Anne menatap kearah pepohonan.
"Apa aku bisa hidup diluaran sana?" Anne kembali bertanya kepada Tuv.
Kaki Anne berhenti melangkah saat sudah sampai dipelantaran kediaman Selir Hari. Pertanyaan Anne untuk Tuv pun belum terjawab.
Seorang pelayan datang mendekati Anne.
"Anda siapa? apakah sudah janjian dengan yang mulia?" pelayan itu bertanya. Banyak pelayan yang belum mengetahui bahwa Anne adalah seorang putri karena memang Anne tidak pernah keluar dari kediamannya.
"Aku bangsawan biasa. Aku memang belum janji bertemu Yang mulia sebelumnya, tapi pasti Yang mulia Selir Hari mau bertemu dengan aku. katakan saja Anne ingin bertemu dengan Selir Hari." ucap Anne.
Tuv memegang tangan Anne. "Yang mulia, kenapa kamu mengatakan hanya seorang bangsawan biasa?" tentunya Tuv tidak setuju dengan perkataan Anne.
Anne melepaskan genggaman tangan Tuv. "Tidak apa apa Tuv, lagian sebentar lagi sepertinya aku hanya seorang bangsawan biasa."
Pelayan itu mengangguk. "Baiklah kalau begitu anda bisa menunggu disini sampai yang mulia Selir Hari menyetujui bertemu dengan anda." setelah itu pelayan itu masuk kedalam kediaman Selir Hari.
Selir Hari sedang menata bunga disalah satu vas didalam kamarnya. Pelayan yang tadi bertemu dengan Anne mengetuk pintu.
"Masuk." Selir Hari memerintah pelayan itu untuk masuk.
Pelayan itu mulai memasuki kamar Selir Hari. Sebelum mengatakan maksudnya masuk kedalam kamar Selir, terlebih dahulu pelayan itu memberikan hormat kepada Selir Hari.
"Ada apa?" Selir Hari bertanya.
"Seseorang yang bernama Anne ingin bertemu dengan anda, nyonya." jawab pelayan itu.
Sontak perkataan pelayan itu membuat Selir Hari kaget.
"Ane? dia beneran Ane? apakah yang ingin bertemu dengan aku adalah seorang anak kecil perempuan yang memiliki kalung berlian berwarna merah?" Selir Hari bertanya untuk memastikan.
Pelayan itu menggeleng. "Nona itu bukan anak kecil nyonya, nona itu sudah sebesar Yang Mulia Putri mahkota Kieta. Nona itu juga memiliki kalung merah berlian."
Selir Hari terdiam lalu Selir Hari memandang sekeliling kamarnya. "Benar, dia pasti sudah tumbuh besar. Lama sekali aku tidak pernah mengunjunginya ." gumam Selir Hari.
"Kalau begitu biarkan dia masuk, aku akan menemuinya diruang depan."
"Baik nyonya." Pelayan itu bangkit dan berdiri setelah itu kembali memberikan hormat kepada Selir Hari, setelah itu pelayan itu keluar dari kamar Selir Hari.
Selir Hari bangkit dan melangkah keluar dari kamarnya menuju keruang depan.
Anne sedang duduk duduk dipinggiran tangga. Datanglah pelayan tadi yang bertanya kepada Anne.
"Nona muda, silakan masuk." Pelayan itu mempersilahkan Anne untuk masuk.
Anne tersenyum kemudian mengikuti langkah dari pelayan itu untuk masuk kedalam kediaman Selir Hari.
Anne masuk kedalam ruangan, Anne tidak tau ini ruangan apa. Tuv tidak boleh ikut masuk dan pelayan itu hanya mengantarkan Anne sampai didepan pintu.
Anne menatap lurus, terkejut karena baru pertama kali menatap wajah dari Selir Hari setelah sekian lama.
"Apakah kau benar benar Anne? yang selalu terkurung diistana mu sendiri?,"
"Kenapa kamu tidak memberi aku penghormatan padahal tingkat mu lebih rendah dari ku." lanjut Selir Hari.
Anne tidak menjawab perkataan dari Selir Hari, Anne memberikan penghormatan kepada Selir Hari.
"Saya Anne yang pernah anda tarik tangannya menuju ke danau istana." ungkap Anne.
Selir Hari tersenyum. "Saya tau, sebab karena itu Saya membiarkan mu masuk kedalam istana ku,"
"Saya kaget melihat penampilan mu sekarang, kau sudah seperti seorang putri sekarang." lanjut Selir Hari.
Anne tersenyum tapi tidak bisa menatap wajah Selir Hari karena memang begitu peraturan dari kerajaan, terlebih ternyata Anne selalu ketakutan melihat wajah Selir Hari setelah kejadian menuju danau itu.
"Setiap hari saya berdoa agar saya bisa bertumbuh besar tanpa kehadiran orang tua ku disamping ku." ucap Anne.
"Sepertinya orang tua mu Ratu Rimba memang tidak memperdulikan mu karena kamu bukan seorang putri dengan tingkat tinggi, padahal kamu anak dari seorang Ratu tapi ternyata kamu bahkan memiliki tingkatan rendah untuk seorang putri." ucap Selir Hari.
Anne menggeleng. "Saya disini bukan untuk mendengar kalimat itu karena memang Saya sudah tau dari awal, saya disini hanya ingin berterima kasih karena Yang mulia Sudi untuk meminta saya seorang putri tingkat rendah untuk bebas dari istana ku." ungkap Anne.
Selir Hari tidak mengatakan kalimat apapun setelah Anne mengatakan itu.
"Kalau begitu saya ijin pamit." ucap Anne.
Selir Hari menatap Anne yang sudah siap untuk pergi.
"Baiklah silakan pergi, ouh apakah kamu akan pergi ke Yang mulia raja dan ratu setelah ini?" Selir Hari bertanya kepada Anne.
Anne menggeleng. "Saya tidak ingin mengunjungi Yang mulia raja. Saya hanya ingin bertemu dan memberi salam kepada Yang mulia ratu ibuku." ungkap Anne.
"Kenapa kamu tidak ingin menemui ayah kandung mu sendiri?" Selir Hari bertanya.
"Sejak saya bayi sampai saya sebesar sekarang, saya tidak pernah melihat wajah Yang Mulia Raja, saya hanya mendengar berita berita tentang kewibawaan dan kejayaan Ayah kandung ku sendiri, dan saya tidak mau mengetahui bagaimana elok wajahnya karena saya takut kalau nanti saya menginginkan kasih sayang kedua orang tua saya." ungkap Anne.
"Kalau kau hanya menginginkan kasih sayang kedua orang tua mu maka tidak apa apa selagi kamu belum punya ambisi untuk merebut tahta dari tangan putri Kieta." ucap Selir Hari.
Anne menggeleng. "Saya tidak mempunyai ambisi itu kecuali ada satu hal yang membuat ambisi itu muncul. Tapi sekarang tenang saja saya hanyalah seorang putri dengan tingkat rendah. Kalau begitu saya pamit." Anne memberi hormat kemudian pergi berlalu meninggalkan kediaman Selir Hari.
Selanjutnya Anne menuju ke kediaman Ratu Rimba. Pelayan Ratu Rimba memberikan hormat kepada Anne karena kebanyakan dari mereka tau bahwa Anne adalah seorang putri.
"Princess Anne? ada perlu apa Yang mulia kesini?" kepala pelayan bertanya kepada Anne.
Anne tersenyum, "Saya ingin bertemu dengan Yang Mulia Ratu." Jawab Anne.
"Silakan mengikuti saya Yang mulia, sepertinya Yang mulia ratu juga ingin bertemu dengan Yang Mulia." ungkap ketua pelayan.
"Baik." Anne mengikuti langkah dari kepala pelayan yang sudah tua renta itu, kenapa kepala pelayan tidak pernah berganti sejak bertahun tahun yang lalu.
Kepala pelayan menghentikan langkahnya, kemudian kepala pelayan menatap Anne. "Maaf yang mulia, saya harus meminta ijin terlebih dahulu ke Yang Mulia Ratu, apakah Yang Mulia Sudi untuk menunggu?" Kepala pelayan bertanya kepada Anne.
"Saya akan menunggu." jawab Anne.
"Kalau begitu saya pamit." kepala pelayan memberikan hormat kepada Anne.
Tidak lama kepala pelayan itu kembali menemui Anne.
"Silakan Yang Mulia anda bisa bertemu dengan Yang Mulia Ratu."
"Terima kasih." Anne masuk sendirian didalam kamar Ratu Rimba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments