Jadi, cerita ini genre nya time travel. Si Jena mengalami time travel, dia kembali ke masa lalu. Sebelum dia tahu kalau suaminya selingkuh.
Bagi yang pernah nonton Reborn Rich, atau baca novel time travel pasti paham 🤭❤️
Jadi, masih banyak misteri dan teka-teki. Jujur membuat novel genre ini merupakan tantangan baru untuk author. Jadi, mohon dukungannya yah.
❤️❤️
...----------------...
Rekan dokter Jena terkejut saat mengetahui donor jantung untuk Rara telah di ganti. Mereka sempat bertanya pada Jena, mengapa wanita itu melakukannya.
"Jantung donor yang pertama tidak akan berdetak," jawab Jena santai membuat mereka semua heran.
"Bagaimana bisa tidak berdetak, kalau kita tidak mencobanya dulu!" balas rekan Jena membuat wanita itu langsung menoleh ke arahnya.
"Mencobanya? Kamu kira Rara itu boneka? Tidak punya nyawa? Kalau gagal, bagaimana? Kamu bisa mengganti nyawanya?"
Jena menyerang rekan dokternya itu dengan berbagai pertanyaan. Dia sangat kesal kalau temannya tidak percaya pada Jena, wanita itu melihat sendiri bagaimana nasib Rara. Gadis kecil yang punya sejuta mimpi itu meninggal di meja operasi.
Sungguh, menyedihkan.
"Bagaimana kalau jantung donor yang kamu pilih tidak berdetak atau tidak berfungsi padanya? Kamu bisa mengganti nyawanya?"
Vio adalah teman Jena, wanita itu menatap tajam sahabatnya. Jena terhenyak mendengar pertanyaan Vio. Dia tidak memikirkan itu.
Bagaimana kalau jantung donor yang kedua juga tidak berfungsi? Bagaimana kalau Rara memang ditakdirkan meninggal? Bagaimana?
Mata Jena langsung berkaca-kaca. Tidak, dia yakin kalau Rara bisa hidup dan berumur panjang. Dia yakin kalau operasi kali ini akan berjalan lancar.
"Sudah cukup kalian berdebat! Sekarang waktunya bekerja! Tetap fokus, jangan sampai ada kesalahan, karena ini menyangkut nyawa orang!" lerai Aisyah merupakan perawat senior di rumah sakit Cinta Kasih.
Mereka semua segera bergegas bekerja. Jena menatap lekat wajah pucat Rara yang tampak damai dibawah pengaruh obat bius. Dia bertekad dalam hati akan bekerja sebaik mungkin untuk membuat Rara hidup. Tidak akan dibiarkan gadis kecil itu meninggalkan nya.
"Bertahanlah, Rara. Bu Dokter akan berusaha untuk menyelamatkan mu," gumam Jena dalam hati.
Jena dan rekannya melakukan pekerjaan mereka sebaik mungkin. Perawat di dalam sana membersihkan keringat yang keluar dari kening dokter.
Dokter ahli bedah dan spesialis jantung bekerja dengan baik.
"Potong."
Perawat segera memotong jahitannya.
"Potong."
Di antara semuanya, Jena yang paling fokus, keringat dingin membasahi di keningnya. Takut sekali kalau terjadi kesalahan.
"Je, jangan sampai gagal! Bocah ini berasal dari kamar VVIP, kalau terjadi sesuatu, bisa-bisa habis kita!" ujar Vio pada Jena membuat wanita itu tak terlalu memperdulikan nya.
"Pendarahan?" tanya Jena pada perawat.
"Tidak, Dok!" jawabnya cepat.
Operasi telah selesai dilakukan, tiba-tiba holter monitor berbunyi membuat mereka semua panik. Mata Jena membulat sempurna, saat keadaan jantung donor untuk Rara juga tidak berdetak.
"Jantungnya tidak berdetak, Je!" desis Vio panik membuat dunia Jena seakan hampir runtuh.
Tidak mungkin dia gagal lagi? Jena telah berusaha sekuat mungkin untuk merubah alur ceritanya. Bila Rara meninggal, maka akan sia-sia apa yang dia lakukan demi menyelamatkan Rara.
Jena menggelengkan kepalanya. Dia segera mengambil alat pacu jantung, lalu meletakkan di dada Rara. Membuat tubuh Rara terguncang ke atas.
"Nggak … nggak … aku nggak boleh gagal! Kamu harus hidup, Ra!" teriak Jena histeris. Terus merangsang jantung Rara dengan alat pacu jantung. Berharap jantung gadis kecil ini kembali berdetak.
Vio menutup mulutnya tak percaya. Dia menggelengkan kepalanya lemah, karena holter monitor tidak menunjukkan tanda-tanda jantung Rara berdetak. Dalam artian Rara telah tiada.
Bukan hanya Jena yang hancur, Vio juga, karena untuk pertama kalinya dia gagal menyelamatkan pasiennya di ruang operasi.
"Aku gagal! Aku gagal jadi dokter," lirih Vio seraya meneteskan air matanya.
Jena menangis seraya terus memacu jantung Rara berkali-kali. Dia menangis sesenggukan. Berharap kalau Rara selamat.
"Hiks … kamu harus hidup, Ra! Kamu harus hidup! Rara, kamu harus hidup?!" teriak Jena kencang seraya merangsang jantung Rara agar berdetak dengan alat pacu jantung.
Degg.
Holter monitor menunjukkan keadaan jantung Rara yang berdetak kembali. Sontak saja mereka semua saling beradu pandang. Vio segera bangkit berdiri mendekati brankar Rara.
Dia memeriksa denyut nadi Rara, cairan bening meluncur membasahi pipinya.
"Kita berhasil! Hiks … Rara masih hidup! Bocah kecil ini masih hidup!" ujar Vio seraya menangis.
Jena merasa sangat senang, akhirnya dia berhasil membantu Rara hidup kembali. Dia tersenyum cerah, meski matanya berair.
Cairan kental berwarna merah keluar dari hidung Jena, membuat semua orang terkejut melihatnya.
"Je, hidung mu berdarah!" seru Vio membuat Jena menyentuh hidungnya.
"Darah," lirih Jena sebelum akhirnya tumbang. Semua orang berteriak panik saat melihat Jena ambruk ke lantai.
Wanita itu samar-samar mendengar rekannya memanggil namanya berulang kali. Tetapi, Jena tak memiliki tenaga untuk menjawab, atau membuka matanya.
Empat jam lebih mereka di ruang operasi. Tenaga dan otak mereka di keras habis-habisan. Mungkin itulah yang membuat Jena pingsan.
*
*
Jena membuka matanya perlahan, saat merasakan tetesan air mengenai wajahnya. Hal pertama yang dia lihat adalah kegelapan. Tubuhnya terasa basah, dia segera bangkit duduk, menoleh ke sekitarnya. Tidak ada satupun cahaya yang dia dapat.
Semuanya gelap. Jena hanya dapat melihat tubuhnya saja. Lainnya tidak.
"Di mana ini?" tanya Jena pelan pada dirinya sendiri.
Seingatnya, dia pingsan di ruang operasi, karena kelelahan. Lalu, mengapa saat sadar dirinya berada dalam ruang gelap ini.
Apakah dia di culik? Atau dia berada di rumah sakit dan mati lampu? Ahh … rasanya gak mungkin rumah sakit mati lampu, bisa mati banyak pasien.
"Kamu sudah sadar rupanya."
Sebuah suara merdu terdengar oleh indera pendengar Jena. Wanita itu segera menoleh kiri kanan, guna mencari keberadaan si pemilik suara. Namun, dia tidak menemukannya.
"Kamu siapa?" tanya Jena penasaran bercampur rasa takut.
"Aku adalah pemilik tempat ini! Tempat para jiwa yang mati dalam keputusasaan, lalu diberi kesempatan hidup untuk memperbaiki alur kehidupannya. Dan setiap dari mereka pasti akan datang ke tempat ini!"
Tiba-tiba pemilik suara merdu dan indah itu muncul menjadi satu manusia yang tampak sangat cantik, kecantikannya tidak pernah Jena lihat di dunia.
Dia membuka mulutnya lebar, ketika melihat sosok wanita itu.
Jena segera merubah raut ekspresi nya. Dia tidak mau larut dalam kekagumannya. Jena ingin bertanya banyak hal pada wanita ini.
Jujur saja dia sendiri tidak paham, mengapa dia mengalami time travel atau perpindahan waktu ke masa lalu.
"Kamu yang memanggilku untuk datang kemari?" tanya Jena serius.
Wanita itu tersenyum lembut. Dia menjentikkan jarinya, kemudian muncullah sepasang kursi dan meja berwarna putih.
"Kita duduk dulu."
Keduanya pun duduk di kursi, saling berhadapan. Jena menatap serius wanita cantik di hadapannya ini. Dia masih penasaran dengan alasan mengapa dia bisa mengalami time travel.
"Aku sengaja memanggil mu kemari hanya untuk mengingatkan mu sesuatu!" ujar wanita itu tak kalah serius membuat Jena gugup.
Dia menelan ludahnya kasar, entah mengapa dia merasa kalau sesuatu yang ingin dikatakan oleh wanita ini buruk.
"Tentang anak yang kamu selamatkan! Seharusnya dia meninggal, tapi, kamu menyelamatkannya dengan mengganti jantung donor! Asal kamu tahu, semakin banyak alur yang kamu ubah, maka akan semakin pendek umurmu di kehidupan keduamu ini!" jelas wanita itu serius memberitahu Jena.
Jena melebarkan bola matanya. Dia tidak tahu akan hal itu.
"Tadi itu, bukanlah mimisan karena kamu lelah! Tapi, efek samping dari perubahan alur hidupmu. Bila kamu ingin berumur panjang, jangan ubah apapun. Jalani saja sebagaimana mestinya. Tapi, kalau kamu merubahnya! Jiwamu akan rusak, dan kamu tidak akan bisa bereinkarnasi lagi!"
"Apa kamu masih berkeinginan untuk merubah alur hidupmu, itu terserah kamu!" tambah wanita itu menjelaskan panjang lebar.
Agar Jena paham dan tidak sembarangan mengubah alur hidupnya.
"Tidak, aku harus mengubahnya. Aku ingin membongkar perselingkuhan suamiku dan membuat orang tuaku memaksa suamiku untuk menceraikan ku!" tegas Jena sungguh-sungguh membuat wanita itu tersenyum penuh arti.
"Terserah, itu pilihanmu dan juga hidupmu! Tetapi, aku akan memberikanmu nasehat penting. Terkadang, kita merasa diri kita paling benar, nyatanya kita paling salah!"
Ctakk.
Wanita itu menjentikkan jarinya, membuat Jena pingsan. Dalam hati dia bertanya-tanya apa maksud dari nasehat wanita itu, dia ingin bertanya banyak hal. Tetapi, tidak bisa, karena tidak cukup waktu dan wanita itu tampak sangat misterius.
*
*
Perlahan pemilik bulu mata lentik itu membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar rumah sakit.
Bernuansa putih, aroma obat tercium olehnya.
"Dinda, syukurlah kamu sudah bangun!"
Orang pertama yang Jena lihat adalah wajah tampan suaminya yang tampak sangat khawatir.
Jena menatap lekat wajah Jeno yang terdapat guratan kekhawatiran.
"Haus? Mau minum?" tawar Jeno lembut membuat Jena menganggukkan kepalanya.
Segera Jeno membantu istrinya minum. Setelahnya, Jena segera bangkit duduk bersandar di tepi ranjang. Dia melihat jarum infus menancap di kulit punggung tangannya.
Jeno duduk di dekat istrinya. Segera pria itu belai pipi istrinya.
"Kamu benar-benar membuatku khawatir. Tadi, Vio telpon aku kalau kamu tiba-tiba pingsan karena kelelahan dan dehidrasi. Aku mau berangkat ke kampus, langsung menuju ke sini! Kamu ambil cuti saja ya! Istirahat sementara waktu, agar kesehatanmu pulih!" pinta Jeno lembut membuat hati Jena getir.
'Kenapa kamu harus baik begini sih, Kanda? Kalau selingkuh ya selingkuh aja, jangan pake baik segala!' batin Jena kesal.
"Kanda, aku mau tanya sesuatu, tapi, kamu jangan marah ya!" seru Jena serius membuat Jeno mengerutkan keningnya.
"Emang aku pernah marah sama kamu?" tanya Jeno lebih dulu membuat Jena menggelengkan kepalanya. Jangankan marah, membentak saja tidak pernah.
"Kalau begitu, tanyakan saja. Aku tidak akan marah!" balas Jeno cepat. Dia juga penasaran dengan pertanyaan istrinya.
"Apa kanda selingkuh di luar sana?" tanya Jena serius membuat Jeno terkejut.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lienda nasution
akhir ceritanya harus bahagia ya author kalau tidak aq yang paling kecewa sudah baca cerita ini
2023-07-01
0
Sulati Cus
aku nggeh thor krn ak penggemar time travel
2023-04-02
1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙅𝙚𝙣𝙖,𝙧𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙜𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙖𝙥𝙖 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙅𝙚𝙣𝙤 𝙨𝙚𝙡𝙞𝙣𝙜𝙠𝙞𝙝
2023-03-13
1