4 : Abi Park

Inta menatap Malinda dengan perasaan bingung. Sahabatnya baru saja mengatakan pergi. "Apa maksud dari ucapanmu, Mal?"

Malinda menatap indahnya langit yang sudah begitu larut. Dia harus segera pergi dari sini. "Inta, aku sudah pindah. Tepat saat kau mengajakku kesini, Aku-,"

"Apa? Pindah?" Inta menyentuh pundak Malinda. Dia menatap lekat kearah sahabatnya.

"Hm, aku akan pindah." Malinda dengan lembut membalas pertanyaan Inta.

Dengan wajah bingung, Inta kembali berkata. "Kenapa pindah? Apa kau sedang dalam masalah?kenapa tepat disaat aku seperti ini. Mal, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Malinda mengeleng kepala, dia mengusap kepala Inta dengan begitu lembut. "Maaf, seperti sebelumnya. Aku tidak bisa mengatakannya kepadamu. Suatu hari nanti, kau akan mengetahuinya, Inta."

"Kenapa selalu rahasia yang kau ucapkan, aku sahabatmu? Kenapa seperti ini. Oke, jika memang semua itu kerahasiaanmu. Lalu, kenapa kau pergi seperti ini. Mal, katakan kepadaku agar aku tidak khawatir dan kecewa padamu." ucapan Inta begitu pilu.

Malinda bisa merasakan rasa kecewa dan terluka dihati Inta. Namun, dia tidak bisa berkata apa pun, karena ini sangat bahaya untuknya sendiri. "Maafkan diriku, aku tidak bisa mengatakannya kepadamu. Namun, Inta jangan khawatir. Tidak ada yang perpisahan diantara kita. Kau dan aku adalah sahabat selamanya."

Inta mengangguk setelah mendengar perkataan Malinda. Dia memeluk sahabatnya dan berucap, "Kau adalah sahabat terbaikku, Mal."

"Oke, sudah cukup melo-melo seperti ini. Kau tidak perlu risau, aku hanya pindah rumah. Rumahku juga rumahmu. Mampirlah nanti, alamatnya akan ku kirim lewat chat ya. Satu lagi, kau bisa membuka rumah itu dengan sidik jarimu." ucap Malinda.

Inta menampakkan dua telapak tangannya. Jemari-jemari yang lentik bergoyang didepan Malinda. "Beneran?"

Malinda mengangguk dengan cepat. Dia tersenyum dan kembali berkata. "Aku harus pergi Inta. Semoga kau bisa menyelesaikan segalanya disini. Rumahku akan selalu menanti kehadiranmu. Sampai jumpa dikampus."

Inta menatap kepergian sahabatnya. Tidak ada yang tahu Malinda pergi meninggalkan acara. "Ku harap, rahasianya sangat luar biasa hingga aku tidak bisa mempercayainya." benak Inta.

"Nona Inta, Tuan Harxa mencari anda." ucap Pelayan wanita dengan begitu lembut. Inta mengangguk dan melangkah mengikuti Pelayan wanita itu. Namun, saat ingin melangkah, Inta melihat gaun biru malam masuk kedalam mobil mewah yang begitu asing. "Malinda?" gumam Inta.

"Nona Inta?" seru Pelayan. Inta menoleh dengan cepat kearah pelayan. "Ah iya!" Inta kembali melangkah dan mengeleng kepala."Aku pasti berhalusinasi. Malinda adalah gadis desa yang terpisah dari orang tuanya." benak Inta.

Inta berhenti melangkah ketika melihat kerumunan wanita yang memegang sesuatu ditangan mereka.

"Menantu, kemarilah!" panggil Tuan Harxa. Inta segera mendekat dan berdiri disamping Mertuanya.

"Cantiknya, menantu keluarga Park tidak pernah gagal."

"Inta sangat cantik, kulitnya begitu putih terjaga. Usianya juga masih muda. Usai Zacry baru 24 tahun. Mereka pasangan yang begitu serasi."

"Apa, 24 tahun? Dia berusia 24 tahun. Ku pikir 28 atau 27, tingginya 184. Tampan dan berwibawa meski wajahnya datar dan kaku. Yeah, dia suamiku sendiri." benak Inta mengomentari suaminya.

"Apa hanya ingin berkata seperti itu saja, para ibu-ibu?" ucap Harxa dengan wajah bercandanya.

Para wanita-wanita yang berkeluarga itu tertawa pecah. mereka saling berbaris dan memberikan kado secara bergantian.

Inta begitu bingung untuk menyambut semua hadiah yang dia dapat. Untungnya ada pelayan yang sigap membantu dirinya.

"Apa adik ipar begitu kesulitan?" tanya Zivta dengan suara yang begitu lembut. Keramahannya patut dicontoh oleh semua orang. Namun, Inta tidak memiliki niat untuk seperti itu. Dia akan menjadi orang yang tidak enakkan kepada orang lain.

"Haha, jangan memanggilku seperti itu, Tuan Muda pertama." Inta terkekeh dengan menatap kearah lain. Ada beberapa tamu undangan yang sudah pergi.

"Kenapa? Kamu sudah menjadi bagian keluarga kami. Adik ipar, seharusnya kamu memanggilku Kakak Ipar atau Kakak Zivta. Itu lebih baik dari pada Tuan muda pertama." Zivta menatap kearah tamu undangan yang ada. Dia melirik kesegala arah hingga kembali menatap Inta.

"Benar juga, baiklah ... Aku akan memanggilmu dengan panggilan Kakak Zivta." keputusan Inta. Zivta mengangguk menerima apa yang Adik Iparnya katakan.

"Ngomong-ngomong, dimana Walimu. Kalau tidak salah, nama ya Malinda bukan?" tanya Zivta.

Inta menatap kearah Kakak Iparnya. "Malinda ada keperluan, jadi dia pulang terlebih dahulu."

"Ooh, seperti itu ... pergilah, ada Zacry yang sedang bersama Temannya. Setidaknya mereka mengenalimu. Mereka berada dimeja itu."

Inta melirik kearah yang ditunjuk oleh Zivta. Dengan langkah pelan diambil olehnya.

Zivta memandang punggung Inta. Dia merasa kasihan dengan adik iparnya ini. Sebelum hari pernikahan tiba...

"Ayah, apa maksudnya ini?" tanya Zivta. Dia bersama adiknya sedang berkunjung ke perusahaan keluarga Park.

"Apa hm? Apa ada seseorang yang mengunjungi kalian?" tanya Ayah Harxa tanpa memperhatikan putra-putranya.

Zivta menunjukkan brosur yang didapat olehnya. Brosur itu diambil saat Inta datang mengunjungi kediaman utama. "Ayah, seorang gadis datang untuk bekerja sebagai baby sister...,"

"Lalu? Kau menerimanya Zivta?" tanya Ayah Harxa dengan memotong ucapan Putranya. Zacry segera menjawab pertanyaan sang Ayah. "Tidak ayah, Aku menjadikannya istriku."

Ayah Harxa yang sibuk dengan berkas seketika berhenti. Dia menatap kedua putranya yang memiliki rupa sama. Bedanya, cara mereka berekspresi.

"Oh, jadi telpon Zivta tidak ada kebohongannya. Baguslah, brosur ayah mendatang jodoh untuk adikmu." ucap Ayah Harxa. Dia bangun dari duduknya dan melangkah mendekati sofa.

"Jika seperti itu, pertemukan aku dengan walinya. Kita akan mengadakan pernikahan malam ini juga. Seperti perkataanku ditelepon." lanjut Ayah Harxa kembali.

Zivta dan Zacry saling bertatap. "Ayah, ada hal yang harus ayah perhatikan. Pernikahan ini...,"

"Zacry yang memutuskannya Zivta. Jika dia menginginkan wanita itu, tidak masalah seperti apa dia. Ayah akan merestui mereka. Hanya! Jangan permainkan pernikahan ini. Kakek kalian tidak menyukainya. Sudahlah, mari persiapkan semuanya." Ayah Harxa merapikan jasnya setelah memotong perkataan Zivta.

"Satu lagi, pertemukan aku dengan wanita itu dan walinya." pinta sang Ayah. Zivta dan Zacry hanya saling memandang.

Mengingat kejadian itu, Zivta tetap tidak tega dengan Inta. Pernikahan ini hanya sekali seumur hidup. Jika Inta ingin berpisah, harus ada hukuman yang dia tanggung. Adiknya pun juga akan mendapatkan hal yang sama. "Takdir benar-benar mengesankan." benak Zivta.

Inta berhenti tepat dibelakang punggung suaminya. Tubuh yang dulu dikira kutilang (kurus,tinggi,langsing), kini tampak begitu kecil didekat sang suami.

"Apa yang harus ku katakan?" benak Inta. dia bingung untuk melanjutkan tindakkannya. Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan, Inta lebih memilih untuk menyantap hidangan yang ada. Salah seorang pelayan datang membawa hidangan manis.

