Le Trône De Sang De La Chaise De La Reine
Seorang wanita dengan paras cantik sedang melihat pemandangan danau istana.
"Danau ini jernih sekali." ucap Anne.
"Benar bukan Tuv?" Anne bertanya kepada pelayannya.
"Benar tuan putri." jawab Tuv.
Anne memperhatikan Danau didalam istana.
"Menurutku sejarah pembuatan danau ini juga indah bukan princess Anne?" Dekieta dengan gaun panjangnya datang mendekat kearah Anne.
Anne menoleh kearah Dekieta, Anne juga menunduk didepan Dekieta diikuti oleh pelayan Anne, Anne menunduk kepada Dekieta karena memang posisi Dekieta diatas posisi Anne.
"Ku kira seorang Princess Anne tidak akan lagi menginjakan kaki di Danau ini."
"Kenapa muka Princess muram saat datang ke danau ini? apakah ada sesuatu yang mengganjal didalam hati mu Princess?" Dekieta memasang muka mengejek didepan Anne.
Ingatan masa lalu berjalan diotak cerdas milik Anne.
"Selir Hari aku mau dibawa kemana?" Anne meronta ronta saat tangannya ditarik oleh Hari.
"Selir Hari lepas kan tangan ku, atau aku akan melaporkan perbuatan mu kepada yang mulia." Anne kecil kecil sudah bisa mengancam seorang Selir.
Selir Hari melepaskan paksa tangan Anne. "Seorang anak kecil seperti mu yang hanya berpangkat princess akan melaporkan Selir kepada yang mulia? Kau pasti akan kalah dan kamu yang akan dihukum didepan yang mulia." jawaban dari Selir Hari.
"Kemana semua pelayan ku?" Anne menangis karena ketakutan dengan sikap Selir Hari.
"Tolong Selir lepaskan tangan ku, aku tidak berbuat salah."
"Cepat ikuti aku saja." Selir Hari kembali menarik tangan Anne.
Anne melihat ada Dekieta yang sedang berada dibelakang pintu ruang Anne.
"Princess Kieta tolong aku." Anne meminta tolong kepada Dekieta.
Dekieta sama sekali tidak beranjak dan hanya menonton kejadian Anne ditarik paksa oleh Selir Hari.
Anne sekarang tidak bisa melawan, disepanjang jalan tidak ada pelayan selain dari pelayan dari Selir Hari yang mengikuti mereka.
Ternyata Anne dibawa disebuah Danau. Anne tidak pernah tau jika diistana ada Danau karena memang Anne tidak pernah diijinkan keluar oleh Raja Artira.
"Kamu lihat baik baik Princess Anne, Danau ini dibuat karena kelahiran Princess Kieta." ucap Selir Hari.
Anne menatap Selir Hari dengan tatapan kebingungan. "Lalu apa hubungannya dengan aku yang dibawa Selir disini secara paksa!?" Anne meninggikan suaranya.
"Karena aku mendengar kamu akan mengambil ahli posisi Putri mahkota,"
Selir Hari menarik tangan dari putri Anne, bahkan Selir Hari sedikit menekan permukaan kulit tangan milik Anne. Anne bahkan merasa kesakitan.
"Kamu memang anak dari Ratu, tapi jangan coba coba mengambil posisi dari Kieta. Atau kamu bakal tau akibatnya." Selir Hari mengancam Anne.
Selir Hari melangkah meninggalkan Anne yang menangis didanau sendirian, bahkan tidak ada satu pelayanpun yang menjaga Anne.
Mata Anne memperhatikan danau.
"Padahal aku seorang putri tapi mengapa aku selalu tidak dianggap?" gumam Anne.
Anne berdiam diri didekat danau, Anne berusaha untuk menormalkan emosinya.
Setelah merasa tenang, Anne kembali kedalam kediamannya.
Didepan pintu kediamannya sudah ada Ratu Rimba yang menatap kedatangan Anne dengan muka memerah emosi.
"Princess Anne, apakah kamu pernah belajar tentang tata Krama?" Ratu Rimba bertanya dengan suara lembutnya.
Anne yang menunduk kemudian menatap wajah Ratu Rimba.
"Aku sedang belajar Ratu, tapi sesuatu menganggu ku." Anne menjawab.
Ratu Rimba mendekat kepada Anne.
Ratu Rimba mengelus rambut dari Anne. Kemudian Ratu Rimba melepaskan kaitan perhiasan rambut diatas rambut Anne.
"Bukannya aku pernah memberitahu kepada kamu, akalu kamu tidak boleh satu kali pun meninggalkan kediaman mu, tapi kenapa kamu melanggarnya Princess Anne?"
"Kalau kau melanggar peraturan maka kamu tidak bisa menjadi seorang putri lagi." lanjut Ratu Rimba.
Anne menundukkan kepalanya karena takut kepada Ratu.
Ratu Rimba mengelus rambut dari Anne. "Besok pagi kamu tidak akan mendapatkan jatah makanan, kamu hanya bisa makan saat malam hari. Sekarang kembalilah ke kamar dan istirahat lah." Ratu Rimba bersama dengan pelayanan nya meninggalkan Anne.
Pelayan Anne baru datang setelah kepergian Ratu Rimba.
Anne berjalan menuju kedalam kamarnya, setelah itu Anne bercermin. Datang salah satu pelayan dari Anne.
"Malam ini Princess masih bisa makan kok, makan yang banyak yah, nanti Tuv akan datang membawa banyak camilan, jangan disisakan yah." Seorang pelayan datang dan melepaskan kaitan rambut Anne.
Anne menoleh kearah pelayan itu. "Malam ini aku beneran masih bisa makan?"
"Ya yang mulia." jawab pelayan itu.
Pelayan itu mulai melepaskan baju Anne, dan mempersiapkan Anne yang mau mandi dan beristirahat.
Anne menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum kepada Princess Dekieta. "Aku tidak pernah memasang muka muram yang mulia." jawab Anne.
Dekieta memasang senyum. "Setelah sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu, kamu baru berani kesini?" sepertinya Dekieta mengejek Anne.
"Sebenarnya saya tidak pernah kesini karena memang tidak ada waktu untuk datang kesini, Yang mulia pasti tau jika saya tidak boleh keluar dari kediaman saya. Baru setelah aturan itu dicopot saya bisa menghabiskan waktu saya disini." jawab Anne.
Dekieta menatap kearah Danau.
"Kamu tau bahwa Selir Hari yang menyarankan aturan itu untuk dicabut?" Dekieta bertanya kepada Anne.
Anne menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tau Yang mulia karena memang saya tidak diperkenankan satu kali pun untuk ikut rapat keluarga." jawab Anne.
Dekieta tersenyum. "Benar kamu jangan sampai ikut kedalam rapat keluarga, kalau mereka tau kamu lebih cerdik dari ku maka bisa bisanya kamu mempengaruhi mereka untuk memilih mu sebagai Ratu selanjutnya." ungkap Dekieta.
Anne tersenyum masam. "Walaupun mereka tau aku cerdik, mereka pasti akan menghalangi ku untuk menjadi ratu,"
"Bahkan untuk menjadi Putri mahkota saja sulit, dan keluar dari kediaman ku saja terlalu sulit. Apakah merak masih bisa memilih ku menjadi Ratu? Tentu pastinya tidak." lanjut Anne.
Dekieta kalah berdebat dengan Anne. Karena tidak mau emosinya terpancing, sebaiknya Dekieta menjauh dari Anne.
"Anne kau tidak akan menyapa Selir Hari di kediamannya? kamu tidak mau menggunakan kesempatan bebas mu itu untuk berterimakasih kepada ibu ku? Kamu seharusnya senang bisa melihat wajah ibu ku setelah sekian lama, wajah ibuku juga semakin cantik, mirip seperti mu." ucap Dekieta.
Anne mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku pamit untuk kekediaman Selir Hari." Anne menunduk hormat kepada Dekieta, setelah itu Anne pergi meninggalkan Dekieta.
"Tuv apakah kamu merasakan ketidakadilan?" Anne bertanya kepada pelayannya.
"Aku seorang putri tapi seperti bukan putri. Aku hanya seperti Selir tingkat bawah atau bahkan aku lebih dibawah mereka."
Tuv mengangguk. "Dari aku kecil aku tau jika yang mulia tidak mendapatkan keadilan diistana ini." jawab Tuv dengan suara lirih.
"Aku merasa bahwa diriku bukan keluarga kerajaan,"
"Apakah aku boleh keluar dari kerajaan ini?" Anne lanjut bertanya kepada Tuv.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mau lanjut gak nih guys?
Jangan lupa mampir ke my ketos yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Dwi Sari Usop
arti judul novelnya ap
2024-08-10
0
Hikam Sairi
baca
2024-08-02
0