6. Punya Pribadi

Aurora menghela napas panjang mendengar pertanyaan Sumi.

"Yang mengajak aku nikah sudah berkeluarga semua Aku nggak minat jadi istri ke-dua, ke-tiga, ke-empat ataupun seterusnya. Apalagi jadi istri simpanan. Aku nggak minat jadi pelakor. Aku nggak mengharapkan suami yang terlalu kaya. Yang penting punya pribadi. Itu aja sudah cukup,"sahut Aurora.

"Yang punya pribadi?"tanya Sumi seraya mengernyitkan keningnya.

"Hum,"sahut Aurora.

"Yang punya pribadi seperti apa yang kamu mau?"tanya Sumi.

"Yang punya tabungan pribadi, rumah pribadi, kendaraan pribadi, villa pribadi, hotel pribadi, pokoknya yang serba pribadi, dah,"sahut Aurora tanpa dosa.

"Buset dah! Nggak mengharapkan yang terlalu kaya. Tapi harus memiliki aset yang serba pribadi. Itu, sih, namanya kamu mau cari suami kaya,"ketus Sumi.

"Realistis sajalah! Semua di dunia ini dibeli dengan uang. Tidak bisa di beli dengan cinta,"sahut Aurora yang memang benar adanya.

"Apa kamu sudah menemukan orang yang seperti keinginan kamu itu?"tanya Sumi serius.

"Belum, sih,"sahut Aurora menyengir bodoh.

"Syukurlah,"ucap Sumi bernapas lega.

"Kok, malah bilang syukurlah?"tanya Aurora terlihat tidak senang.

"Ya aku harus bilang apa? Kalau bukan syukurlah. Masalahnya, kalau kamu nikah, aku tidak bisa bekerja lagi,"sahut Sumi menghela napas panjang.

"Makanya nabung! Jangan boros!"sahut Aurora.

***

Malam ini Rayyan pulang tidak terlalu malam seperti biasanya. Karena hari ini Rayyan akan menghadiri pesta pernikahan kliennya. Pria berwajah tampan dengan tubuh proporsional itu melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Namun Rayyan berhenti di depan pintu kamar mamanya yang sedikit terbuka saat tanpa sengaja mendengar mamanya menelpon seseorang yang diyakini Rayyan adalah Natalie.

"Halo, Nat! Malam ini Rayyan akan pergi ke hotel xx. Dia akan menghadiri pesta pernikahan kliennya. Kamu juga di undang ke sana, 'kan?"tanya Naima dalam sambungan telepon.

"Iya, Tan,"sahut Natalie dari seberang telpon.

"Kita jalankan rencana kita, ya! Malam ini, kita jebak Rayyan,"ucap Naima antusias.

Rayyan membuang napas kasar mendengar kata-kata mamanya itu. Tidak menyangka jika mamanya sampai punya rencana untuk menjebak dirinya. Kesal? Tentu saja.

"Tapi, Tan, apa nanti Ray nggak bakal curiga jika kita sengaja menjebak dia? Aku tidak mau Ray membenci aku, Tan,"ujar Natalie di seberang sana, merasa tidak yakin dengan rencana Naima.

"Kamu tenang saja. Kita buat skenario yang meyakinkan jika ini bukan ulah kita,"sahut Naima penuh keyakinan.

Rayyan merasa sangat kesal pada mamanya yang sampai nekat menyusun rencana untuk menjebak dirinya.

"Baiklah. Terserah Tante saja,"sahut Natalie.

Naima mengakhiri panggilan teleponnya dengan senyum licik di bibirnya,"Jika kamu tidak bisa mama bujuk baik-baik untuk menikahi Natalie. Maka mama akan membuat kamu terpaksa menikahi Natalie,"gumam Naima masih dengan senyum licik di bibirnya.

Gumaman Naima itu benar-benar membuat Rayyan menggertakkan giginya menahan amarahnya. Pria tampan itu memilih untuk melangkah pergi dan memasuki kamarnya.

"Kita lihat saja, bagaimana cara mama menjebak ku?"gumam Rayyan dengan wajah yang terlihat dingin. Merapikan jas yang di pakainya di depan sebuah cermin besar.

Rayyan mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang,"Halo! Awasi mamaku dan Natalie! Mereka berencana menjebak aku malam ini. Kalian lindungi aku! Jika mereka sampai berhasil menjebak aku, aku pastikan kalian akan kehilangan pekerjaan kalian,"ucap Rayyan dengan suara yang terdengar dingin, menutup teleponnya secara sepihak.

"Aku harus bagaimana agar mama tidak memaksa aku untuk menikahi Natalie lagi?"gumam Rayyan membuang napas kasar.

Setelah merasa penampilannya sudah sempurna, Rayyan melangkah keluar dari kamarnya dan melihat mamanya di ruang tamu.

"Ray, kita berangkat bersama!"pinta Naima yang melihat Rayyan.

"Boleh,"sahut Rayyan tanpa ekspresi, berjalan lebih dulu.

"Ada apa dengan Rayyan?"gumam Naima lirih, berjalan di belakang Rayyan. Merasa aneh dengan sikap putranya yang terlihat dingin.

Sepanjang perjalanan, Naima dan Rayyan hanya diam. Rayyan nampak enggan bicara pada wanita yang telah melahirkan dirinya itu. Rayyan merasa sangat kesal karena mamanya tega menyusun rencana untuk menjebak dirinya. Sedangkan Naima tidak berani mengajak Rayyan bicara, karena ekspresi dingin yang di tampilkan putranya itu. Hingga akhirnya, mereka tiba di hotel tempat pesta pernikahan diadakan. Ibu dan anak itu pun berpisah. Naima menghampiri para teman-teman sosialitanya. Sedangkan Rayyan menghampiri para rekan bisnisnya.

Seorang pria bertubuh atletis menghampiri Rayyan yang sedang berbincang dengan rekan bisnisnya.

"Tuan, saya sudah menyelidiki dan mengawasi nyonya besar dan nona Natalie. Mereka berniat memberi obat pada Tuan dan sudah menyiapkan kamar hotel,"bisik pria yang bernama Andi itu.

"Aku akan berpura-pura terjebak. Aku ingin tahu, permainan mereka,"ujar Rayyan pelan dengan seringai licik di bibirnya.

"Saya akan mengaturnya, Tuan,"sahut Andi.

"Atur dengan benar! Aku tidak ingin meminum minuman dari mereka. Jika sampai kamu gagal menjalankan tugas ini, aku akan memecat kamu dan bawahan mu! "ancam Rayyan.

"Baik Tuan. Saya mengerti. Saya akan menjalankan tugas saya dengan baik,"sahut Andi, kemudian berlalu meninggalkan Rayyan yang kembali berbincang bersama rekan bisnisnya.

Naima mengamati keadaan sekitar, kemudian menarik tangan seorang pramusaji ke tempat yang agak sepi.

"Ada apa nyonya?"tanya pramusaji itu yang tiba-tiba tangannya ditarik Naima.

"Kamu masukkan obat ini ke dalam minuman ini. Lalu kamu berikan pada pria yang memakai jas hitam yang ada di dekat pilar sana. Pria yang paling tampan itu,"ucap Naima mengarahkan pandangannya pada Rayyan.

"Saya tidak berani, nyonya. Saya tidak tahu, obat apa yang nyonya akan berikan. Bagaimana kalau isinya racun? Kalau pria itu mati, saya akan masuk penjara,"ujar pramusaji pria itu nampak enggan menuruti permintaan Naima.

"Kamu jangan khawatir! Ini hanya obat tidur saja. Saya adalah ibu dari pemuda itu. Jika tidak percaya, kamu bisa menanyakan nya pada para pengusaha yang ada di sini. Saya benar-benar ibunya,"sahut Naima meyakinkan.

"Lalu kenapa anda ingin memberinya obat tidur pada putra anda sendiri di tempat umum seperti ini?"tanya pramusaji itu memicingkan matanya.

"Karena setelah dari sini, dia akan pergi ke klub malam, dan saya tidak suka. Sudah! Jangan banyak tanya! Kalau kamu mau menuruti perintah saya, maka saya akan memberikan uang pada kamu. Tapi kalau kamu tidak mau, saya akan mencari orang lain saja,"ujar Naima yang merasa kesal dengan pramusaji itu.