Selir Hari menatap Anne dengan tatapan tajam.
"Apa pelayan mu itu tidak pernah memberikan pelajaran tentang pertemuan pagi?" Selir Hari bertanya kepada Anne.
Anne menggeleng. "Semua pelajaran tentang tata Krama di kerajaan sudah saya pelajari semua Yang Mulia." jawab Anne sambil menunduk lesu.
"Sudahlah selir hari, apakah hari mu cuman kau ngunakan untuk memarahi keluarga kerajaan? aku saja yang memiliki wewenang didalam keluarga kerajaan tidak pernah memarahi mereka, sebaiknya kamu diam saja." Ratu Rimba memperingati Selir Hari untuk berhati hati.
Selir Hari menatap tajam kearah Ratu Rimba. "Maafkan atas kelancangan saya Yang Mulia." ucap Selir Hari.
Ratu Rimba mengangguk.
"Silakan duduk Anne." ucap Ratu Rimba.
Anne mengangguk dan mematuhi apa kata dari Ratu Rimba.
Penghormatan kepada Raja pun dimulai, Anne sudah lancar walaupun tidak pernah ikut, karena Anne sudah belajar tentang penghormatan pagi.
"Akhirnya aku bisa melihat salah satu putriku." ungkap Raja Artir.
Anne tersenyum tipis kepada sang ayahanda.
"Ratu aku perintahkan kamu untuk selalu membimbing Anne." ucap Raja.
Ratu Rimba mengangguk. "Ya, Yang Mulia." jawab Ratu Rimba.
"Yang Mulia, Saya ingin berbicara tentang pernikahan kerajaan." tiba tiba Dekieta ikut pembicaraan.
Semua disana kaget karena ucapan Dekieta.
"Pernikahan kerajaan? siapa yang akan menikah disini?" Raja Artira bertanya karena bingung.
"Saya mendengar berita bahwa putra mahkota Jeha akan menikah ditahun ini, Saya ingin ikut menjadi calon istri dari Pangeran Jeha." ungkap Dekieta.
Raja Artira tampak terdiam.
Kemudian Raja Artira menggeleng. "Aku tidak mengijinkan mu mengikuti seleksi calon istri pangeran Jeha Kieta." ucap Raja Artira.
Dekieta menatap Raja Artira dengan tatapan yang tidak bisa diungkapkan.
"Yang Mulia, kenapa saya tidak bisa ikut seleksi itu?" Dekieta bertanya.
"Aku ingin mencarikan mu seorang pangeran yang bisa mewarisi tahta ku Kieta, dan juga pastinya yang banyak mencalonkan seleksi istri adalah anak para menteri." jawab Raja.
Dekieta menggeleng. "Apa Yang Mulia benar benar tidak bisa?"
Raja Artira menatap Anne.
"Aku bisa mencalonkan Anne tapi tidak dengan mu Dekieta." jawab Raja Artira.
Mata Dekieta langsung membelalak kaget, kenapa dirinya tidak bisa mengikuti seleksi calon istri Pangeran Jeha sedangkan Anne bisa?
"Tidak bisa, saya harus ikut seleksi itu Yang Mulia." Dekieta tetap kekeh untuk ikut.
"Putri sebaiknya anda segera kembali ke kediaman anda." Ratu Rimba berusaha untuk menenangkan Dekieta.
Dekieta langsung menggeleng, tidak menuruti perintah dari sang Ratu.
"Ayah, saya benar benar ingin mengikuti seleksi itu, kalau bisa saya harus bisa menjadi istri pangeran Jeha." Dekieta tidak lagi memanggil yang mulia, karena Dekieta sekarang memposisikan sebagai anak dari seorang Artira.
"Berita seleksi itu belum tentu benar Dekieta, Aku baru bertemu dengan Jeha, aku belum mendapatkan pernyataan Jeha tentang pernikahannya, sebaiknya kamu jangan gegabah mencalonkan diri." nasehat dari Raja Artira.
"Tapi ayah benar benar akan mencalonkan aku bukan?" Dekieta benar benar berharap bisa bersama dengan pangeran Jeha.
Raja Artira tidak menjawab ya atau tidak, Raja Artira hanya bisa berdiam diri.
"Waktu penghormatan pagi sudah selesai, sebaiknya para putri, selir segera keluar dari kediaman Raja." perintah dari Ratu Rimba.
Anne dan Selir Hari segera memberikan penghormatan dan segera keluar dari kediaman Raja. Diruangan itu tersisa Dekieta, Ratu dan Raja.
