"Hoammhh.....!" Alinda menguap lebar setelah berhasil menikmati masa tidurnya yang cukup nyenyak?
Tidak, yang ada justru adalah rasa pegal di sekujur tubuhnya, sebab ia tidur di tempat yang tidak seharusnya ia jadikan tempat tidur.
KLANG...
Sampai, suara rantai berhasil mengumpulkan kesadaran Alinda yang masih berbaring di atas karpet di samping kasur.
'Oh ya!' Revina yang terkejut itu, langsung membelalakkan matanya dengan melihat wajah Evan yang sedang tersenyum miring di atas tempat tidur.
"Kelihatannya kau tidur sangat nyenyak." Dengan senyuman yang seperti itu, jelas, kalau hari ini akan jadi hari yang cukup berat untuk Alinda sendiri.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Bingung Alinda.
"Karena aku melihat satu orang manusia yang ternyata bisa tidur nyenyak, padahal situasinya kau sudah ada di tempat lain. Kau tipe wanita yang tidak punya waspada sekali, bahkan urak-urakan." Kata Evan, memperhatikan Alinda dari atas sampai bawah, Alinda benar-benar cukup kacau dari segi banyak sisi. "Mandi dan ikut aku pergi."
Evan melepaskan borgol di tangannya sendiri, lalu juga melepaskan borgol rantai di kaki kiri Alinda.
"Ikut kemana?"
"Kau tidak punya hak untuk tahu, turuti saja semua apa yang aku katakan, sebelum aku memaksamu dengan tanganku sendiri." Balas Evan, sambil memperlihatkan tangan kanannya yang sedang di buka dan di tutup, bagaikan seorang algojo yang akan menyiksa korbannya.
Alinda langsung menelan saliva nya sendiri, dia antara penasaran tapi juga takut, karena Alinda kebetulan Evan adalah salah satu karakter yang ia sukai.
'Aku penasaran, tai aku juga takut. Lagian, apa manfaatnya dia membuatku tinggal di sisinya seperti ini? Bukannya aku akan menjadi bagian yang membuatnya kerepotan?' Lirik Alinda, melihat Evan hendak masuk kedalam kamar mandi.
Tapi karena ketahuan Alinda sedang menatapnya, Evan berbalik dan berkata : "Kau ikut masuk."
"A-apa? Kenapa juga aku harus ikut masuk! Kau kan akan mandi?"
"Makannya, karena aku mau mandi, kau harus ikut. Jangan berharap aku akan melakukan sesuatu seperti di dalam pikiranmu, cepat, jangan membuatku kehilangan waktu berhargaku." Perintah Evan.
'Bukannya dia sendiri yang menghilangkan waktunya sendiri dengan bicara denganku, kenapa d-'
"Alinda, masuk sekarang juga, atau aku lempar kau ke tengah kolam ikan yang ada di depan sana." Peringat Evan dengan nada keras, dan memberikan ancaman di mana di luar sana ada kolam ikan, itu bukan ikan koi atau semacamnya yang imut-imut, tapi itu adalah ikan piranha!
"I-iya!" Alinda bisa melihatnya, sebab kolam tersebut di buat naik ke atas, bukan di tanam ke bawah, sehingga dinding kaca itu pun berhasil membuat Alinda melihat betapa ganasnya melihat ikan itu memakan daging yang baru saja keluar dari mesin dan di makan oleh mereka semua.
Alinda pun berlari terbirit-birit untuk menyusul Evan yang sudah lebih dulu masuk.
Dan secara singkat waktu, Alinda benar-benar di pekerjakan untuk menggosok punggung dari pria bersurai coklat ini.
Saat ini pria ini tengah duduk di bangku kecil, dan memberikan Alinda sebuah punggung yang lebar, serta nampak bagian semua tubuh Evan yang berotot.
'Apa-apaan dengan semua ini? Kenapa aku harus di perlihatkan pemandangan yang begitu menggairahkan ini?' Dan Alinda sempat terfokus pada satu celana yang masih di pakai oleh Evan, celana boxer yang masih melindungi harta berharganya. 'Aku jadi tidak bisa membayangkannya, bagaimana jika dia menerkamku? Hehehe, entah kenapa, aku bisa di culik oleh Evan, aku tidak begitu menyesal.
Lihat sekarang, aku bisa tidur satu kamar dengannya, berbagi nafas, dan sekarang berbagi kamar mandi. Walaupun aku hanya di suruh untuk menggosok punggungnya, tetap saja ini anugerah yang tidak bisa aku tolak.
Walaupun, aku harus meninggalkan duniaku. Aku ingin bisa tinggal lama di sini.'
"Apa aku perlu memotong tangan kirimu dulu, agar kau bisa sadar?" Lagi-lagi yang keluar dari mulutnya Evan adalah kalimat dengan berbagai ancaman.
Tanpa basa-basi lagi, Alinda pun menggosok punggung Evan.
Senyuman cerah menghiasi bibir Alinda. Entah kenapa, ia perlahan jadi tidak merasa takut dengan semua yang di katakan oleh Evan kepadanya.
'Apa jika aku berada di sisinya lebih lama lagi, aku akan semakin kebal dengan semua ucapannya?' Pikir Alinda lagi. Setiap sentuhan yang terjadi antara kulit tangannya bertemu dengan kulit punggung Evan, Alinda bagaikan merasakan adanya setruman dari listrik yang langsung menyengat di hatinya yang paling dalam.
"Dimana tenagamu itu wanita. Lebih keras lagi." Protes Evan, masih tidak terima dengan gosokan dari tenaga Alinda saat ini, dan ingin lebih keras lagi.
'Akhh. Aku jadi seperti Istrinya saja. Hehehe..., aku senang, entah kenapa hari-hariku perlahan jadi senang. Charlie, terima kasih, karena kau terus menggodaku seperti itu, aku perlahan jadi kebal, mungkin? Tapi berkatmu, aku bisa hidup kembali di dunia ini.' Benak hati Alinda, ia terus menerus jadi tersenyum sendiri, membuat Evan yang merasa bosan dengan tingkah aneh yang di miliki Oleh Alinda, langsung menarik tangan Alinda.
'Eh?' Alinda yang segera kehilangan keseimbangan, jadi terjatuh.
BRUKK....
"Akhww.." Alinda terpeleset dan jadi terjatuh tersungkur ke depan samping kanan Evan, sehingga tubuhnya pun jadi basah karena air yang ada di dalam bathtub sudah luber. "Ada apa? Kenapa menarikku seperti itu?"
"Jangan tersenyum di belakangku. Aku benci itu." Suara yang begitu dingin menyeruak masuk kedalam indera pendengarannya.
Bahkan, Alinda yang mendengar suara Evan yang begitu rendah, membuat nyalinya langsung menciut, seperti permen kapas yang tadinya sebesar bantal tidur, jika sudah terkena angin, akan mengecil sebesar kelereng.
"M-maaf." Ucap Alinda dengan lirih. 'Karena aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku dengan baik, aku jadi seperti ini. Kenapa pria ini kasar sekali sih? Dia seperti orang itu.' Orang yang Alinda maksud adalah Farrel.
'Tanpa sadar, tanganku jadi menariknya. Aku memang benci seseorang yang diam-diam tersenyum di belakangku. Tapi-' Dalam diam, Evan jadi merasa bersalah, ia tidak bermaksud untuk membuat Alinda jatuh tersungkur di kamar mandi, tapi berkat kekuatan Evan yang tidak terkontrol itu, Alinda tidak sengaja jadi langsung terpeleset dan akhirnya jatuh di depannya seperti itu. 'Dia terlihat menyedihkan. Wanita ini, padahal tadi dia bisa bicara dengan lancar, tapi setelah aku sedikit menekannya, dia seperti ranting saja.'
Evan melihat dengan jelas tubuh Alinda yang jadinya gemetar, serta ekspresi wajah penuh dengan ketakutan.
"Aku tidak akan tersenyum di belakangmu lagi." Imbuh Alinda, mencoba untuk memberi pengertian kepada Evan, bahwa ia akan menuruti ucapannya.
"Baguslah. Lakukan lagi dengan benar." Balas Evan seraya menyangga wajahnya dengan tangan kirinya.
Dia terus memperhatikan Alinda yang mencoba untuk berdiri lagi. Hingga Evan, tiba-tiba saja melihat darah di lantai, menyatu dengan air dan sedang terbuang ke lubang pembuangan.
Aroma darah yang menyeruak masuk kedalam indera penciumannya, membuat sepasang manik mata Evan yang berwarna merah Ruby, sesaat bersinar.
Alinda tidak tahu itu, tapi yang pasti, Evan mulai berada di bawah kendali sesuatu yang tidak seharusnya ada.
Alinda sudah berhasil berdiri, dia mulai mencoba untuk menyentuh tubuh Evan, tapi belum juga ujung jarinya menyentuh kulit punggungnya Evan, Evan tiba-tiba saja mencengkram pergelangan tangan Alinda yang sedang memegang kain, dan menariknya, sampai membuat tubuh Alinda langsung ketarik dan terhuyung jatuh ke atas pangkuannya.
"A-apa? Kenapa kau menarikku lagi? Apa aku punya kesalahan lagi?" Tanya Alinda dengan wajah paniknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments