Cuihh.
Jeno meludahi wajah tua Broto membuat pria tua itu mengepalkan tangannya erat. Dia murka mendapatkan penghinaan dari Jeno.
"Ternyata aku salah selama ini! Dulu aku mengira kalau orang yang berasal dari keluarga berpendidikan dan bertahta, mempunyai etika bagus. Nyatanya tidak sama sekali! Melihat bagaimana rupa asli kau yang seperti babi. Bersyukur aku lahir dari keluarga miskin, tetapi aku lahir sebagai manusia sejati. Bukan sepertimu lahir dengan wujud manusia, tapi, hatimu lebih hina dari binatang?!" maki Jeno dengan kata-kata kasar membuat Broto semakin murka.
Broto langsung meninju pipi Jeno, membuat bibir pria itu robek dan mengeluarkan darah.
"Tadinya aku ingin bermain lembut denganmu, tapi, tidak jadi! Bawa dia ke kamar dan ikat kedua tangan dan kedua kakinya. Jangan lupa telanjangi dia?!" titah Broto dengan suara tegas tak mau di bantah membuat Jeno terkejut.
Dia memberontak, namun tak bisa. Tenaganya kalah jauh dari pengawal Broto.
"Sialan, kau?! Bajingan, lepaskan aku?!" teriak Jeno memilukan tak membuat Broto iba.
Pria itu tersenyum sinis. Mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi teman-teman nya.
"Aku dapat barang bagus. Mari kita berpesta! Jangan lupa bawa narkoba dan wine!" titah pria itu seraya tersenyum penuh arti.
*
*
Tubuh Jeno gemetar, dia tidak Uda berpikiran jernih. Pemuda itu mengalami sakau karena narkoba yang disuntikkan ke dalam tubuhnya. Pemuda itu tampak sangat menyedihkan.
Tubuhnya mengalami lebam, bekas cambukan dan gigitan. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya remuk redam, karena mendapatkan perlakuan bejat dari Broto dan enam temannya yang lain.
"Iblis?! Kalian iblis … aku akan melaporkan kalian ke polisi!" racun Jeno di sisa-sisa kesadarannya membuat mereka bertujuh tertawa lepas.
"Orang mati tidak akan bisa membuat laporan di kantor polisi," ejek salah satu teman Broto membuat yang lainnya tertawa.
"Hey, anak muda. Sedari tadi kau selalu mengancam kami akan melaporkan kami pada polisi. Kau tidak tahu siapa aku?" tanya pria paruh baya itu menunjuk dirinya sendiri.
"Namaku Johanes Widjonarko, Inspektur polisi, salah satu perwira tinggi polri. Kau mau lapor polisi, 'kan? Ayo, lapor padaku saja … aku juga polisi?!" Pria itu berkata dengan nada lambat, karena sedang mabuk.
Para teman-temannya tertawa lepas, sedangkan Jeno menatapnya penuh benci.
"Kalau begitu, bunuh saja aku sekarang! Karena kalau aku hidup. Kalian semua akan mati kubunuh. Jika hukum negara tidak memberiku keadilan. Maka, terpaksa aku mencari keadilan dengan memakai hukum rimba!" desis Jeno membuat mereka semua kembali tertawa.
"Ha ha … aku suka anak ini, Broto. Dia berbeda dari yang lain! Beri dia umur panjang, Broto. Karena aku ingin melihat, siapa dia sebenarnya? Apakah saat dewasa nanti dia akan menjadi singa jantan, atau tetap jadi kucing jalanan!" celetuk salah satu teman Broto yang tampak lebih tinggi kastanya.
Mereka semua kembali tertawa. Menganggap remeh ambisi baru Jeno. Pemuda yang lahir dari keluarga miskin, berhasil menjadi mahasiswa yang punya nilai tertinggi di kampusnya, mengalahkan semua teman-temannya yang kaya raya.
Bisa saja, kelak pemuda itu mengalahkan mereka bertujuh.
"Ya, kau benar! Aku akan memberi dia umur panjang. Agar kita semua bisa melihat, apakah ancaman dia benar, atau cuma gertakan semata! Eko?!" teriak Broto memanggil bawahannya.
Seorang pria bertubuh tegap masuk ke dalam kamar.
"Saya, Tuan!" jawabnya tegas.
"Pakaikan dia baju mahal, lalu buang dia ke tengah-tengah hutan di belakang villa. Aku ingin lihat, apa dia sanggup bertahan hidup di sana dan mencari jalan keluar. Atau mati mengenaskan, dimakan harimau buas!" titah Broto seraya tertawa cekikikan.
"Baik, Tuan."
Jeno hanya bisa pasrah. Tubuhnya sangatlah lemah. Tetapi, tekadnya sangat kuat.
Sebelum diseret paksa oleh pengawal Broto. Dia menatap ketujuh pelaku yang telah menghancurkan dirinya.
"Aku bersumpah akan menghabisi kalian semua dengan tanganku sendiri!" janji Jeno dalam hati.
Setelah itu, Jeno pingsan. Dia tidak tahu apa yang terjadi lagi. Pengawal Broto membuangnya ke tengah-tengah hutan. Tepat saat hujan turun, pemuda itu terkapar di bawah pohon rindang. Darah yang keluar dari bibir dan kepalanya, dibersihkan oleh air hujan. Wajahnya kembali bersih, meski terdapat bekas luka.
"Anak muda! Hey … anak muda! Apa kau bisa mendengar ku?" Seorang pria paruh baya berusaha membangunkan Jeno.
Namun, pemuda itu tak kunjung bangun. Terpaksa sang pak tua meletakkan kayu bakar yang berada di punggungnya di tanah. Dia berusaha menggendong Jeno. Membawa pemuda yang pingsan ke rumahnya.
Pria paruh baya itu tak lain adalah bapak Marni.
*
*
Jangan lompat bab yah, nanti bingung bacanya hehe 🤭🤭🛠️
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lienda nasution
luar...biasa fantasi penulis
2023-07-02
0
Mama AldyNovi
duh, sekelam itu ya jeno
2023-03-13
1
merry jen
beratii si jenong nie gk slngkhh yy cm nonton donkk....jenong main cwe itu pun seblm nkh SM Jena....Marni ank org yg UD nolong jenong mky jenong ksh krjj dgn gjii besarr.....wah Jena klo slh phm nie skrg klo UD tau knytnn apkh kmu bklnn ningliin jenong sm kyk lili ningliin danii
2023-03-12
1