"Hmph..." Angie pun tersenyum puas saat mendengar jawaban dari Farrel yang terdengar seperti mengejek, tapi juga ada bumbu pujian.
Namun, meskipun dirinya adalah salah satu orang terdekatnya Osborn, Angie tahu kalau hati dari laki-laki yang terlihat seperti tembok beton itu, kian terkikis setelah kemunculan dari Alinda.
'Sayang sekali, aku tidak bisa mendapatkan hatinya.' Detik hati Angie.
______________
Sedangkan di gedung phantom
Tepat di salah satu tower paling tinggi, seorang pria bersurai coklat dengan iris mata berwana ruby, tengah duduk di kursi kebesaran nya.
Dia duduk sambil memandang sebuah tab miliknya, memperlihatkan seorang wanita tengah di cium oleh seorang pria bersurai putih keperakan.
Dia adalah Charlie yang sedang berdua dengan Alinda.
Itu adalah video singkat hasil rekaman cctv yang terpasang di ruftoop, memperlihatkan dua orang itu sebelum pergi kabur dari wilayahnya.
"Evan, apa yang sedang kau lihat itu? Kau terlihat sangat serius memandanginya, apa aku boleh melihatnya juga?" Tanya seorang wanita seksi dengan gaun berwarna merah seperti darah, gaun yang hanya menggantung sampai atas lutut saja, selebihnya gaun tersebut memperlihatkan kedua bahunya yang putih polos.
Dia adalah Alnie, wanita yang sering bersama dengan Evan untuk waktu-waktu tertentu saja.
Alnie yang baru saja masuk dan melihat Evan terlihat sedang serius menatap tab nya, membuat Alnie pun melangkah masuk dan menghampiri pria berwajah dingin itu.
'Dia kalau aku suruh datang, pasti langsung datang. Seolah sudah lama menunggu-nunggu aku memanggilnya.' Evan yang tidak mau ulasan dari video miliknya di lihat oleh Alnie, Evan dengan buru-buru mengganti tampilan layar tersebut dengan sebuah laporan dari pekerjaan yang belum lama ini di kirim oleh salah satu anak buahnya, yaitu Rahel.
"Coba li- oh...apa aku masuk di waktu yang kurang tepat?" Alnie berekspresi merasa bersalah kepada pria ini.
"Tidak," Evan meletakkan tab tersebut di atas meja, lalu meraih pinggang Alnie untuk duduk di atas pangkuannya.
BRUK...
Sebuah paha yang cukup ketat, lebar, dan merasakan adanya otot yang membuat Alnie mendapatkan kesan milik Evan, bahwa kedua kaki itu cukup berguna untuk berolahraga lain dari yang lain.
"Kau sama sekali tidak menggangguku. Bukankah alasan aku menghubungimu itu agar kau datang kesini?" Imbuh Evan lagi, memeluk Alnie yang sudah duduk menyamping dengan tubuh sudah ada di pangkuannya, Evan lantas mendaratkan wajahnya itu di depan bahunya Alnie.
"Iya sih. Tapi ada apa? Kenapa tiba-tiba kau terlihat seperti orang kelelahan? Kau tidak kerja lembur terus kan?" Tanya Alnie khawatir?
Dia hanya berpura-pura memperlihatkan kesan khawatirnya saja di depan Evan, tapi sebenarnya itu tidak sama sekali.
"Tidak, sesuai saranmu aku sama sekali tidak bekerja lembur. Aku hanya tiba-tiba merasa kesepian mungkin?" Setelah berkata demikian, Evan tersenyum tipis dan langsung mengecup bahu mulus milik Alnie dengan gerakan yang cukup spontan.
CUP...
"Evan~" Sedikit melenguh kecil karena lumayan geli.
"Apa? Kau datang kesini kan hanya untuk ini." Kata Evan lagi, kemudian Evan yang masih duduk di kursinya, tangan kanannya itu tiba-tiba meraih resleting belakang dari gaun yang Alnie pakai, dan menariknya sampai ke pangkalnya.
SRREETT....
Dalam sekali tarikan, gaun bagian atas pun jadi terbuka, memperlihatkan sesuatu yang dari tadi terbungkus dengan rapi di dalam sana.
"Ehmm..., sabun apa yang kamu pakai ini? Aku masih merasakan sabun, ditengah kamu memakai parfum. Apa ini sabun yang aku beli secara sembarangan untukmu ya?" Tatap Evan, melihat adanya dua buah yang terlihat cukup berisi dan eksotis di depan sana.
Sebenarnya Evan sudah pernah melihatnya, jadi ia pun hanya menatap datar pemandangan tersebut, seraya menunggu respon dari Alnie.
"Pfft...tentu dong, walaupun kau membelinya sembarangan, bukannya ini tetap pemberian darimu yang harus aku hargai? Makannya saat tahu kau memanggilku untuk datang kesini, aku jadi memakainya untukmu. " Jawab Alnie, mengusap belakang kepala Evan dan memeluknya lebih erat, sehingga wajah milik Evan pun berhasil lebih masuk kedalam depan dadanya.
"Cocok." Kata Evan singkat, tapi sayangnya meskipun mulutnya mengatakan itu, Evan justru memikirkan hal lain yang tidak ada di tempatnya, yaitu memikirkan wanita berama Alinda.
Sosok dari seseorang yang bukan berasal dari dunia mereka, Evan adalah salah satu orang orang yang memantau keanehan atas kedatangan dari Alinda yang cukup mencengangkan.
Bahkan, meskipun sempat pernah melakukan Rayshift kepada Alinda agar wanita dari dunia bisa pulang ke tempat asalnya, semua justru gagal dan mengakibatkan Alinda koma.
'Tapi- prinsipku, apa yang berasal dari dunia lain, harus di kembalikan ke tempat asalnya.' Kata hati Evan dengan ekspresi wajah melamun.
"Evan?" Suara milik Alnie itu, sontak kembali menyadarkan Evan, menarik segala lamunannya tadi dan di gantikan dengan kepuasan yang akan ia lakukan dengan menggunakan Alnie sebagai bahan pelampiasannya.
"Hm..." Evan kembali menjadi genit, dia mengusap punggung Alnie yang sudah terekspose dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya, ia mencuri-curi waktu untuk menekan tombol dari tab yang kembali menyala.
Evan menyentuh tombol berwarna hijau itu untuk menonaktifkan kamera yang di beberapa sudut di dalam kantornya.
'Alinda, aku pasti akan mendapatkanmu lagi.' Detik hati Evan, dan seketika itu ruang kantornya langsung menjadi redup, dan Evan tiba-tiba saja berdiri sambil mengangkat tubuh Alnie dan langsung meletakkannya di atas meja kerjanya.
BRUKK....
"Evan?" Panggil Alnie dengan senyuman manisnya, kedua tangannya pun terulur ke depan, dan meraih belakang leher Evan agar wajah pria ini kembali mendaratkan mulutnya di ujung salah satu asetnya yang sudah terekspose.
"Alnie, lakukan tugasmu." Kata Evan, sebelum Evan mengikuti permainan mereka berdua.
"Hmm, baiklah." Dan setelah Alnie menjawab hal tersebut, Evan pun benar-benar membungkukkan tubuhnya ke depan lalu mendaratkan mulutnya di salah satu buah da da nya.
CUP...
Sedangkan satu tangan lainnya yang masih terbebas itu, menelusup masuk kedalam mulutnya Alnie, sampai di tahap Alnie tiba-tiba saja mengerang nikmat.
"Ahh~ E-evan, jangan menggigitnya terlalu keras." Pinta Alnie.
____________
Sedangkan di luar kantor Evan, Rahel yang hendak masuk ke kantor dari Bos nya itu, hanya berdiam diri di depan pintu saja.
'Nona Alnie lagi-lagi datang, apa Bos benar-benar tidak bisa mendapatkan wanita itu? Makannya memanggil Nona Alnie ke kantornya Bos?' Pikir Rahel.
"Yo Rahel, kenapa kau tidak masuk?" Tiba-tiba saja satu orang laki-laki berambut putih sedikit kebiruan, datang menghampiri Rahel, dia adalah Kevin, teman Farrel dan termasuk ikut dalam pekerjaan yang lumayan kasar seperti Farrel.
Juga sama-sama anak buah Evan.
Ya, di pihak Evan ada beberapa anak buah paling dia percaya, Rahel, dia adalah laki-laki yang lebih suka di bidang kedokteran, tapi mampu mengimbangi untuk bekerja sebagai tangan kanan Evan juga.
Kevin, adalah orang yang kedudukannya jika sedang berperang, pasti ada di barisan paling belakang, karena dia memiliki peran untuk mendukung tim penyerang seperti Farrel. Dengan kata lain, Kevin sendiri adalah seorang penembak jitu.
Lalu Farrel, adalah seorang yang berdiri di barisan paling depan, menjadi pihak paling aktif untuk menyerang lawan, seperti yang terakhir kali, Farrel bertarung dengan Osborn, karena lawan alaminya adalah orang yang memiliki kekuatan setara seperti dirinya.
Sedangkan Evan?
Dia adalah seorang CEO dari perusahaan Phantom, Bos besar di nagara tersebut.
Pria yang cukup dingin, dengan segala rahasia besar berjejer di balik punggungnya.
Sekaligus pria yang berhasil membuat perkara dengan Alinda, karena ia memiliki keinginan tersendiri untuk mengembalikan Alinda kembali ke dunianya yang sebenarnya.
(Semua cerita ada di Chat Story dengan judul yang sama.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments