memberikan ramuan itu kepada dayang senior, dayang senior membantu memberikan ramuan itu kepada Anne. Anne meminum ramuan itu.
"Saya sarankan tuan putri untuk beristirahat." saran dari tabib kerajaan.
Anne mengangguk.
Setelah meminum ramuan itu Anne tertidur karena memang dirinya lemas.
Anne terbangun saat sore hari. Untungnya tubuh Anne sudah merasa enakan. Anne duduk diranjangnya. Sepi sekali kamar Anne, apakah tiga dayang yang menemaninya tidak peduli dengan Anne.
"Dayang senior." Anne memanggil dayang senior.
Dayang senior segera masuk kedalam kamar pribadi Anne.
"Ada yang bisa saya bantu tuan putri?"
Anne mengangguk. "Apa kamu tau keberadaan Ena, Sarah dan Dora?"
Dayang senior mengangguk. "Mereka bertiga diliburkan tuan putri, karena putri sakit jadi dayang yang bertugas berkurang."
"Saya ingin mereka ada disini menemani saya dayang senior." ungkap Anne.
"Baik tuan putri." dayang senior mulai meninggalkan kamar Anne.
Tidak lama datanglah Ena, Sarah dan Dora. Anne tersenyum melihat kedatangan mereka. Dayang senior pamit undur diri.
Melihat dayang senior sudah pergi tiba tiba ketiga dayang itu sujud dihadapan Anne.
"Kalian kenapa?" Anne yang bingung langsung bertanya.
"Maafkan kami tuan putri, karena kami tuan putri menjadi sakit. kami akan berhati hati lagi." jawab Ena.
Anne tersenyum. "Ini bukan kesalahan kalian, lagi pula aku yang memaksa kalian untuk mandi disungai, seharusnya aku yang minta maaf."
Ena yang mendengar segera menggeleng.
"tuan putri tidak salah."
Mereka berempat terdiam.
"Pagi tadi kalian tidak mengunjungi kamar ku? kenapa?"
"Kalian jangan seperti itu, biasa saja." Anne memerintahkan agar Ena dan kedua sahabatnya tiga sujud dihadapan Anne.
"Baik tuan putri." jawab mereka bertiga.
Ena, Sarah, dan Dora duduk menghadap Anne.
"Aku akan mengulang pertanyaan ku. Jadi pagi tadi kalian kemana? kenapa tidak ada disini?"
"Kami tadi merasa bersalah, jadi lebih baik kami pergi dari hadapan tuan putri."
"Kenapa kalian merasa bersalah? kan aku sudah bilang jika semua ini karena kemauan ku sendiri. Jadi kalian tenang saja." ungkap Anne.
Ena, Sarah dan Dora tersenyum, baik sekali putri Anne berbeda dengan anggota keluarganya yang lain.
"Terima kasih atas kemurahan anda tuan putri."
Anne tersenyum kemudian mengangguk.
"Apakah makanan ringan sudah disiapkan? perutku lapar sekali padahal dari pagi tadi aku cuman tidur." ucap Anne.
"Sebentar, saya akan mengambilnya tuan putri." ucap Dora.
Dora meninggalkan kamar Anne.
Sekitar 5 menit Dora kembali masuk kedalam kamar Anne dengan membawa nampan berisi banyak makanan pencuci mulut.
"Silakan tuan putri dimakan." Dora meletakan nampan itu diatas meja Anne
"Terima kasih Dora." ucap tulus Anne.
Anne mengambil satu persatu makanan pencuci mulut.
Karena masih ada ketiga dayang, Anne menatap mereka. Apa Anne perlu berbagi makanan dengan mereka? tapi apakah mereka akan menerima makanan dari Anne. Lebih baik ditanyakan dulu saja.
"Kalian kalau ingin memakan makanan ku ambil saja." ungkap Anne.
Ena dan kedua sahabatnya menggeleng.
"Kenapa? apa kalian tidak suka makanan ini?"
Ena dan kedua sahabatnya kembali menggeleng.
"Tidak tuan putri. kami tidak pantas memakan makanan milik tuan putri."
"Kenapa? kalian takut kena marah oleh dayang senior?"
Ena, Sarah dan Dora mengangguk secara bersamaan.
Anne mendekatkan jarak duduknya, mendekat kepada para dayang.
"Kalian makan saja, tapi diam diam. Aku juga tidak akan mempermasalahkan."
Ena, Sarah dan Dora menggeleng.
"Tapi kami merasa kurang sopan jika memakan makan yang sama dengan tuan putri." ungkap Ena.
Anne mengerucutkan bibirnya.
"Aku sudah bilang bukan? aku tidak mempermasahkan."
Anne menggeser piring berisi makanan.
"Silakan makan."
Ena, Sarah dan Dora mengangguk.
Mereka saling pandang karena memang mereka masih merasa kurang sopan. Dora menjadi yang pertama mencoba makanan tuan putri. Mata Dora berbinar.
"Wah makanannya benar benar enak." puji Dora.
Anne tersenyum senang karena bisa berbagi dengan orang lain.
"Kalian harus mencoba juga." Anne menawarkan kepada Ena dan Sarah.
Ena dan Sarah mengambil makanan milik Anne, mereka mulai menyicipi makanan milik Anne.
"Bagaimana rasanya?" Anne bertanya.
"Enak tuan putri." jawab Sarah. Ena mengangguk setuju dengan perkataan dari Sarah.
"Kalian lanjutlah makan."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi harinya Anne sudah bersiap untuk keluar dari kediamannya.
Anne berjalan keluar dari kamarnya, Anne langsung disambut oleh para dayang.
"Selamat pagi tuan putri." ucap semua para dayang.
Anne tersenyum.
"tuan putri pagi pagi sudah keluar kamar, apakah ada sesuatu yang akan dilakukan tuan putri pagi ini?" Dayang senior bertanya.
"Aku hanya ingin berjalan jalan disekitar kerajaan." jawab Anne.
"Apa perlu ditemani para dayang?" dayang senior menawarkan.
Anne terdiam sebentar sedang memikirkan tawaran dari Dayang senior.
"Baiklah aku hanya butuh sedikit. jangan terlalu banyak."
dayang senior mengangguk. "Baik tuan putri."
Para dayang mulai berbaris rapi. Masih ada dayang yang menjaga kediaman Putri Anne. Mereka terbagi menjadi dua.
"Kalian ikuti saja langkah ku." perintah dari Anne yang dipatuhi langsung oleh para dayang.
Anne mulai melangkah menjauh dari kediamannya.
Sepertinya tujuan pertama Anne hari ini adalah taman bunga.
Anne melangkah dengan anggun. Banyak para menteri terpesona melihat Anne.
"Apa dia adalah putri Anne?" Menteri Kega bertanya.
Menteri lainnya mengangguk.
"Sekarang Yang mulia hanya memiliki dua orang putri, dan sudah pasti dayang dayang itu mengikuti putri."
Menteri Kega mengangguk anggukan kepalanya.
"Dia pasti jadi ancaman Dekieta untuk naik tahta."
Menteri Togo menoleh menatap Menteri Kega dengan kerutan didahinya.
"Putri Dekieta tidak akan naik menjadi seorang pemimpin kerajaan ataupun Ratu,"
"Anak dari putri Dekietalah yang pantas menjadi pemimpin. Putri Dekieta sepertinya dimasa depan akan menjadi ibu suri." lanjut Menteri Togo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments