"Lalu... kamu mau apa?"tanya Aurora datar. Tidak sembarang percaya pada orang, apalagi pada seorang pria. Sudah banyak macam-macam karakter pria yang dikenalnya selama menjadi kupu-kupu malam gadungan. Aurora harus tetap waspada pada makhluk yang namanya pria.
"Untuk saat ini, aku belum punya keinginan,"sahut pria itu santai.
"Kalau begitu, pikirkan saja dulu apa keinginan mu. Baru setelah itu memberitahu,"ucap Aurora kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar hotel itu.
Pria yang memakai topi itu tersenyum smirk menatap Aurora yang menghilang di balik pintu,"Menarik,"ucapnya.
"Dia bahkan tidak tahu nama, tempat tinggal dan nomor telepon ku. Sangat kecil kemungkinannya untuk bertemu dengan dia lagi. Tapi, kalau memang bertemu lagi, aku terpaksa harus menuruti keinginan nya,"gumam Aurora seraya melangkah menuju lift.
Malam sudah semakin larut saat Aurora keluar dari hotel itu. Gadis itu sudah menggenakan maskernya untuk menutupi wajah cantik nya.
"Ra!"panggil seseorang membuat Aurora menghentikan langkahnya.
"Sumi?"ucap Aurora.
"Kamu kemana saja? Aku sangat khawatir padamu. Aku sudah menelpon kamu berkali-kali, tapi nomor kamu tidak aktif. Aku juga kembali ke kamar hotel tadi, tapi tidak menemukan siapa-siapa. Sebenarnya kamu dari mana? Dan apa yang terjadi pada kamu? Kenapa dahi kamu di perban seperti itu?"tanya Sumi bertubi-tubi.
Perempuan itu sangat khawatir saat sudah menunggu Aurora begitu lama, tapi Aurora tidak muncul juga. Di telepon, nomornya tidak aktif, di cari di kamar hotel tempat mereka melayani pelanggan juga tidak ada. Jika terjadi apa-apa pada Aurora, Sumi akan kehilangan mata pencaharian nya.
"Nanti aku ceritain. Sekarang, kita pulang dulu,"ajak Aurora menarik tangan Sumi. Keduanya mengendarai motor milik Aurora yang tadi di bawa oleh Sumi. Kedua sahabat itu bergegas pulang ke apartemen mereka, mengingat malam yang semakin larut.
Beberapa menit kemudian, kedua perempuan itu pun tiba di apartemen yang sudah setengah tahun ini mereka tinggali. Aurora langsung duduk di sofa diikuti oleh Sumi.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Kemana saja kamu? Kenapa kamu terluka?"tanya Sumi tidak sabar.
"Handphone ku lowbat. Saat aku keluar dari kamar hotel dan melewati koridor hotel yang sepi, tiba-tiba aku di hadang empat orang pria. Mereka berkata akan merusak wajah dan mata ku. Bahkan berniat melecehkan aku. Aku terluka saat akan melarikan diri. Aku menggigit tangan salah satu diantara mereka hingga aku di dorong dan kepalaku terbentur pot. Saat aku hampir pingsan, aku melihat seorang pria datang. Dan saat aku sadar, aku sudah berada di dalam kamar hotel bersama pria yang aku lihat datang sebelum aku pingsan,"jelas Aurora panjang lebar.
"Kamu terbangun bersama seorang pria di kamar hotel? Apa.. apa kamu masih perawan?"tanya Sumi langsung memeriksa tubuh Aurora. Melepaskan jaket Aurora dan menarik resleting gaun yang di pakai Aurora, untuk memeriksa tubuh Aurora. Hingga kain penutup dada Aurora pun terlihat.
"Aku masih perawan. Saat aku sadar, aku masih memakai pakaian lengkap,"sahut Aurora menghela napas panjang.
"Siapa tahu, setelah melakukannya pria itu memakai kan baju mu lagi,"ujar Sumi yang memeriksa tubuh Aurora,"Saat di pakai jalan tadi, itu kamu sakit tidak?"tanya Sumi masih memeriksa tubuh Aurora.
"Tidak,"sahut Aurora singkat.
"Sekarang, cepat pergi ke kamar mandi! Kamu buang air kecil sana! Kalau tidak terasa perih, berarti kamu memang tidak diapa-apakan sama pria itu,"ucap Sumi seraya menarik tangan Aurora ke kamar mandi.
Aurora hanya bisa menuruti Sumi. Beberapa saat kemudian, Aurora pun sudah keluar dari kamar mandi.
"Bagaimana? Perih tidak saat buang air kecil?"tanya Sumi penasaran.
"Tidak,"sahut Aurora.
"Syukurlah,"ucap Sumi yang akhirnya merasa lega setelah melihat tidak ada tanda apapun di tubuh Aurora. Dan Aurora juga tidak merasa perih saat buang air kecil, ataupun merasa sakit saat berjalan.
"Kenapa kamu begitu khawatir kalau aku kehilangan kesucian ku?"tanya Aurora yang merasa Sumi sangat perduli pada kesuciannya.
"Sayang saja. Kalau buat suami kamu kelak, sih, nggak apa-apa. Tapi kalau diambil orang cuma-cuma, 'kan sayang. Mending di jual, biar dapat duit banyak,"sahut Sumi enteng.
"Sialan kamu! Dasar teman nggak punya akhlak! Cuma cuan saja yang ada dalam otak kamu,"gerutu Aurora membuang napas kasar.
"Ngomong-ngomong, apa pria yang menolong kamu itu tampan?"tanya Sumi penasaran.
"Tidak tahu. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Karena dia memakai topi terlalu rendah, sehingga wajahnya tidak begitu jelas"sahut Aurora.
"Bagaimana penampilannya? Apa dia memakai pakaian branded?"tanya Sumi masih penasaran.
"Dia memakai seragam petugas hotel,"sahut Aurora.
"Haiss.. pria tidak berkelas,"sahut Sumi mengibaskan tangannya,"Tapi, siapa sebenarnya yang ingin mencelakai kamu?"gumam Sumi.
"Aku juga tidak tahu,"sahut Aurora.
"Kalau begitu, mulai sekarang, kita harus lebih berhati-hati,"ujar Sumi serius.
"Hum,"sahut Aurora.
Keesokan harinya, Aurora terkejut saat menerima surat panggilan dari kepolisian. Saat Aurora datang ke kantor polisi, ternyata Aurora di minta untuk memberi keterangan tentang kejadian semalam saat dirinya di hadang empat orang pria. Bahkan saat datang ke kantor polisi, Aurora melihat empat orang pria yang menghadangnya semalam sudah berada di jeruji besi. Dan yang melaporkan kejadian tersebut adalah pihak hotel tempat Aurora dan Sumi melayani pelanggan semalam.
Sedangkan di kediaman Naima, perempuan itu nampak cemas menunggu Rayyan pulang. Dari semalam, wanita paruh baya itu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan orang-orang suruhannya pun, belum memberikan kabar apapun tentang Rayyan.
"Nyonya, saya diminta Tuan untuk mengambil berkas di ruangan kerjanya,"ucap Andi, orang kepercayaan Rayyan.
"Kau?"ucap Naima langsung membalikkan tubuhnya menatap Andi yang berdiri di belakangnya,"Di mana putraku?"tanya Naima cepat.
"Tuan ada di kantor. Saya kemari untuk mengambil berkas di ruangan kerjanya,"sahut Andi.
"Ya sudah. Ambil saja sana!"sahut Naima yang merasa lega setelah mengetahui putranya sudah berada di kantor, yang berarti putranya baik-baik saja.
"Dengan siapa Rayyan semalam tidur?"gumam Naima penasaran. Tapi juga tidak mungkin bertanya pada Rayyan. Rayyan akan curiga jika dirinya menanyakan tentang itu pada Rayyan.
***
Andi baru saja sampai setelah mengambil berkas milik Rayyan di rumah.
"Ini, Tuan, berkasnya,"ucap Andi, meletakkan berkas yang di bawanya di atas meja Rayyan.
"Bagaimana dengan mamaku? Apa mamaku menanyakan tentang aku?"tanya Rayyan seraya meraih berkas yang diletakkan Andi.
"Iya, Tuan. Sepertinya nyonya sangat khawatir. Dan melihat wajah nyonya, sepertinya semalam nyonya kurang tidur, Tuan,"jawab Andi.
"Berani sekali mama ingin menjebak ku. Mama pikir aku ini orang yang bodoh apa? Terus awasi mamaku dan juga Natalie!"titah Rayyan.
"Baik, Tuan,"sahut Andi.
"Mama benar-benar sudah keterlaluan. Ingin menjebak aku dengan Natalie memakai obat dosis tinggi. Aku harus bagaimana agar mama tidak lagi menjodohkan aku dengan Natalie?"gumam Rayyan dengan wajah kesal.
"Tuan harus segera menikah, agar nyonya tidak lagi menjodohkan Tuan dengan nona Natalie,"celetuk Andi kemudian menutup mulutnya karena merasa sudah bicara lancang.
"Menikah? Sepertinya bukan ide yang buruk,"gumam Rayyan tersenyum smirk.
"Bukan ide yang buruk?"gumam Andi seraya mengernyitkan keningnya,"Tuan benar-benar ingin menikah?"tanya Andi tidak percaya.Pasalnya selama ini Andi selalu bersama Rayyan, dan Andi sangat yakin jika Rayyan tidak dekat dengan seorang wanita pun.
"Tentu saja,"sahut Rayyan nampak serius.
"Dengan siapa?"tanya Andi.
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 434 Episodes
Comments
Nau Servastron
next
2024-07-05
0
Bener banget tuh apa yang di katakan Sumi kalau hilang karena suami nggak masalah
2023-12-01
3
Lisa aulia
next...
2023-11-16
1