"Boleh, tapi, bayaran apa yang akan saya dapatkan?" tanya Jeno serius membuat Jenny dedegan. Jantung gadis itu berdegup kencang, mendengar suara serak dosen tampan di hadapannya.
"Suka-suka, Bapak. Mau minta apa," jawab Jenny pasrah membuat Jeno tersenyum misterius.
Pria itu menggulung lengan kemeja nya. Jenny hanya mampu menelan ludahnya kasar saat melihat lengan berurat Jeno. Gadis genit itu menggigit bibir bawahnya. Membayangkan kalau tangan itu mendekap erat tubuhnya untuk memberikan kehangatan.
"Ayo kita pulang!" ajak Jeno tersenyum tipis. Lalu berjalan lebih dulu melewati Jenny.
Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu, dia menerima ajakan Jenny untuk pulang bersama. Jeno lupa kalau dia punya istri yang cemburuan.
Kalau sampai Jena tahu, dia pasti akan marah besar.
*
*
Di rumah,
Jena menunggu kepulangan suaminya di rumah. Wanita itu ingin bertanya banyak hal, tentu saja untuk menggali informasi yang ada. Dia penasaran, mengapa Jeno memilih Marni.
"Aneh … dulu Jeno juga pilih Marni di antara banyaknya pembantu yang lebih mahir dan berpengalaman. Masakan Marni juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang waw … wajahnya memang oke, seperti bunga desa pada umumnya. Bentuk tubuh juga montok! Tapi, hampir sebelas tahun aku mengenal, Jeno. Dia selalu suka dengan wanita cerdas, berpendidikan dan pandai publik speaking!"
"Tapi, kenapa dia malah selingkuh dengan, Marni? Apa jangan-jangan seleranya sudah turun kali ya?"
Jena berbicara dengan diri sendiri. Wanita itu memiliki kemajuan, dulu makan sendiri, mandi sendiri, kerja sendiri, sekarang malah bicara sendiri.
"Haiss …emang rata-rata kalah selingkuhan itu lebih rendah daripada istri sah. Rendah dari segi kecantikan, kekayaan dan pekerjaan. Bahkan, ada tuh suami artis yang selingkuh dengan pemilik toko bunga. Padahal istrinya artis papan atas! Cih … artis papan atas saja di selingkuhi, apalagi aku yang cuma dokter spesialis jantung!"
Jena berdecak kesal, dia memilih memakan kacang sambil menonton drama Korea. Terlalu lama menunggu membuat Jena ketiduran di depan televisi yang menyala.
Jena tidak lagi mendengar apapun, suara derap langkah kaki terdengar. Seorang pria tampan tersenyum lembut saat melihat istrinya ketiduran di sofa panjang depan televisi.
"Ck, kebiasaan. Kalau nonton pasti ketiduran!" Jeno tersenyum lebar.
Pria itu menekuk lututnya. Dia berada tepat di hadapan sang istri. Memandangi wajah cantik istrinya. Betapa beruntungnya Jeno punya istri cantik seperti Jena.
Dia membelai pipi Jena dengan hati-hati dan penuh kelembutan. Seolah istrinya itu adalah permata berharga yang tak boleh tergores sedikitpun.
"Aku sangat-sangat mencintaimu, Dinda. Aku harap, bila hari itu datang, kamu tetap mencintai ku dan percaya padaku," gumam Jeno pelan.
Pria itu mengecup kening istrinya lebih kasih sayang.
"Eh, Bapak," sapa Marni. Gadis itu terkejut melihat majikannya sudah pulang.
Tadinya dia merasa haus, dia pun keluar dari kamarnya. Tak menyangka akan bertemu dengan Jeno, apalagi melihat pria itu mencium kening istrinya dengan lembut.
Jeno langsung meletakkan telunjuk di bibirnya. Memberi kode agar Marni tak bersuara.
"Pergilah, lakukan apa yang ingin kamu lakukan." Jeno berbisik pelan membuat Marni menganggukkan kepalanya.
Dia segera melangkah dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara. Takut kalau majikan wanitanya bangun tidur.
Kembali lagi pada Jeno, pria itu segera menggendong istrinya dengan hati-hati. Tak lupa dia mematikan televisi terlebih dahulu. Bergegas menaiki anak tangga,membawa sang istri masuk ke dalam kamar.
