"Terserahlah." Gumam Alinda, ia sama sekali sudah tidak begitu bersemangat lagi, sebab Evan benar-benar tidak mengerti situasinya sendiri ketika dirinya bersama dengan Farrel. "Terserah kau mau bicara apa. Bicara saja." Imbuhnya.
Dia sudah tidak tahan lagi dengan situasinya saat ini karena tubuhnya sempat terekspose gara-gara ulah Evan ini.
"Ternyata-" Mulutnya kemudian mengatup, ia tidak tahu apalagi yang ingin ia katakan, padahal jelas, ia ingin mengatakan sesuatu kepadanya.
Tapi karena belum menemukan kalimat yang begitu cocok, Evan pun tidak jadi bicara, selain Evan yang tiba-tiba saja mendaratkan tubuhnya di atas tubuh Alinda.
BRUKK.....
Tidak hanya tubuhnya saja, bahkan wajahnya yang tiba-tiba saja mendarat di atas dadanya Alinda persis, ternyata tidak membuat Alinda langsung protes.
"Benalu-"
Kesal karena di panggil benalu terus, Alinda langsung menyela. "Aku Alinda, bukan benalu!"
"Tapi faktanya kemarin saat di lift, kau sudah menyatakan dirimu kepadaku bahwa kau adalah keberadaan yang ingin menjadi benalu orang lain seperti kita kan?"
DEG...
Ucapan nya Evan sama sekali tidak bisa Alinda sangkal. "Tapi kan aku punya nama."
"Namamu jelek, jadi kau tidak panas mendapatkan namamu aku panggil dengan mulutku." Cetus Evan.
Mendengar cacian dari mulut penuh racun mematikan milik Evan yang tidak bisa di kendalikan itu, Alinda pun hanya pasrah saja. Dia sama sekali tidak mau berdebat lagi, karena rasa kantuk akibat dari efek obat tidur yang sempat Evan gunakan kepada Alinda, masih bekerja.
"Jadi, karena kau sekarang sudah ada di tanganku lagi, kau harus menuruti semua perkataanku. Apa ku mengerti?" Tanya Evan, seraya memperhatikan buah dada yang di lapisi oleh bra berwarna hijau gelap.
Tapi karena Evan tidak mendengar sahutan apapun dari lawan bicaranya, Evan pun menyempatkan dirinya untuk mencari tahu dengan mengangkat sedikit kepalanya, dan benar saja, Alinda saat ini sudah kembali memejamkan matanya.
Jelas, kalau hal itu menunjukkan kalau sesaat tadi kesadarannya milik Alinda, memang di paksa untuk terbangun. Tapi karena tidak punya kekuatan lebih untuk melawan efek dari obat tidur itu, akhirnya hal tersebut pun membuat Alinda kembali tertidur.
'Dia baru saja mandi. Bahkan sempat tiduran di jalan, tapi- anehnya aku merasa tertarik dengan aromanya.' Pikir Evan.
Dengan tatapan mata dari manik mata berwarna merah ruby yang begitu tajam, Evan pun sama sekali tidak akan membiarkan mangsa yang sudah ia dapatkan lepas dari tangannya.
Dia akan kembali mengembalikan Alinda ke tempat asalnya, karena jika tidak, perubahan dalam tatanan dari dunia mereka pasti akan berantakan.
________________
"Apa kau melihatnya? Orang yang kemungkinan besar membawa Alinda?" Tanya Osborn kepada Artem yang masih stay di ruang komputernya saat ini.
-"Tidak. Maaf, aku sama sekali belum menemukan keberadaannya. Ini cukup sulit, mengingat hari mulai gelap dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Walaupun begitu, aku pikir orang yang bisa tahu kapanpun dan dimanapun Alinda berada, karena targetnya sendiri memang Alinda yang ingin di kembalikan ke dunia asalnya, seharusnya kau sudah bisa menebaknya, ya kan?"-
Masih berbicara lewat sambungan telepon, Osborn yang mendengar penjelasan itu, segera terdiam.
Apa yang di katakan oleh Artem tadi ada benarnya. Bahwa satu-satunya orang yang punya obesesi yang tinggi pada kesempurnaan, dan menjadi dalang di balik kasus penculikan Alinda sebelumnya, semua itu pada akhirnya tertuju pada satu orang paling berpengaruh di dunia bisnis dan pemerintahan, yaitu Evan.
"Apa gunanya jika aku tahu yang menculik itu Evan, tapi pada akhirnya aku tidak memiliki satu petunjukpun mengenai keberadaannya." Lelah, kesal, marah, satu kesatuan yang saling terhubung itu membuat Osborn jadi frustasi sendiri.
Janji, yang sudah ia katakan kepada Alinda, pada akhirnya tidak bisa Osborn tepati.
"Tidak, kenapa juga aku yang merasa bersalah?" Tiba-tiba saja Osborn yang berubah pikiran.
-"Bersalah? Apa maksud yang sedang kau katakan?"- Artem yang tidak henti-hentinya menggerakkan ke sepuluh jarinya untuk terus bekerja, jadi penasaran dengan maksud Osborn tadi.
"Jika dia tidak pergi, hal ini tidak mungkin akan terjadi. Charlie, aku harus membuat dia membayar perbuatannya, karena gara-gara wanita simpanan yang tidak berguna itu, orang lain lah yang kena Imbasnya." Ucap Osborn, makin lama makin mengoceh sendiri dalam kutukan yang ia buat kepada Charlie.
-"T-tunggu, kau mau apa dengan dokter itu?"-
"Kenapa kau juga malah menyebutnya dokter?" Curiga Osborn terhadap anak buah nya sendiri itu. "Apa kau benar-benar berpikir kalau dia adalah seorang manusia yang punya satu profesi sebagai dokter?" Tanyanya lagi.
-"A-apa yang kau maksud itu? Kenapa kau bicara seolah kalau Charlie itu bukan sekedar manusia?"-
Pertanyaan telak dari Artem pun membuat Osborn berpikir keras untuk menjawabnya atau tidak.
Hingga, di saat Osborn hendak angkat suara untuk mengatakan sesuatu kepada Artem, dari belakang tiba-tiba saja ada satu serangan yang begitu cepat, sedang terbang ke arahnya.
Osborn yang begitu peka dengan situasinya yang tiba-tiba saja berubah, langsung menoleh ke belakang dan ,...
SYUHHTT...
Satu serangan tanpa suara tapi cukup mematikan, membuat Osborn langsung menatap tajam ke satu sosok yang ada di depannya.
-"Hei? Osborn, kau masih mendengarku, kan?"- Suara milik Artem yang keluar dari handphone Osborn yang masih terhubung dengan handphone milik Artem, membuat Osborn sendiri langsung menekan tombol merah untuk mengakhiri pembicaraan nya dengan Artem sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments