Seorang pemuda tampan, dengan wajah penuh bekas luka mendatangi rumah warga tempat dia KKN. Teman-temannya yang ada di sana, memasang wajah khawatir melihat luka Jeno.
"Ya ampun, No. Wajah kamu kenapa?" tanya Herman khawatir melihat sahabatnya itu.
Jeno mengepalkan tangannya erat. Dia akan jujur pada teman-temannya. Agar mereka tahu kalau Pak Broto yang disangka baik dan dermawan, ternyata iblis berwujud manusia.
"Kemarin malam aku di perkosa!" ujar Jeno dengan suara serak menahan tangisnya.
Semua orang terdiam ketika mendengar ucapan Jeno.
"Aku di perkosa oleh Pak Broto dan teman-temannya. Aku di siksa, bahkan mereka merecoki ku dengan alkohol dan memaksa ku untuk menghirup narkoba!" cerita Jeno dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Beberapa saat kemudian, teman-teman Jeno tertawa terbahak-bahak. Menganggap kalau Jeno baru saja berbohong, sedangkan Jeno terkejut melihat temannya yang malah tertawa dan menatapnya dengan sorot mata mengejek.
Kecuali satu orang, yaitu Dani. Pria yang tidak pernah dekat dengan Jeno dan selalu dijauhi oleh mahasiswa lainnya, sebab Dani sangat nakal dan rusak.
"Gila kamu, No. Ada-ada saja! Mana mungkin cowok di perkosa? Ha ha … dongeng mu boleh juga, No."
Ucapan Herman membuat Jeno melebarkan bola matanya. Dia tidak menyangka temannya tega melontarkan kata-kata jahat itu.
"Aku serius, Her. Kamu lihat muka ku, ini luka yang aku dapatkan, karena dihajar oleh pengawal Pak Broto saat aku melawan!" sentak Jeno dengan suara meninggi.
Dia tidak menyangka kalau sahabatnya menganggap ceritanya candaan.
"Ah lemah kamu, No. Kalau memang kamu diperkosa, kenapa nggak lari?"
"Ha ha … kalau benar kamu diperkosa, masuk lewat mana? Lewat belakang?"
"Berak lancar, No?"
"Ha ha."
Mereka semua tertawa lepas mengejek Jeno. Kecuali Dani, dada Jeno terasa sangat sesak. Seperti dihantam oleh batu besar dan ditusuk ribuan jarum yang tajam.
Mengapa korban selalu disalahkan?
Jeno menundukkan kepalanya.
"Apa ini yang dirasakan oleh wanita yang diperkosa dan diolok-olok oleh masyarakat?" batin Jeno menangis.
Seseorang menepuk pundak Jeno. Membuat pria itu mendongak. Seorang teman yang tak pernah ia hiraukan, kini tersenyum tipis ke arahnya.
"Mereka tidak akan mengerti, karena tidak merasakan apa yang kita rasakan," ujar Dani pelan membuat Jeno terhenyak.
"Ka-kamu," balas Jeno terbata-bata.
"Ayo, kita ngopi bareng di warung depan!" ajak Dani membuat Jeno bangkit, mereka berdua pergi meninggalkan segerombolan manusia tak berperasaan.
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Dani. Manusia tidak akan bersimpati, sebelum merasakannya.
Orang yang pernah kelaparan, pasti tahu apa yang dirasakan oleh orang yang sedang kelaparan.
Begitu pun dengan Jeno dan Dani. Mereka berdua duduk di warung depan. Dani memesan kopi untuk Jeno. Keduanya duduk berhadapan, saling beradu pandang satu sama lain.
"Berapa orang?" tanya Dani singkat membuat Jeno mengerti.
"Tujuh," balas Jeno pelan membuat Dani mengepalkan tangannya erat. Pria blasteran Indonesia-Amerika itu mengepalkan tangannya erat di bawah meja.
Dia merasa sangat marah, setelah mendengar cerita dari Jeno. Benar-benar tidak berperi kemanusiaan orang yang melakukan aksi brutal dan tak senonoh.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dani serius menatap wajah Jeno yang terdapat bekas lebam.
"Aku akan melaporkan kepada polisi!" tegas Jeno penuh dendam membuat Dani tersenyum tipis.
"Ya … laporkan saja! Nanti kalau pelakunya ditangkap, aku akan pindah negara!" balas Dani membuat Jeno mengerutkan keningnya.
Dani tertawa kecil. Dia menghisap rokoknya, lalu menyemburkan asap dari mulutnya.
"Maksudmu?" tanya Jeno tak mengerti.
"Ini kopinya, Nak." Pria paruh baya meletakkan dua cangkir kopi di atas meja. Mereka berdua tersenyum ramah.
"Terima kasih, Pak," balas mereka serempak.
"Sama-sama."
Keduanya melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.
"Apa maksud dari perkataan mu?" tanya Jeno lagi seraya menatap lekat pria perokok di hadapannya.
"Apa yang kamu lakukan, sudah aku lakukan! Aku juga menceritakan peristiwa naas ku pada teman-teman ku, tapi, mereka malah menertawakan ku. Lalu, aku lapor polisi, mereka juga menertawakan ku dan malah menutup kasus ku tanpa menyelesaikan nya!"
"Dunia ini kejam, Bro. Ada kalanya korban menjadi tersangka. Tersangka menjadi korban. Kamu tahu kenapa itu bisa terjadi?"
"Uang! Karena uang … gara-gara kertas tak ternilai itu, orang-orang rela menggadaikan keadilan, rela mengkhianati sumpahnya. Hukum itu abstrak, bisa diolah sesuka mereka yang berkuasa."
"Lalu, bagaimana kita yang lemah? Keadilan yang kita dapatkan hanya dari karma. Atau bisa pilih opsi lain, yaitu dengan memakai hukum rimba. Kita sendiri yang mencari keadilan untuk diri kita!" jelas Dani penuh makna membuat Jeno mendengarnya dengan baik.
"Siapa yang telah melakukan itu padamu?" tanya Jeno serius membuat Dani tersenyum miris.
"Ayah dan pamanku," balas Dani tersenyum paksa membuat Jeno melebarkan matanya.
*
*
Tolong bantu karya ini masuk rangking karya baru 🙏🥰😘
Bersambung
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak beradik 🙏🥰😘
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
Dani lebih tragis lagi ayah dan paman nya
2023-04-13
0
Nurlela Nurlela
merecoki >>> mencekoki
2023-03-14
1
Yunia Afida
😱😱😱ya Alloh ternyata pelakunya orang terdekat
2023-03-13
1