Flashback 2

Setelah 10 jam...

Aisha langsung menemui dokter setelah operasi selesai dilakukan.

"Dokter bagaimana kondisi Papa saya?" Tanya Aisha.

"Kami minta maaf Nona. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi luka yang dialami pasien membuat pasien kehilangan banyak darah. Pasien mening...."

Ucapan dokter itu belum selesai karena sudah langsung dipotong oleh Aisha.

"Tidak! Dokter pasti bercanda bukan? Tolong katakan kepada saya bahwa ini semua bohong. Papa tidak mungkin meninggal. Papa pasti selamat kan dokter?" Ucap Aisha tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter itu.

Tapi dokter hanya tertunduk, mengerti akan kesedihan yang dirasakan Aisha. Jadi percuma baginya untuk menjelaskan semuanya.

"Tidaaakk...! Dokter seharusnya melakukan sesuatu. Kenapa dokter membiarkan Papa saya meninggal?" Teriak Aisha lagi.

Asisten Jack mencoba untuk menenangkan Aisha dengan memintanya untuk mengontrol emosinya.

"Tenanglah Nona Aisha. Para dokter pasti sudah melakukan yang terbaik. Namun Tuhan berkehendak lain." Ucap Asisten Jack.

"Bagaimana aku bisa tenang! Papa adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa di dunia ini. Aku sudah memberikan semuanya kepada rumah sakit ini bahkan rumah sudah ku jual. Tapi kenapa mereka tidak bisa menyelamatkan Papa? Kenapa? Aaaaahhh..." Teriak Aisha frustrasi.

"Nona Aisha tolong kendalikan diri anda jangan seperti ini." Ucap Asisten Jack.

Aisha benar-benar frustrasi seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya. Dia berteriak di lorong rumah sakit membuat beberapa perawat ikut mendekat berusaha menenangkannya. Tepat saat dokter hendak menyuntikkan obat penenang, asisten Jack meminta kepada dokter untuk tidak melakukannya karena dia ingin berusaha menenangkan Aisha sendiri.

"Nona Aisha dengarkan saya!" Ucap asisten Jack yang ikut berjongkok dihadapan Aisha yang duduk di lantai dengan memegang lututnya bersandar di tembok.

Aisha terus saja menangis memikirkan nasibnya. Dia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini selain Papa nya, dan sekarang Papa nya juga ikut meninggalkan dia.

"Anda harus bisa tenang dan mengikhlaskan semua ini. Bagaimanapun, Papa anda pasti tidak akan bisa tenang jika anda terus seperti ini." Ucap asisten Jack.

Aisha mengangkat wajahnya memikirkan apa yang dikatakan asisten Jack. Dia pun membayangkan raut wajah Papa nya yang sedih.

"Sekarang tugas terakhir Nona adalah memakamkan Tuan dengan layak." Ucap Asisten Jack lagi.

Aisha pun mulai mencoba untuk tegar. Dengan semua tenaga dan perasaannya yang tersisa, dia melangkah masuk di temani Asisten Jack untuk melihat tubuh Papa nya yang sudah terbujur kaku di dalam ruang operasi.

Aisha sudah tidak menangis lagi meski dia tengah melihat wajah Papa nya yang sudah tidur dalam damai selamanya. Wajah Papa nya tampak bersih, seperti orang yang tengah tertidur begitu lelap.

"Terima kasih untuk semua kasih sayang yang selama ini Papa berikan. Aku ikhlas Pa. Doakan agar aku bisa kuat menjalani semua ini tampa ada Papa di sampingku."Bisik Aisha di telinga Papa nya.

Ada setetes air mata yang jatuh ke pipinya. Namun Aisha dengan cepat mengusapnya, tak ingin lagi-lagi kehilangan kendali akan dirinya.

Aisha lalu mengusap wajah Papa nya dan mencium kening Papa nya sebelum menutup wajah Papa nya itu dengan kain putih yang ada.

Setelah itu Aisha tidak makan apapun atau bahkan tidur dengan nyenyak. Dengan semua bantuan dari asisten Jack, Aisha bisa melaksanakan pemakaman Papa nya.

Setelah pemakaman Papa nya itu, Aisha tidak punya tempat untuk pergi kemanapun. Dia juga tidak mungkin merepotkan Asisten Jack yang punya kehidupan pribadi dengan keluarganya. Meski asisten Jack menawarkan bantuan kepadanya untuk tinggal bersamanya, tapi Aisha menolak karena tidak mau menjadi beban. Apalagi mengingat bahwa asisten Jack juga punya seorang anak laki-laki yang seusia dengannya dan juga ada 3 anak lainnya yang juga masih bersekolah. Jadi Aisha memutuskan untuk mencari kehidupannya sendiri.

Uang penjualan rumah Aisha sebenarnya masih tersisa cukup banyak setelah membayar biaya rumah sakit. Namun semua sisanya itu, harus digunakan untuk membayar hutang bank. Jadi saat ini, Aisha tidak memiliki sepeserpun yang dia bawa.

Dia hanya bisa berjalan dengan putus asa di tengah-tengah jalanan.

Seolah penderitaan Aisha tidak cukup, saat itu juga hujan turun dengan begitu deras dan seluruh tubuh Aisha basah kuyup. Pikirannya sedang kacau dan dia bahkan tidak melihat ada sebuah mobil berjalan tepat ke arahnya dan saat dia menyadari hal itu dia sudah ditabrak mobil itu dan tidak sadarkan diri.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!