"Maafkan aku Lexa. Aku tidak berdaya dan tidak tahu harus melakukan apa." ucap Tuan David penuh sesal.
Nyonya Lexa bergegas keluar dari ruangan tersebut bahkan tak lupa membanting pintunya.
"Etha." Nyonya Lexa terkejut melihat sang putri berdiri di hadapannya. Sementara Etha hanya menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.
Etha kemudian meletakkan nampan yang dibawanya di atas nakas, lalu mendekati ibunya.
"Emmm... sayang, apa kamu mendengar pembicaraan Mama dan Papa?" tanya Nyonya Lexa lemah lembut menatap manik mata sang putri.
Etha mengangguk cepat menanggapi ucapan ibunya. Tanpa basa-basi, nyonya Lexa menarik tangan putrinya, lalu membawanya ke kamar sang putri. Etha hanya mampu mengikuti langkah kaki ibunya hingga tiba di depan pintu kamarnya.
"Kenapa Mama membawaku ke kamar?" tanya Etha ketika berada di depan pintu kamarnya lalu bergegas masuk ke dalam. Ibunya terlihat melangkah masuk ke ruang ganti tanpa menimpali ucapannya. Etha bergegas menyusulnya.
"Ada apa Mama, mengapa Mama terlihat panik begini." ucap Etha sambil menatap ibunya yang sedang mencari sesuatu.
"Cepat kemasi barang-barang mu sayang. Besok pagi-pagi kamu harus pergi sejauh mungkin." ucap Nyonya Lexa hingga akhirnya menemukan benda yang dicarinya. Rupanya dia mencari koper sang putri yang berada di samping lemari pakaian.
"Untuk apa Mama? apa Mama memintaku untuk kabur?" ucap Etha sambil mendekati ibunya.
"Mama sangat menyayangimu sayang. Mama tidak ingin membuatmu menderita....Hiks hiks hiks..." ucap Nyonya Lexa diiringi isak tangis, lalu berhambur memeluk putrinya.
Etha pun membalas pelukan ibunya dengan mata berkaca-kaca. Dadanya seketika menjadi sesak melihat ibunya menangis.
"Mama tidak ingin kamu menjadi korban kesepakatan Papa mu. Mama tidak ingin kamu dijadikan sebagai alat pelunas hutang. Mama tidak mau...hiks...hiks...hiks." ucap Nyonya Lexa berderai air mata.
Etha lalu melonggarkan pelukannya, kemudian menatap wajah sang ibu. Perlahan tangan Etha diulurkan menghapus sisa-sisa air mata ibunya.
"Apa dengan aku kabur masalah akan selesai, Mama?"
"Etha sayang. Tolong dengarkan Mama, kamu pantas mencari kebahagian di luar. Jangan pedulikan kami, kamu berhak bahagia dengan pria yang benar-benar tulus mencintaimu. Kamu putri mama yang sangat berharga, apapun akan Mama lakukan demi kebahagiaanmu, bukan menjadi wanita yang harus menanggung hutang Papa mu." ucap Nyonya Lexa berderai air mata.
Etha tersenyum tipis mendengarkan ucapan ibunya, dia pun kembali menghapus air mata ibunya dengan lembut dan penuh kasih.
"Tidak Mama, kalian orang tuaku dan orang yang paling berjasa dalam hidupku. Aku tidak mungkin bisa seperti ini tanpa bantuan serta kasih sayang yang kalian berikan kepadaku. Tidak mungkin aku lari dari masalah ini, dan jangan terus menyalakan Papa atas apa yang sudah terjadi. Karena Papa tidak salah, semua ini sudah garis takdir. Aku bersedia di jadikan sebagai alat pelunas hutang." ucap Etha lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia sudah yakin dengan keputusan ayahnya, mau tidak mau dia harus siap menerimanya.
Kini yang harus dia lakukan adalah meyakinkan ibunya, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Nyonya Lexa menggeleng mendengar ucapan putrinya.
"Tidak sayang, kamu harus pergi sejauh mungkin" Nyonya Lexa menolak keras keputusan yang diambil oleh putrinya.
"Mama, tolong mengertilah, hanya ini jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan Papa dan membebaskan Papa dari hutangnya. Karena bukan cuman kita yang akan menanggung akibatnya, orang-orang di luaran sana yang bergantung pada keluarga kita juga pasti menanggung akibatnya, bagaimana dengan nasib para pekerja di kediaman kita, para karyawan setelah ini. Mereka semua juga memiliki keluarga yang harus dihidupi. Aku tidak ingin mengorbankan kehidupan mereka semua yang sudah bertahun-tahun mengadu nasib di perusahaan kita. Percayalah Mama, semuanya akan baik-baik saja, Allah akan selalu bersama kita. Aku sama sekali tidak masalah menjalaninya." ucap Etha tersenyum bahwa semuanya akan baik-baik saja, dia percaya itu.
"Huaaaa...Putriku sayang..." Lagi-lagi Nyonya Lexa memeluk erat putrinya, dia sangat sedih, putrinya akan dijadikan sebagai alat pelunas hutang. Sungguh malang nasib putrinya saat ini. Dia tidak tahu apakah masih bisa bertemu putrinya setelah ini atau dia akan kehilangan putrinya selama-lamanya.
Etha ikut meneteskan air matanya sambil menepuk-nepuk pelan punggung sang ibu. Mereka saling menguatkan satu sama lain.
Allah selalu menguji setiap hambanya diluar batas kemampuannya. Aku percaya, ada hikmah di balik semua ini. Dan aku percaya Allah akan selalu melindungi hambanya dari marabahaya. Yang jelas kita selalu dekat dengannya dan setiap saat mengingatnya, niscaya Allah akan mengingat hambanya. Batin Etha tersenyum.
Sebagaimana kalimat yang satu ini, pelangi setelah hujan dan habis gelap terbitlah terang, makna ini bisa memberinya kekuatan. Karena setiap manusia akan mengalami masa-masa sulit, tetapi juga akan merasakan masa-masa membahagiakan.
*
*
*
Tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya, tepatnya hari ini adalah hari dimana Alfhat akan kembali berkunjung ke kediaman tuan David, dengan tujuan untuk membawa pergi Etha, putri angkat dari tuan David.
Terlihat tuan David dan Nyonya Lexa begitu cemas melihat dua buah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan rumah dan berhenti tepat di depan rumahnya.
Tuan David dan Nyonya Lexa yang sedang duduk di teras rumah langsung bangkit dari duduknya.
"Sayang, sana temui Etha, biar aku saja yang menyambutnya." ucap tuan David kepada istrinya.
"Iya mas." ucap Nyonya Lexa lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
Tampak sekretaris Alfhat lebih dulu turun dari mobil, lalu bergerak cepat membuka pintu mobil untuk bos nya.
Alfhat turun dari mobil dengan gaya angkuhnya. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, dengan gaya elegan, dia melepaskan kacamatanya lalu menyelipkannya di saku jasnya.
Tatapannya begitu tajam melihat pria paruh baya yang sepertinya sengaja menyambut kedatangannya.
"Bawa segera putrimu ke hadapanku, karena aku tidak ingin berlama-lama di kediamanmu." ketusnya dan tidak ingin dibantah.
"Maaf tuan, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Lagian anda baru saja sampai." ucap tuan David.
Alfhat berdengus kesal, namun tidak melakukan penolakan terhadap ucapan tuan David. Dia masuk ke dalam rumah dan langsung mendaratkan bokongnya di sofa.
Tak berselang lama kemudian, muncullah Etha bersama ibunya lalu bergabung duduk di sofa ruang tamu. Alfhat menatap sinis wanita berhijab yang duduk berhadapan dengannya.
Sementara Etha hanya menatapnya dengan tatapan datar tanpa melempar senyum, apalagi menyapanya.
"Richard, bawa wanita ini ke mobil." perintah Alfhat kepada sekretarisnya.
"Tunggu, kamu tidak bisa membawa putriku begitu saja." ucap Nyonya Lexa menghentikannya.
Sontak Richard yang bergerak mendekati Etha memilih menghentikan aksinya. Sedangkan Alfhat langsung menoleh ke arah nyonya Lexa
"Kamu tidak memiliki hak atas putrimu, aku sudah membelinya." tegas Alfhat dengan sorot mata tajam.
"Kami tidak bisa menyerahkan putri kami secara sukarela kepada Anda." timpal tuan David yang juga melakukan pembelaan terhadap sang istri.
Sementara Etha mengerutkan keningnya mendengar perdebatan mereka. Alfhat sudah mengepalkan tangannya di bawah meja mendengar ucapan pasangan suami istri itu.
"Apa maksudmu tuan David! jelas-jelas kamu menjadikan putrimu sebagai alat pelunas hutang!." kesal Alfhat yang sudah tersulut emosi.
"Tuan Alfhat, kamu bisa membawa putriku dan berhak atas dirinya. Tapi, dengan satu syarat, kamu harus menikahinya terlebih dahulu." ucap tuan David dengan entengnya.
"Apa!!" Sontak Alfhat dan Etha berucap secara bersamaan. Mereka terlonjat kaget mendengar ucapan tuan David.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Uviek Ku
🤗😥😍🥰
2023-03-15
0
Khulfa_Rosidah
ingat alfhat benci dan cinta brdampingan.. tips.. dr yg bnci jd bucin lho 😁😁😁
2023-03-05
3
Fatma
lanjut dong thor 😊
2023-03-05
2