Saat tiba di dalam kamar, Jeno segera meletakkan tubuh istrinya dengan hati-hati di atas ranjang. Saat Jeno ingin bngkit dan pergi, Jena mengeratkan pelukannya, membuat Jeno terjatuh menimpa tubuh istrinya.
"Hiks … kenapa kamu tega selingkuhin aku! Aku benci kamu …tapi, aku cinta sama kamu!"
Jena mengigau sampai meneteskan air matanya. Membuat Jeno terkejut. Tak lama kemudian pria itu terkekeh geli. Dia berguling ke samping tubuh Jena. Membuat wanita itu berada di atasnya.
"Suttt … aku tidak selingkuh, Dinda. Kamu segalanya bagiku, bagaimana bisa aku menyakitimu!"
Jeni berbisik pelan. Dia menepuk punggung istrinya. Membuat Jena yang tadinya menangis pun langsung tenang. Wanita itu kembali terlelap dengan pulas. Jeno ingin beranjak ke kamar mandi guna membersihkan dirinya, tetapi, Jena memeluknya dengan erat.
"Huff … kalau aku tidur tanpa mandi dan kamu tau itu, pasti telinga ku panas mendengar ceramah mu. Tapi, kalau aku paksa lepasin pelukan kamu dan kamu bangun, pasti telinga ku panas juga, karena dengar kamu merepet, sebab tidurmu keganggu! Serba salah aku ini!"
Jeno bergumam pelan dalam hati. Tahu betul kalau istrinya paling tidak suka jorok, kalau Jeno pulang kerja harus mandi dulu baru pelukan atau main ekhm ekhm. Maklum saja, punya istri dokter, kebersihan dan kesehatan harus terjaga dengan baik.
Jeno memutuskan untuk tidur saja, kalau sampai keesokan harinya Jena bawel, tinggal tunjukkin rekaman CCTV di dalam kamar.
*
*
Waktu berjalan begitu cepat, pagi-pagi buta Jena sudah bangun. Wanita itu terkejut saat mendengar bunyi alarm ponsel milik sang suami.
"Eugh … Mas, … bangun! Alarm HP kamu bunyi tuh!" suruh Jena dengan suara parau. Dia menepuk pipi suaminya pelan.
Jeno hanya bergumam pelan. Pria itu malah mendorong Jena, dan menarik lengannya yang terasa kram, sebab semalaman dijadikan bantal oleh Jena.
"Heumm … hiks … lengan aku kram gara-gara kamu," balas Jeno manja tanpa membuka matanya. Dia berbalik memunggungi istrinya.
Dia hanya merengek dengan mata terpejam. Jena yang mendengar sang suami menyalahkan nya pun langsung membuka matanya lebar.
"Kok aku yang di salahin, Kanda?" tanya Jena dengan nada kesal membuat Jeno membuka matanya perlahan.
"Gimana bukan salah kamu, 'kan, semalam kamu yang tidur di lengan aku, Dinda."
"Aku nggak salah. Justru aku benar, karena tidur di lengan kamu. Yang salah kalau aku tidur di lengan suami orang!" bela Jena tak ingin di salahkan membuat Jeno menghela nafas berat.
Memang sudah bawaan pabrik, wanita tidak ingin disalahkan.
Tak ingin berdebat dengan sang istri. Akhirnya Jeno memilih mengalah.
"Iya-iya aku yang salah! Aku minta maaf!" balas Jeno seraya bangkit duduk guna meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Kamu marah, ya?" tanya Jena dengan suara menahan tangis, saat melihat wajah sang suami seperti menahan kesal.
Jeno menoleh ke samping, melihat mata sang istri sudah berkaca-kaca.
"Nggak."
"Tuh, 'kan, kamu marah! Jawabnya cuma satu kata, nggak pake, Dinda!" balas Jena seraya meneteskan air matanya membuat Jeno langsung serba salah.
'Dasar wanita, memang susah di tebak, tadi merajuk, sekarang malah nangis,' batin Jeno tak paham dengan kamus wanita.
*
*
Hihi … boleh dong minta komentar nya 100, atau kopi, soalnya hari ini author ulang tahun hihi 🤭🤭❤️
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Esther Nelwan
aki kasih kopi bwt author
2023-04-06
0
Aini Chayankx Ahmad N
disini banyak teka teki nya kak.
2023-03-17
1
QQ
Typo dikit Thor diawal *Jeni seharusnya *Jeno 🙏
2023-03-06
1