"Nona!" Pelayan menyerahkan kue manis yang membuat Inta ngiler melihatnya. Diambil kue itu dan dengan cepat Inta menyantapnya.

"Wah, ada Nona Inta. Salam kenal Nona Inta." ucap Seorang Pria. Pria itu mengenakan jas berwarna abu-abu. Rambutnya tertata rapi dengan senyum cerah menemaninya.

Inta memandang dengan pandangan biasa. Dia tidak terlalu menanggap semua orang itu luar biasa. Mungkin karena sudah biasa melihat pria yang lebih tampan, dia jadi tidak bisa merasakan kagum seperti bertemu dengan sang suami.

"Seharian ini, aku selalu mengatainya suamiku. Inta, ingat kamu hanya orang sementara yang hadir dihidupnya. Setelah itu, aku akan hidup tenang tanpa utang." benak Inta.

"Ehem!"

Inta menatap kearah pria yang menyapa dirinya. "Maafkan aku, aku terlalu gugup untuk berbicara." ucap Inta. Semua itu hanya ucapan belaka untuk memulai suasana diantara mereka. Dia ingin berinteraksi meski terpaksa.

"Haha, Nona Inta masih gugup ya. Tenang saja, Tuan Zacry Park tidak akan memakan anda." Canda Pria yang ada didepan Inta.

Inta hanya tersenyum tanpa mengerti apa maksud dari perkataan itu. Dia menatap kearah lain untuk mencari alasan. Tidak ada niat lagi baginya melanjutkan pembicaraan.

"Ngomong-ngomong, Nona Inta masih tampak begitu muda. Apa nona berusia 19 tahun?" tanyanya.

Inta ingin menjawab pertanyaan itu. Namun, seseorang merangkul pingangnya dan berkata. "Kenapa? Apa Tuan ingin mengambil istriku?" tanya Zacry. Suaranya begitu berat yang selalu mengetarkan hati Inta.

Pria asing itu tampak ketakutan hingga dia memutuskan pergi tanpa berucap apapun. Rangkulan yang Inta rasakan segera menghilang tanpa ada kehangatan. Dia melihat sang Suami berdiri disampingnya dengan wajah yang begitu datar.

"Putraku akan datang, sebaiknya kau mulai tugasmu." ucap Zacry.

Mendengar hal itu, Inta terkejut hingga mematung ditempat. Dia mendengar dengan jelas, teriakkan seorang anak yang berlari mendekat.

"Ayah!"

Inta menatap kesumber suara. dia melihat seorang anak berwajah imut dengan senyum manisnya. Kaki kecil itu berlari mendekat kearah mereka. Ditambah, tangan imutnya membuat Inta luluh.

Zacry yang berada disampingnya dengan cepat berjongkok. Dia menyambut kedatangan sang anak dengan wajah bahagia.

"Ayah, selamat untuk ayah!" ucapanya. Inta terpesona melihat interaksi keduanya.

"Terima kasih." ucap Zacry. Dia berdiri dan menghadap kearah Inta.

"Inta, perkenalkan ini Abi Park, putraku. Abi, ini Inta, panggil dia Ibu." Zacry mengenalkan keduanya secara bergantian.

Semua orang yang ada segera mendekat untuk melihat Interaksi keluarga baru itu.

Inta dengan senyum tulus mendekatkan tangannya untuk mengusap pipi imut itu. Namun sayang, Abi dengan cepat menepis tangannya.

"Eh!" Inta terkejut dengan tingkah anak Abi. Dia langsung mengetahui kalau Abi tidak menyukai dirinya.

"Abi, dia ibumu. jangan seper-,"

"Tidak apa, Kakak ipar. Kami baru bertemu, dia pasti belum bisa menerima semua ini." Inta dengan ramah memotong ucapan Zivta. Dia kembali menatap Abi dan tersenyum padanya.

"Salam kenal Abi, perkenalkan nama aku, Inta." Inta mencoba untuk memulai semuanya. Dia entah bagaimana bisa jatuh cinta pada anak kecil ini. Ada rasa tertantang dibenaknya.

"A-Abi." gumam Abi yang langsung bersembunyi dibahu sang Ayah. Melihat hal itu, semua merasa kagum dan gemes karenanya.

Inta ikut terpesona. Namun, kekagumannya menghilang ketika Zacry membelakanginya. Tampak wajah penuh senyum yang Abi tunjukkan. "Dia, mempermainkanku." benak Inta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!