Deux

Anne menatap kearah pepohonan.

"Apa aku bisa hidup diluaran sana?" Anne kembali bertanya kepada Tuv.

Kaki Anne berhenti melangkah saat sudah sampai dipelantaran kediaman Selir Hari. Pertanyaan Anne untuk Tuv pun belum terjawab.

Seorang pelayan datang mendekati Anne.

"Anda siapa? apakah sudah janjian dengan yang mulia?" pelayan itu bertanya. Banyak pelayan yang belum mengetahui bahwa Anne adalah seorang putri karena memang Anne tidak pernah keluar dari kediamannya.

"Aku bangsawan biasa. Aku memang belum janji bertemu Yang mulia sebelumnya, tapi pasti Yang mulia Selir Hari mau bertemu dengan aku. katakan saja Anne ingin bertemu dengan Selir Hari." ucap Anne.

Tuv memegang tangan Anne. "Yang mulia, kenapa kamu mengatakan hanya seorang bangsawan biasa?" tentunya Tuv tidak setuju dengan perkataan Anne.

Anne melepaskan genggaman tangan Tuv. "Tidak apa apa Tuv, lagian sebentar lagi sepertinya aku hanya seorang bangsawan biasa."

Pelayan itu mengangguk. "Baiklah kalau begitu anda bisa menunggu disini sampai yang mulia Selir Hari menyetujui bertemu dengan anda." setelah itu pelayan itu masuk kedalam kediaman Selir Hari.

Selir Hari sedang menata bunga disalah satu vas didalam kamarnya. Pelayan yang tadi bertemu dengan Anne mengetuk pintu.

"Masuk." Selir Hari memerintah pelayan itu untuk masuk.

Pelayan itu mulai memasuki kamar Selir Hari. Sebelum mengatakan maksudnya masuk kedalam kamar Selir, terlebih dahulu pelayan itu memberikan hormat kepada Selir Hari.

"Ada apa?" Selir Hari bertanya.

"Seseorang yang bernama Anne ingin bertemu dengan anda, nyonya." jawab pelayan itu.

Sontak perkataan pelayan itu membuat Selir Hari kaget.

"Ane? dia beneran Ane? apakah yang ingin bertemu dengan aku adalah seorang anak kecil perempuan yang memiliki kalung berlian berwarna merah?" Selir Hari bertanya untuk memastikan.

Pelayan itu menggeleng. "Nona itu bukan anak kecil nyonya, nona itu sudah sebesar Yang Mulia Putri mahkota Kieta. Nona itu juga memiliki kalung merah berlian."

Selir Hari terdiam lalu Selir Hari memandang sekeliling kamarnya. "Benar, dia pasti sudah tumbuh besar. Lama sekali aku tidak pernah mengunjunginya ." gumam Selir Hari.

"Kalau begitu biarkan dia masuk, aku akan menemuinya diruang depan."

"Baik nyonya." Pelayan itu bangkit dan berdiri setelah itu kembali memberikan hormat kepada Selir Hari, setelah itu pelayan itu keluar dari kamar Selir Hari.

Selir Hari bangkit dan melangkah keluar dari kamarnya menuju keruang depan.

Anne sedang duduk duduk dipinggiran tangga. Datanglah pelayan tadi yang bertanya kepada Anne.

"Nona muda, silakan masuk." Pelayan itu mempersilahkan Anne untuk masuk.

Anne tersenyum kemudian mengikuti langkah dari pelayan itu untuk masuk kedalam kediaman Selir Hari.

Anne masuk kedalam ruangan, Anne tidak tau ini ruangan apa. Tuv tidak boleh ikut masuk dan pelayan itu hanya mengantarkan Anne sampai didepan pintu.

Anne menatap lurus, terkejut karena baru pertama kali menatap wajah dari Selir Hari setelah sekian lama.

"Apakah kau benar benar Anne? yang selalu terkurung diistana mu sendiri?,"

"Kenapa kamu tidak memberi aku penghormatan padahal tingkat mu lebih rendah dari ku." lanjut Selir Hari.

Anne tidak menjawab perkataan dari Selir Hari, Anne memberikan penghormatan kepada Selir Hari.

"Saya Anne yang pernah anda tarik tangannya menuju ke danau istana." ungkap Anne.

Selir Hari tersenyum. "Saya tau, sebab karena itu Saya membiarkan mu masuk kedalam istana ku,"

"Saya kaget melihat penampilan mu sekarang, kau sudah seperti seorang putri sekarang." lanjut Selir Hari.

Anne tersenyum tapi tidak bisa menatap wajah Selir Hari karena memang begitu peraturan dari kerajaan, terlebih ternyata Anne selalu ketakutan melihat wajah Selir Hari setelah kejadian menuju danau itu.

"Setiap hari saya berdoa agar saya bisa bertumbuh besar tanpa kehadiran orang tua ku disamping ku." ucap Anne.

"Sepertinya orang tua mu Ratu Rimba memang tidak memperdulikan mu karena kamu bukan seorang putri dengan tingkat tinggi, padahal kamu anak dari seorang Ratu tapi ternyata kamu bahkan memiliki tingkatan rendah untuk seorang putri." ucap Selir Hari.

Anne menggeleng. "Saya disini bukan untuk mendengar kalimat itu karena memang Saya sudah tau dari awal, saya disini hanya ingin berterima kasih karena Yang mulia Sudi untuk meminta saya seorang putri tingkat rendah untuk bebas dari istana ku." ungkap Anne.

Selir Hari tidak mengatakan kalimat apapun setelah Anne mengatakan itu.

"Kalau begitu saya ijin pamit." ucap Anne.

Selir Hari menatap Anne yang sudah siap untuk pergi.

"Baiklah silakan pergi, ouh apakah kamu akan pergi ke Yang mulia raja dan ratu setelah ini?" Selir Hari bertanya kepada Anne.

Anne menggeleng. "Saya tidak ingin mengunjungi Yang mulia raja. Saya hanya ingin bertemu dan memberi salam kepada Yang mulia ratu ibuku." ungkap Anne.

"Kenapa kamu tidak ingin menemui ayah kandung mu sendiri?" Selir Hari bertanya.

"Sejak saya bayi sampai saya sebesar sekarang, saya tidak pernah melihat wajah Yang Mulia Raja, saya hanya mendengar berita berita tentang kewibawaan dan kejayaan Ayah kandung ku sendiri, dan saya tidak mau mengetahui bagaimana elok wajahnya karena saya takut kalau nanti saya menginginkan kasih sayang kedua orang tua saya." ungkap Anne.

"Kalau kau hanya menginginkan kasih sayang kedua orang tua mu maka tidak apa apa selagi kamu belum punya ambisi untuk merebut tahta dari tangan putri Kieta." ucap Selir Hari.

Anne menggeleng. "Saya tidak mempunyai ambisi itu kecuali ada satu hal yang membuat ambisi itu muncul. Tapi sekarang tenang saja saya hanyalah seorang putri dengan tingkat rendah. Kalau begitu saya pamit." Anne memberi hormat kemudian pergi berlalu meninggalkan kediaman Selir Hari.

Selanjutnya Anne menuju ke kediaman Ratu Rimba. Pelayan Ratu Rimba memberikan hormat kepada Anne karena kebanyakan dari mereka tau bahwa Anne adalah seorang putri.

"Princess Anne? ada perlu apa Yang mulia kesini?" kepala pelayan bertanya kepada Anne.

Anne tersenyum, "Saya ingin bertemu dengan Yang Mulia Ratu." Jawab Anne.

"Silakan mengikuti saya Yang mulia, sepertinya Yang mulia ratu juga ingin bertemu dengan Yang Mulia." ungkap ketua pelayan.

"Baik." Anne mengikuti langkah dari kepala pelayan yang sudah tua renta itu, kenapa kepala pelayan tidak pernah berganti sejak bertahun tahun yang lalu.

Kepala pelayan menghentikan langkahnya, kemudian kepala pelayan menatap Anne. "Maaf yang mulia, saya harus meminta ijin terlebih dahulu ke Yang Mulia Ratu, apakah Yang Mulia Sudi untuk menunggu?" Kepala pelayan bertanya kepada Anne.

"Saya akan menunggu." jawab Anne.

"Kalau begitu saya pamit." kepala pelayan memberikan hormat kepada Anne.

Tidak lama kepala pelayan itu kembali menemui Anne.

"Silakan Yang Mulia anda bisa bertemu dengan Yang Mulia Ratu."

"Terima kasih." Anne masuk sendirian didalam kamar Ratu Rimba.

Episodes
1 Un
2 Deux
3 trois
4 quatre
5 cinq
6 six
7 Sept
8 huit
9 neuf
10 dix
11 onze
12 douze
13 treize
14 quatorze
15 quinze
16 seize
17 dix-sept
18 dix-huit
19 dix-neuf
20 vingt
21 Anne *
22 Anne *
23 Anne *
24 Anne *
25 Anne *
26 Anne *
27 Anne *
28 Anne *
29 Anne *
30 Anne *
31 Anne *
32 Anne *
33 Anne *
34 Anne *
35 Anne *
36 Anne *
37 Anne *
38 Anne *
39 Anne *
40 Anne *
41 Anne *
42 Anne *
43 Anne *
44 Anne *
45 Anne *
46 Anne *
47 Anne *
48 Anne *
49 Anne *
50 Anne*
51 Anne *
52 Anne *
53 Anne *
54 Anne *
55 Anne *
56 Anne *
57 Anne *
58 Anne *
59 Anne *
60 Anne *
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Un
2
Deux
3
trois
4
quatre
5
cinq
6
six
7
Sept
8
huit
9
neuf
10
dix
11
onze
12
douze
13
treize
14
quatorze
15
quinze
16
seize
17
dix-sept
18
dix-huit
19
dix-neuf
20
vingt
21
Anne *
22
Anne *
23
Anne *
24
Anne *
25
Anne *
26
Anne *
27
Anne *
28
Anne *
29
Anne *
30
Anne *
31
Anne *
32
Anne *
33
Anne *
34
Anne *
35
Anne *
36
Anne *
37
Anne *
38
Anne *
39
Anne *
40
Anne *
41
Anne *
42
Anne *
43
Anne *
44
Anne *
45
Anne *
46
Anne *
47
Anne *
48
Anne *
49
Anne *
50
Anne*
51
Anne *
52
Anne *
53
Anne *
54
Anne *
55
Anne *
56
Anne *
57
Anne *
58
Anne *
59
Anne *
60
Anne *
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!