douze

Tuv menghela nafas, sebaiknya Tuv bersyukur karena masih bisa makan dengan teratur. Walaupun hanya pelayan pribadi seorang nona muda tapi Tuv lumayan bahagia dengan pekerjaannya, lagian nona mudanya tidak pernah menuntut Tuv untuk selalu menjadi pelayan pribadi, yang ada Tuv dianggap teman oleh Anne.

" Tuv kamu pasti tau kan pangeran Jeha?" dayang itu bertanya kepada Tuv.

Tuv mengangguk. " Iya aku tau pangeran Jeha."

"Kamu percaya jika pangeran Jeha akan mendapatkan tahta dikerajaan ini?" dayang itu mulai bertanya.

Tuv terdiam, kemudian menggeleng.

"Pangeran Jeha adalah putra mahkota kerajaan Pole, Pangeran Jeha tidak mungkin mendapatkan tahta disini karena Pangeran Jeha sudah mendapatkan tahta dikerajaan ya sendiri." ungkap Tuv.

Para dayang itu mengangguk.

"Bukannya putri Dekieta dekat dengan pangeran Jeha, apakah putri Dekieta akan mendapatkan tahta dikerajaan pole? lalu kerajaan ini akan dipegang oleh tuan Tuv?"

Tuv segera memukul kening dayang yang berbicara.

"Jangan sembarangan bicara, pangeran Jeha kesini karena ada kepentingan dengan Yang Mulia raja, dan nona muda ku tidak tertarik dengan kekuasaan. Kalian harus ingat itu."

Para dayang itu tertawa, "tidak mungkin nona mu seperti itu, semua didunia ini pasti haus kekuasaan." ungkap dayang itu.

Tuv menggeleng tidak setuju dengan perkataan para dayang itu. " Kamu tidak mengenal Putri Anne, kalau kamu mengenal Putri Anne, pasti kamu akan tau sifat asli putri Anne."

Para dayang itu tersenyum. "Terserah kamu deh."

"Eh kalau beneran pangeran Jeha bakal jadi suaminya putri Dekieta, kalian mau taruhan gak nih?" lanjut dayang itu.

"Aku yakin sih Pangeran Jeha akan sering datang ke kerajaan ini karena ada pujaan hatinya."

Mereka bertiga tertawa lepas tidak dengan Tuv yang hanya diam. Tuv kecewa karena para dayang itu sepertinya memandang rendah Anne.

Tuv bangkit berdiri.

"Aku pergi dulu, ada banyak yang harus ku kerjakan." ucap Tuv berbohong.

Para dayang itu menatap Tuv kemudian mereka semua mengangguk.

Tuv melangkah menjauh dari rumah para dayang itu. Datang datang tadi yang berbicara dengan Tuv langsung senang karena bisa menjalankan misi dengan sukses.

Kembali diruang pribadi Ratu rimba.

Pelayan pribadi Ratu Rimba dayang membawa para dayang yang tadi pagi bersama Tuv.

Saat sudah dihadapan Ratu, mereka bertiga langsung sujud.

"Apakah benar mereka yang tadi pagi bersama mu Tuv?" Ratu Rimba bertanya kepada Tuv.

Tuv menatap para dayang itu sebentar lalu Tuv mengangguk. "Benar yang Mulia."

Ratu Rimba memperhatikan para dayang dayang itu.

"Kalian bekerja dibagian mana?"

Para dayang itu tampak gugup.

"Kami bekerja dibagian busana Yang Mulia." jawab salah satu dari mereka.

Ratu Rimba mengangguk mengerti.

Anne menatap sang ibunda dengan tatapan penuh harap. " Yang Mulia apakah anda bisa cepat memberikan solusi? Tuv tidak mungkin berbuat seperti itu, Tuv difitnah yang mulia."

Ratu rimba menatap Anne kemudian Ratu Rimba mengangguk.

"Aku tidak akan gegabah memberi keputusan Anne, aku ingin tau siapa dalang utama dibalik kejadian ini." ungkap Ratu Rimba.

Putri Dekieta yang mendengar itu panas dingin, takut jika sang Ratu mengetahui tabiat Putri Dekieta.

Ratu Rimba kembali memperhatikan para dayang itu.

"Kalian mau langsung mengaku salah? atau kalian juga mau menuduh Tuv?" Ratu Rimba sudah tau pelakunya.

Para dayang itu semakin menunduk takut.

"Maafkan kami yang mulia, kami hanya mendengar berita itu dari mulut ke mulut, kami tidak tau informan yang pertama menyebarkan berita palsu tersebut Yang Mulai, mohon jangan ampuni kami Yang Mulia." ucap salah satu dayang.

Mereka tidak mungkin jujur mengatakan jika mereka suruhan dari Dekieta, kalau mereka jujur mereka bisa mendapatkan dua kali hukuman, hukuman dari sang Ratu dan Putri Dekieta.

"Kalian tidak mungkin berbohong bukan? jika kalian berbohong maka kalian akan mendapatkan hukuman yang lebih berat." peringatan dari Ratu Rimba.

"Kami sama sekali tidak berbohong yang Mulia." jawab dayang dayang itu.

Ratu Rimba mengangguk dan menatap Anne.

"Apapun keputusan ku kalian harus menghormati." ucap Ratu Rimba.

Semua yang berada diruang pribadi Ratu Rimba mengangguk. Mereka tidak mungkin melawan keputusan ratu Rimba, tidak mungkin mereka yang biasa biasa saja melawan seorang Ratu, ujung ujungnya mereka masuk penjara.

"Dayang itu akan diberhentikan tugas sementara, mereka diberhentikan selama dua bulan,"

"Dan untuk Tuv, Tuv harus menjauh dari istana dan tidak boleh melayani Putri Anne selama satu bulan. Kalian mengerti?" lanjut Ratu Rimba.

Dayang itu sedikit senang karena merak hanya dinonaktifkan.

Sedangkan Anne merasa tidak adil. Kenapa Tuv harus keluar dari istana, Anne ingin menyangah keputusan dari sang Ratu, tapi Anne tidak berani.

"Kalian boleh pergi." ucap Ratu Rimba.

Mereka semua mengangguk.

Semua yang ada disana mulai pergi menjauh dari kediaman Ratu Rimba.

* Dayang dayang yang tadi tersandung masalah, sedang membereskan semua perlengkapan kerja mereka.

Putri Dekieta dayang tiba tiba untuk menemui mereka.

"Yang Mulia, ada keperluan apa anda kesini?" salah satu dayang bertanya.

Putri Dekieta tersenyum. "Aku hanya ingin mengucapkan Terima Kasih kepada kalian karena tidak menyebut nama ku saat dihadapan Ratu,"

"Aku berharap kalian selalu menjaga rahasia itu sampai kalian keluar dari kerajaan ini." lanjut Putri Dekieta.

Dayang dayang itu menatap Putri Dekieta kemudian mereka mengangguk.

Dekieta melangkah menjauh dari para dayang dayang itu.

"Kalian Putri Dekieta menjadi Ratu, maka kerajaan ini bisa hancur." komentar salah satu dayang.

dua dayang lain mengangguk, "benar sekali, kalau putri Dekieta menjadi Ratu, aku ingin keluar saja. Aku tidak akan kuat jika Ratu suka bersikap egois dan pembuat masalah."

Dayang yang satu hanya mengangguk setuju dengan komentar teman temannya.

* Anne langsung terduduk lemas sampai didalam kamarnya. Tuv yang melihat nona mudanya seperti itu segera mendekat, Tuv ingin membantu agar Anne berdiri tapi Anne menolak bantuan dari Tuv.

" Tuv apakah kamu mau melawan keputusan dari Ratu?,"

"Itu tidak adil untuk mu Tuv. Mereka hanya dinonaktifkan sedangkan kamu, kamu harus keluar dari kerajaan ini, itu sama sekali tidak adil Tuv." Anne sedih.

Tuv menggeleng, Tuv duduk dan memeluk nona mudanya.

"Maafkan aku nona, jika saja aku mendengar nasehat mu dan tidak goyah, aku tidak mungkin mendapatkan hukuman seperti sekarang. Maafkan aku nona muda." ungkap Tuv.

Tuv mulai menangis, Anne menatap Tuv dan ikut menangis, Anne mempererat pelukannya dengan Tuv.

"Bagaimana aku bisa hidup dikerajaan ini Tuv, jika yang mengenalkan ku kepada dunia luar pergi, aku takut Tuv jika kedepannya jalan yang akan kuinjak semakin sulit, aku butuh kamu Tuv untuk selalu bersama ku. " ungkap Anne.

Anne kembali menangis, sedih sekali Anne akan berpisah sementara dengan pelayan dan juga teman terbaiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!