Setelah berdebat kecil, kedua pasangan itu memutuskan untuk mandi bersama. Tidak melakukan hubungan badan, karena memang Jeno sedang buru-buru dan Jena berusaha sekuat mungkin untuk tidak terjebak dalam hubungan intim dengan Jena.
Dia tidak ingin sering-sering memberi jatah untuk Jeno. Dalam pikirannya Jeno masih selingkuh, pasti pria itu juga mendapatkan jatah dari selingkuhannya.
"Dinda, nanti aku pulang malam lagi ya. Jangan tungguin aku, kalau memang mengangguk, kamu tidur aja!" Jeno berbicara seraya menyisir rambutnya. Sedangkan Jena sedang memakai bajunya.
"He'um, oh iya, Kanda. Itu aku mau nanya, kenapa kamu sewa jasa ART? Bukannya selama ini kita baik-baik saja tanpa harus memakai jasa pembantu. Maksudku, kamu tidak keberatan membersihkan rumah dan aku juga melakukannya saat aku cuti! Jadi, kenapa tiba-tiba kepikiran buat sewa jasa pembantu?"
Jena bertanya dengan bertele-tele membuat Jeno tersenyum tipis. Dia menatap lekat pantulan istrinya dari cermin. Terlihat Jena sangat gugup. Jeno menebak dalam hati kalau sang istri sedang cemburu.
"Kamu cemburu karena ada wanita lain di rumah kita? Takut kalau aku selingkuh?" tebak Jeno asal membuat Jena tersentak.
Dia terkejut mendengar pertanyaan Jeno. Gadis itu hanya bisa menelan ludahnya kasar. Tangannya terkepal erat. Memasang wajah datar tanpa emosi.
"Aku tidak takut kamu selingkuh! Hanya saja aku akan kecewa, karena kamu tega mengkhianati cinta aku. Dan … kalau terbukti kamu selingkuh. Di hari itu juga aku akan menggugat cerai kamu!" balas Jena dengan nada tegas.
Kali ini Jeno yang menelan ludahnya kasar. Dia terhenyak mendengar kata-kata istrinya yang seperti ancaman keras. Sisir yang ia pegang langsung jatuh, membuat Jen tersenyum tipis. Lagak suaminya seperti orang gugup dan ketakutan.
"Kamu ini apaan sih! Mana mungkin aku selingkuhin kamu, Dinda. Kamu cantik, cerdas, karir mu bagus. Yang ada goblok kalau aku selingkuh! Ada-ada aja kamu ini!"
Jeno berkilah. Dia tersenyum manis menutupi rasa gugupnya. Pria itu segera berbalik mendekati istrinya, lalu tanpa aba-aba menarik tengkuk leher Jena, mencium rakus bibir istrinya.
Ciuman itu terasa sangat dalam dan menggebu-gebu. Membuat Jena belum siap, dia mendorong tubuh Jeno, namun pria itu malah memperdalam ciumannya.
Eumm.
Jena nyaris kehabisan udara, dia memukul dada sang suami. Barulah Jeno melepaskan ciuman tersebut. Nafas keduanya memburu, Jeno menyatukan keningnya dengan kening Jena. Membuat mata mereka berdua bertemu.
Jena menghirup udara di bawah hidung nya dengan rakus. Dia mencengkram erat pundak sang suami. Menatap dalam bola mata Jeno.
"Kenapa?" tanya Jena dengan suara lembut membuat Jeno terdiam.
Pria itu tidak tahu harus berbicara apa. Dia bingung memulai dari mana, nyatanya ada keresahan dan rasa gelisah dalam hati Jeno.
"Kamu percaya, 'kan, sama aku?" Bukan menjawab, Jeno malah bertanya pada Jena dengan suara parau.
Raut wajah pria itu berubah sendu. Logika dan batin nya sedang berperang. Sungguh tiada ketenangan dalam kepala dan hatinya untuk saat ini. Apalagi, di kala mendengar ucapan sang istri yang akan pergi darinya bila terbukti Jeno selingkuh.
Jena yang mendengar pertanyaan sang suami pun mendorong dada bidang Jeno pelan. Keduanya menjaga jarak. Sang wanita membuang wajahnya ke arah lain.
"Kepercayaan akan goyah bila ada bukti nyata yang mampu menciptakan keraguan dalam hati. Oleh karena itu, bila memang benar kamu selingkuh. Lakukan dengan bersih, jangan tinggalkan jejak. Karena bila sampai aku melihat jejak itu, jangan harap aku bisa berbagi air ludah denganmu lagi! Dan aku tidak akan Sudi, benih mu membasahi rahimku lagi!"
Jena berbicara menggunakan bahasa kiasan. Jeno termangu, bungkam seribu bahasa. Sang wanita pun beranjak dari kamar megah itu. Meninggalkan sang pria yang berdiri termenung seorang diri.
Tes.
Tanpa bisa dicegah. Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya. Dadanya terasa sangat sesak. Nafasnya tercekat di tenggorokan.
"Andai kamu tahu apa yang sedang aku jalani. Entah kamu akan iba atau jijik padaku," lirih pria itu seraya menghapus air matanya.
"Kanda, buruan sarapan! Udah jam 07:00 WIB ini!" teriak Jena dari luar kamar membuat Jeno segera memasang ekspresi bahagia.
"Iya, Dinda. Aku turun sekarang?" balas Jeno dengan suara tinggi agar Jena mendengarnya.
*
*
Jena merasa bosan di rumah, hanya ada Marni yang menemaninya. Wanita itu melihat Marni yang baru saja mengepel lantai.
"Marni, kemarilah!" panggil Jena membuat gadis yang bernama Marni itupun segera berjalan ke arahnya.
"Iya, Buk."
"Duduklah, saya mau bicara sebentar sama kamu!" pinta Jena membuat Marni langsung duduk di lantai, dia tidak berani duduk di atas karena tidak sopan.
Jena yang melihat Marni di bawah pun hanya diam saja. Bila di kehidupan pertamanya dia akan menyuruh Marni duduk di sofa bersama nya, sekarang tidak lagi. Dia masih menyimpan dendam pada Marni.
"Ibuk, mau ngomong apa?" tanya Marni polos mendongak menatap Jena yang di tas sofa.
"Berapa orang yang bekerja di Yayasan Pembantu Sempurna?" Jena bertanya asal membuat Marni bingung. Tetapi, dia tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan Jena.
"Banyak, Buk. Ada ratusan!" jawab Marni membuat Jena mengerutkan keningnya.
"Di antara ratusan orang itu, suami saya memilih kamu? Berarti kamu yang paling muda dan cantik di sana?"
"He he ….Ibuk bisa aja, kalau yang paling muda sih iya, Buk. Umur saya hampir 19 tahun, tapi kalau yang cantik itu banyak, Buk. Saya mah cuma remahan rengginang aja."
Jena semakin penasaran dengan rahasia yang di simpan oleh suaminya. Kalau benar yang dikatakan oleh Marni, banyak yang lebih cantik, berarti selera Jeno sangat rendah dong.
"Tapi, Buk … saya lihat wajah, Bapak. Kayak nggak asing!" celetuk Marni membuat Jena menaikkan alisnya sebelah.
"Maksud kamu?" tanya Jena serius.
"Nggak tahu, Buk. Saya kayak pernah lihat aja. Bapak, mirip banget sama laki-laki remaja yang Ayah saya tolong 13 tahun yang lalu."
Marni bercerita membuat Jena terhenyak. Terlalu banyak teka-teki misteri suaminya yang ia tidak ketahui. Jena segera mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri, mencari foto remaja suaminya.
Setelah berhasil mendapatkan foto tersebut, dia perlihatkan pada Marni.
"Ini foto Bapak waktu remaja, apa sama dengan laki-laki yang Ayah kamu tolong?" tanya Jena serius membuat Marni membesarkan bola matanya.
"Bener, Buk. Bukan lagi mirip, ternyata bener, laki-laki itu, Bapak. Wahh … ternyata dunia sangat sempit!" tukas Marni tersenyum polos membuat Jena semakin gamang. Apa benar Marni selingkuhan suaminya? Tetapi, mengapa anak ini tampak sangat polos.
"Emang kejadiannya seperti apa? Kenapa suami saya bisa di tolong sama Ayah kamu?" tanya Jena penasaran.
"Oh kalau itu saya nggak tahu, Buk. Karena waktu itu saya masih kecil! Dan seingat saya, Bapak cuma istirahat semalaman di rumah saya. Setelahnya bapak di jemput sama orang tua beliau!"
Marni menjawab dengan jujur. Saat sedang berbicara, Jena tak sengaja menatap ke arah televisi. Dia terhenyak saat mendengar berita.
[Seorang mahasiswi universitas Malikussaleh ditemukan sudah tak bernyawa di kamar hotel Melati. Diduga mahasiswi tersebut meninggal karena diperkosa dan dipaksa minum miras oplosan! Mirisnya, pelaku yang tega memperkosa mahasiswi tersebut adalah ayahnya sendiri]
"Malikussaleh, berarti mahasiswi itu anak didik, Mas Jeno," gumam Jena terkejut.
*
*
sedikit demi sedikit yah author buka wkwkk ... silahkan main tebakan di kolom komentar.
Bersambung.
jangan lupa like komentar vote dan beri rating 5
salem Aneuk Nanggroe Aceh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
aku nyimak aja malas mau maen tebak2an
2023-04-13
1
Riatin Didik
waduhhhh
2023-03-27
0
Aini Chayankx Ahmad N
penasaran banget kak.
2023-03-17
0