"Kenapa kamu masih disini Dekieta?" Ratu Rimba bertanya.
"Saya akan menagih janji Yang Mulia, kalau pun saya tidak bisa menjadi istri dari Pangeran Jeha, maka saya harus menjadi penerus tahta dari Yang Mulia." Dekieta benar benar berani sekali.
Raja tersenyum penuh arti.
"Sikap kamu itu menurun dari mana Dekieta?" Raja Artira bertanya dengan senyuman penuh arti.
Ratu Rimba yang mendengar pertanyaan dari Raja itu terlihat panik.
"Pelayan bawa putri Dekieta keluar dari sini sekarang!." perintah dari Ratu Rimba.
Dekieta kaget dan langsung memberontak ketika dipaksa dayang dayang untuk keluar dari kediaman ayahandanya.
"Yang Mulia tolong jangan seperti ini." Dekieta teriak teriak.
Raja Artira menatap Ratu Rimba.
"Apa kamu yang membuat pangeran Jeha dan Dekieta menjadi dekat?" Raja Artira menebak nebak.
Ratu Rimba menatap suaminya kemudian Ratu Rimba menggeleng.
"Bukan saya Yang Mulia, saya malah curiga semua itu karena Selir Hari, dari dulu bukannya Selir Hari dekat dengan ibunda dari Pangeran Jeha?"
Raja Artira tersenyum penuh arti.
"Lagi lagi kamu selalu mencurigai Selir Hari. Aku bertanya tanya jangan jangan sikap baik mu itu hanya buatan mu sendiri, didalam hati mu, kamu membenci Selir Hari." ucap Raja Artira.
Ratu Rimba segera menggeleng. "Saya bukan seperti yang mulia katakan." pembelaan dari Ratu Rimba.
"Sebaiknya kamu segera keluar dari ruangan ku Ratu, Tolong bimbing anak mu, Anne sudah menunjukan sedikit keunggulannya." ungkap Raja Artira.
Ratu Rimba menunduk kemudian langsung menatap Raja Artira.
"Ingat janji yang dulu pernah Yang Mulia ungkapkan. Anne harus segera dinikahkan dan Anne tidak boleh menerima tahta." ucap Ratu Rimba.
Raja Artira mengangguk. "Aku selalu mengingat janji janjiku. Bukan kah Anne anak mu? kenapa kamu seperti lebih mengunggulkan Dekieta?" Raja Artira bertanya.
"Saya orang yang adil Yang Mulia, saya tidak mungkin terlalu mengunggulkan salah satu dari mereka, Saya ingin menjadi Ratu yang adil bagi semuanya." ucap Ratu Rimba.
Raja Artira tertawa. "Kamu seperti bukan Rimba yang aku kenal."
Ratu Rimba menunduk.
"Hari ini sudah selesai, sebaiknya kamu keluar Ratu ku." ucap Raja Artira.
Ratu Rimba mengangguk, kemudian Ratu Rimba berdiri dan mulai memberikan penghormatan, setelah itu Ratu Rimba meninggalkan kediaman Raja .
Dekieta menghentakkan kakinya, kemudian Dekieta melepaskan tangan dari dayang yang membawanya.
"Lepas." perintah dari Dekieta.
Dayang dayang itu segera melepaskan tangan mereka dari tubuh Dekieta.
Dekieta segera melangkah menjauh dari para dayang dayang itu, dayang milik Dekieta langsung mengikuti tuan mereka.
Dekieta menghentikan langkahnya. "Aku membenci semua yang ada diistana ini, lihat saja setelah semua akan menjadi milik ku, semuanya akan menunduk kepada ku." ucap Dekieta.
"Kamu percaya bukan?" Dekieta bertanya kepada Parti pelayannya.
"Saya percaya kepada Nona." jawab Parti.
"Yah kamu harus percaya kepada ku." sombong Dekieta.
Dekieta kembali melanjutkan langkahnya.
~Anne sedang menyulam, datanglah pelayannya Tuv.
Anne menatap Tuv dengan tatapan penuh tanya.
"Kamu dari mana Tuv? tidak biasanya kamu meninggalkan ku." ucap Anne sambil terus menyulam.
Tuv menatap Nonanya mudanya, kemudian Tuv tersenyum.
Anne menatap Tuv, "kamu tidak menjawab pertanyaan ku Tuv? kamu dari mana saja?" Anne bertanya.
Tuv kelihatan gugup. "Nona, apakah penghormatan dan pertemuan pagi berjalan lancar?" Tuv berusaha mengganti topik pembicaraan.
Anne tersenyum kemudian mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments