Sumi yang sudah berpengalaman dan memiliki jam terbang yang tidak bisa diragukan pun langsung berpindah tempat di depan pengusaha batu bara itu. Meraih tengkuk pria itu dan menciumnya dengan agresif. Melepaskan satu persatu kancing kemeja pria itu dan melemparkannya asal. Menuntun pria itu ke arah ranjang dan mendorong tubuh pria itu hingga jatuh terlentang dan langsung menaiki tubuh pria itu lalu menyerangnya.
"Buset dah! Gila! Agresif banget! Astaga! Sumi ternyata ganas banget,"gumam Aurora lirih. Bisa melihat pergerakan kedua insan yang mulai bercinta itu walaupun hanya berupa bayangan saja.
Aurora menyumbat telinganya dengan earphone. Mendengarkan musik dengan suara keras di tempat persembunyiannya. Sesekali bergidik ngeri melirik ke arah Sumi yang sedang bercinta dengan pengusaha batu bara itu. Sumi memimpin permainan di atas ranjang itu. Setelah mendapatkan pelepasan pertama dengan Sumi yang memimpin permainan, pengusaha batu bara itu pun membalikkan posisi Sumi menjadi berada di bawah kungkungannya dan kembali memulai percintaan mereka ronde kedua. Namun tanpa di sangka, Sumi kembali membalikkan posisi mereka dan kembali memimpin permainan.
"Gila! Mereka benar-benar ganas. Aishh.. mata suciku ternoda. Apa benar rasanya sangat nikmat? Mereka terdengar sangat menikmatinya,"gumam Aurora lirih, masih bersembunyi di tempatnya. Earphone yang menutupi telinganya seolah tidak berfungsi karena berisiknya sepasang insan yang sedang bercinta itu. Suara dua insan yang sedang mencari kenikmatan itu benar-benar mengusik pendengaran Aurora.
Hingga setelah lumayan lama menunggu, akhirnya kembali terdengar suara erangan dari dua orang di atas ranjang itu.
"Kamu benar-benar hebat. Sayang sekali kamu tidak mau melakukannya dalam keadaan terang,"ujar pengusaha batu bara itu merasa puas.
Sumi hanya diam, kemudian memakai pakaiannya yang sengaja di letakkan di pinggir ranjang. Sedangkan pakaian pengusaha batu bara itu berserakan di mana-mana.
Sumi berjongkok di lantai dan Aurora langsung berdiri di belakang Sumi. Sumi merangkak ke depan pintu dan langsung keluar saat Aurora membuka pintu kamar itu setengah.
"Tak"
Aurora yang berdiri sambil memegang pintu yang terbuka setengahnya itu menyalakan lampu. Pengusaha batu bara itu menyesuaikan cahaya lampu dengan retina matanya, kemudian menatap Aurora yang berdiri di depan pintu.
"Jangan lupa transfer uangnya!"ucap Aurora dengan suara menggoda, mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada pengusaha batu bara itu.
"Oke,"sahut pengusaha batu bara itu, tersenyum manis pada Aurora. Duduk bersandar di headboard ranjang dengan tubuh polos yang hanya di tutup selimut dari pinggang ke bawah.
"Aku tunggu!"sahut Aurora mengedipkan sebelah matanya dengan genit, hendak melangkah keluar dari kamar itu.
"Tunggu! Siapa namamu?"tanya pengusaha batu bara itu membuat Aurora yang akan keluar dari kamar itu berhenti dan menatap pengusaha batu bara itu.
"Kenanga,"sahut Aurora kemudian melangkah meninggalkan kamar itu.
"Kenanga? Pelayanan nya sangat memuaskan. Walaupun harus gelap-gelapan,"gumam pengusaha batu bara itu tertawa tanpa suara.
Sementara itu tak jauh dari kamar itu,"Yes! Yes! Yes! Berhasil!"ucap Aurora setelah keluar dari kamar itu, jingkrak-jingkrak seperti anak kecil.
"Gimana? Aku hebat, 'kan?"
"Astaga naga! Kamu membuat aku kaget saja,"ucap Aurora saat tiba-tiba Sumi muncul di depannya. Mengelus dada karena detak jantungnya yang berdetak kencang akibat terkejut.
"Gimana? Aku hebat nggak?"tanya Sumi lagi dengan senyuman di bibirnya.
"Gila.. kamu sudah macam koboi yang menunggang kuda. Kamu bikin klepek-klepek itu pengusaha batu bara,"sahut Aurora geleng-geleng kepala mengingat bagaimana Sumi membuat pengusaha batu bara tadi tidak berdaya.
"Aku akan membuat dia ketagihan, agar kita bisa dapat job lagi,"sahut Sumi tertawa renyah.
"Apa seperti itu setiap kali kamu melayani pelanggan?"tanya Aurora.
"Dulu nggak gitu banget sih. Tapi kali ini karena aku sudah lama tidak bercinta dan kebetulan ukuran dia juga lumayan besar, jadi aku memang agak bersemangat,"sahut Sumi enteng.
"Ukuran? Ukuran apa?"tanya Aurora mengernyitkan keningnya, tapi malah membuat Sumi tertawa terbahak-bahak.
"Ukuran kerisnya,"sahut Sumi menahan tawa.
"Ohhh.. itunya, ya?"sahut Aurora menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum bodoh,"Berapa keris yang sudah menusuk mu?"tanya Aurora seraya memicingkan sebelah matanya.
"Sudah banyak. Aku sampai sudah lupa.
Tapi, pelanggan aku yang dulu, rata-rata dompetnya tidak terlalu tebal. Karena walaupun permainan ranjang ku hebat, tapi aku tidak secantik kamu. Ayo, kita pulang! Kita istirahat dan besok cari pelanggan baru,"ujar Sumi seraya menarik tangan Aurora.
"Tapi apakah aku harus selalu menunggu kamu bercinta? Ternoda ini, telinga dan mata suci aku,"ujar Aurora.
"Cuma lihat bayangan doang. Lagi pula, kalau kamu nggak nungguin aku bercinta, aku takut kita ketahuan membohongi mereka,"sahut Sumi.
"Ngomong-ngomong, apa nggak dol itu lobang, dipakai banyak orang dengan ukuran yang berbeda-beda?"tanya Aurora penasaran.
"Aku punya perawatan khusus agar tetap rapat dan mencengkram walaupun sudah di pakai berkali-kali. Nanti aku bagi ilmunya sama kamu. Biar nanti kalau kamu punya suami, suami kamu bakal klepek-klepek sama kamu. Kemarin aku tidak terlalu memakai perawatan khusus itu. Tapi sekarang aku akan benar-benar merawat nya, agar pelanggan kita tidak jera memakai jasa kita,"sahut Sumi antusias.
Di sebuah rumah mewah.
"Ray, kamu pulang malam sekali?"tanya seorang wanita paruh baya yang bernama Naima.
"Aku habis ketemu temen,"sahut Rayyan. Pria tampan blesteran Indonesia - Turki. Mamanya, Naima adalah orang Indonesia, sedangkan papanya adalah orang Turki.
"Ray, mama mau kamu segera menikah. Natalie sudah setuju menikah dengan kamu dalam waktu dekat ini,"ucap Naima membuat Rayyan menghentikan langkahnya.
"Ck, aku sudah bilang, aku tidak mencintai Natalie, ma. Kenapa mama memaksa aku menikah dengan dia?"protes Rayyan.
"Cinta itu bisa tumbuh setelah kalian menikah, Ray. Apalagi Natalie sudah lama mencintai kamu. Jika kamu menikah dengan dia, perusahaan kita akan semakin besar, Ray!"tekan Naima.
"Perusahaan kita akan tetap besar walaupun aku tidak menikah dengan Natalie, ma,"sahut Rayyan nampak kesal.
"Tapi mama terlanjur menyukai Natalie, Ray. Dia itu menantu ideal. Cantik, pintar dan kaya,"ujar Naima.
"Itu menurut mama. Bukan menurut aku,"ketus Rayyan.
"Mama tidak mau tahu. Pokoknya kamu harus menikah dengan Natalie,"ujar Naima keras kepala.
"Kenapa tidak kakak saja yang mama nikahkan dengan Natalie. Dia lebih tua dari aku, dan belum menikah,"kilah Rayyan mencari alasan.
"Natalie mencintai kamu, bukan kakak kamu,"sahut Naima.
"Bukankah tadi mama bilang, cinta itu bisa tumbuh setelah menikah? Nikahkan saja mereka berdua, lama-lama juga bakal saling jatuh cinta,"sahut Rayyan mengembalikan kata-kata Naima.
"Kenapa kamu keras kepala banget, sih, Ray? Mama hanya ingin kamu bahagia, Ray,"ujar Naima menghela napas berat.
"Itu demi kebahagiaan mama. Bukan demi kebahagiaan aku. Jangan suruh aku untuk menikah dengan Natalie lagi! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi!"ujar Rayyan berlalu pergi meninggalkan Naima yang terlihat kesal.
"Bagaimana caranya agar aku bisa menikahkan Rayyan dengan Natalie?"gumam Naima, nampak berpikir keras.
...🌸❤️🌸...
.
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 434 Episodes
Comments
Memyr 67
𝗻𝗮𝘁𝗮𝗹𝗶𝗲 𝗺𝗲𝗻𝗰𝘂𝗿𝗶𝗴𝗮𝗸𝗮𝗻. 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗴 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗮 𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗻𝗮𝗶𝗺𝗮, 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗻𝗮𝗶𝗺𝗮 𝗻𝗴𝗼𝘁𝗼𝘁 𝗯𝗲𝗻𝗲𝗿 𝗿𝗮𝘆 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗻𝗶𝗸𝗮𝗵 𝗺𝗮 𝗻𝗮𝘁𝗮𝗹𝗶𝗲?
2024-08-15
1
Cusiah Cusiah
penasaran... gaskeun
2024-08-12
1
Fitria Ningsih
keren
2024-05-17
1