Evan langsung menarik ujung bibirnya, membentuk senyuman yang begitu memikat.
"Rumah-rumahku, kamar-kamarku, kenapa kau begitu peduli aku mau menempatkanmu di mana?" Jawab Evan sekaligus bertanya.
"Tentu saja peduli! K-kau ini kan p-" Namun Alinda benar-benar kehilangan kata-katanya saat sepasang matanya tanpa sengaja jadi melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.
Dan letaknya berada di balik handuk kimono yang dimana bagian ikat pinggangnya tidak begitu di ikat dengan benar, membuat deretan roti sobek yang tertata rapi di perut dari pria ini terlihat begitu jelas.
"Aku kenapa? Dan apa-apaan dengan mata mesummu? Apa kau baru pertama kali melihat pria baru selesai mandi sepertiku?" Tanya Evan, terus melirik setiap inchi tiap dari tubuh Alinda yang sama saja masih memakai handuk kimono nya.
"Tidak, dan jangan melihatku seperti itu." Tolak Alinda, langsung menutup wajah nya yang sudah mulai bersemu merah. Setelah itu Alinda pun kemudian turun dari tempat tidur itu untuk menjauh dari segala malapetaka yang bisa terjadi kapanpun kepadanya, mengingat apa yang pernah Evan lakukan kepadanya.
Akan tetapi, di saat Alinda benar-benar ingin pergi dari tempat tidur itu, Alinda langsung terjatuh.
BRUKKK....
"Hehh?! A-apa yang kau lakukan kepada kakiku?! Kenapa kau merantai kakiku?!" Protes Alinda berusaha untuk menarik rantai yang mengikat kakinya itu untuk menemukan bagian ujungnya.
Dan benar saja, saat selimut tebal yang menutupi separuh tempat tidurnya itu, ketika Alinda menariknya sampai jatuh, rantai itu benar-benar sudah terikat dengan pergelangan tangan Evan.
KLEK....
"....!" Alinda membelalakkan matanya, ia begitu terkejut dengan cara Evan yang tidak memperbolehkannya pergi dengan cara yang begitu menakutkan, sampai kakinya di rantai.
"Aku tidak mengizinkanmu pergi kemanapun, tetap di kamar ini." Evan berbicara dengan nada rendah, membuat Alinda merasakan aura mengintimidasi yang cukup kuat, bahwa apapun ucapan protesnya, bahkan teriakan ataupun rontaan yang bisa Alinda utarakan dengan umpatan yang kasar, tidak akan membuat Evan bergeming dari tempatnya, sampai berubah pikiran.
Bahkan sekalipun Alinda menangis dan berpura-pura sakit dan pingsan, laki-laki itu tidak akan begitu memperdulikannya, sebab tujuan Evan terhadapnya adalah membuatnya tetap berada di sisinya.
Pria itu hanya punya satu tujuan itu saja.
Maka dari itu, melihat Evan sudah berbaring di atas tempat tidur empuk, hangat dengan ukuran kasur yang begitu besar, Alinda benar-benar terlihat bagaikan seorang tawanan.
Lihat saja kaki kirinya saat ini, pergelangan kakinya saat ini sungguh sudah di borgol, dan di sambungkan dengan rantai yang sedikit panjang dan terhubung langsung dengan borgol yang terpasang di tangan kanan Evan.
"Padahal aku sama sekali tidak bisa pergi dari sini, kenapa harus pakai di rantai seperti ini?" Gumam Alinda. Dia menyentuh pergelangan kakinya yang sempat merasakan sakit akibat secara tidak sengaja jatuh dan membuat borgol besi itu menggesek kulit tipisnya, makannya ada sedikit kemerahan di pergelangan kakinya. 'Padahal aku pikir dia pria yang penuh dengan wibawa, tapi apaan itu? Kenapa dia malah seperti Iblis yang tidak mau melepaskan korban yang berhasil di buat menjadi penuh dosa? Aku memang punya banyak dosa, tapi kenapa dia juga yang membuatku terkekang di sini.' Pikir Alinda panjang lebar.
Namun, demi menjaga jarak dengan pria itu agar tidak terjadi apapun yang tidak di inginkan, Alinda pun memutuskan untuk tidur di bawah, dengan menyeret selimut yang sempat ia ambil. Tanpa memerlukan bantal, Alinda pun tidur di atas permukaan karpet tebal berbulu yang cukup empuk.
Itu lebih dari cukup untuk membuat dirinya tertidur dalam kesendirian dan rasa dingin yang tetap saja menyelimuti tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments