'Lagi-lagi aku berjalan di pinggir jalan. Aku benar-benar seperti orang hilang saja.' Alinda tersenyum lemah jika melihat situasi serta kondisinya yang begitu menyedihkan.
Di malam yang begitu dingin, Alina berjalan menyusuri jalan aspal berwarna hitam yang membentang membelah hutan yang cukup gelap.
Sisi dari rasa seram serta dingin, sukses membuat Alinda merasakan ketegangan batin yang menuntut untuk merasa takut.
"Aku harus kemana?" Alinda menghentikan langkah kakinya, merenung dengan melihat ke arah bawah, Alinda pun benar-benar merasa kalau dirinya saat ini sungguh sendirian.
Sendirian, di tempat entah berantah, bahkan sama sekali tidak memiliki identitas.
Dengan hanya memakai handuk kimono saja, Alinda pun benar-benar merasakan kedinginan yang hakiki, sampai semua bulu kuduknya pun berdiri.
Tidak, tidak hanya bulu kuduknya saja yang berdiri, tapi perutnya tiba-tiba saja jadi merasakan sakit.
Perasaan yang tidak nyaman itu pun cukup menghantui Alinda yang sebenarnya memiliki kondisi tubuh yang aneh.
Sebab jika dirinya berada di posisi yang kurang nyaman, rasa sakit di dalam perutnya pun langsung mengganggunya.
"A-aku tidak tahan. Rasanya nyut-nyutan. Akhh..." Rintih Alinda, memegangi perutnya, sampai membuatnya terus berjongkok dan meringkuk sambil memeluk dirinya sendiri. 'Kenapa aku punya kondisi perut seperti ini sih? Perutku sangat sakit. Kalau saja aku di atas sofa tau kasur, aku akan kembali baikkan. Tapi karena sekarang saja suasana nya mencekam, aku tidak yakin aku akan berakhir baik-baik saja.' Pikirnya.
Akhirnya karena dirinya tidak tahan dengan lambungnya yang tiba-tiba sakit, Alinda akhirnya duduk di atas jalan.
'Charlie! Osborn! Evan! Apa tidak ada dari kalian yang akan datang menolongku? Maaf, membuat kalian repot, tapi aku sungguh ..., disini aku tidak memiliki siapapun kecuali kalian.' batin Alinda.
Di tengah jalan yang sepi dan hutan yang gelap, disertai dengan langit malam yang menunjukkan kumpulan awan berwarna kelabu, Alinda akhirnya terbaring meringkuk di tepi jalan.
Rasa sakit dari perutnya bukan berasal dari maag, namun satu yang pasti, jika tubuhnya dalam keadaan tidak nyaman, maka perutnya pun kena imbas dengan rasa sakit yang seolah lambungnya di cubit-cubit manja.
'Jika mereka tidak datang, mending aku kembali ke duniaku. Ya kan? Di sana aku bisa tidur, meskipun tidak punya kamar mewah dan tempat tidur empuk juga nyaman, aku tetap merasa nyaman, ketimbang nasibku ini, yang tidak tahu tujuanku saat ini untuk apa.' Pikirnya.
Demi menghilangkan rasa sakitnya, kedua kakinya pun di tekuk sampai batasannya, dan sedikit menyelimutinya dengan handuk kimono yan ia pakai itu.
'Osborn, atau Evan, aku belum bertemu dengan mereka berdua dengan benar. Tapi aku berharap kalau aku bisa melihat wajah mereka berdua lagi.' Senyum Alinda terhadap pikirannya yang tidak bisa teralihkan dengan para pria tampan yang awalnya terlihat sebagai dua dimensi, kini berubah drastis menjadi tiga dimensi.
Dan angin malam pun terus berhembus, menciptakan suasana hening yang cukup menenangkan kecuali suara jangkrik yang terdengar dari kejauhan.
______________
"Tuan?! Anda mau pergi kemana?" Tanya Rahel, kepada pria bersurai coklat yang berperan menadi Bos nya.
Dan Bos nya itu saat ini tengah berjalan dengan cukup buru-buru menuju basement, dan langsung memilih salah satu mobil miliknya yang berjejer rapi di ruangan tersebut.
"Aku harus membawanya kembali." Jawab Evan, mengeluarkan kartu berwarna hitam yang tidak lain adalah kunci dari mobil miliknya.
Evan berjalan menghampiri mobil sedan berwarna hitam. Tapi meskipun mobilnya terlihat seperti mobil biasa, tapi karena logo perusahaan Phantom tercetak jelas di salah satu sudut bumper mobil, maka jangan salah sangka bahwa mobil ini murah, padahal harganya itu selangit.
"Membawa siapa?" Rahel mulai penasaran.
"Wanita yang sempat kau rawat kemarin. Dia sekarang ada di luar rumah dari dokter breng*sek itu, jadi inilah kesempatanku untuk membawa wanita itu kesini." Jawab Evan dengan serta merta, menempelkan kunci mobil miliknya tepat ke gagang pintu, Setelah itu Evan pun masuk kedalam mobil yang sudah Evan pilih tadi.
"A-apa? Jangan-jangan maksud anda wanita yang kemarin melarikan diri?" Tanya Rahel.
Evan hanya membalas senyuman sebagai tanda jawaban kepada salah satu anak buahnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments