Aku, tidak akan melepaskanmu!

Aku, tidak akan melepaskanmu!

1 : Baby Sister

Seorang gadis tengah berlari dilorong kampus, dia melangkahkan kaki jenjangnya menuju keluar gedung. “Ah, sial ... semoga tidak terlambat.”

Rambut pendek setengah berwarna, terayun dengan kuat karena dia berlari melawan arah angin. Mata coklat kehitaman melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada mobil atau motor yang lewat.

“Aku akan diamuk olehnya.” Bibirnya mengerutuk kesal karena apa yang ditelah terjadi.

Tubuh dengan tinggi 164 cm berlari menyeberangi jalan. Tas yang ada ditangannya terombang-ambing karena dia berlari begitu cepat. Keringat bercucur dari kepala hingga lehernya. Terdapat kalung peninggalan orang tua, yang dibasahi oleh keringat.

“Mau kemana Neng!”

“Jangan berlari, nanti jatuh loh!”

Teriak para lelaki nakal yang suka mengoda anak muda. Dengan tangan tidak sopan, Dia tersenyum dan menampilkan jari tengah di depan kumpulan lelaki.

“Cari uang, Pemalas! Jangan lupa, Istri dan anakmu menunggu!” teriaknya.

Para lelaki yang berkumpul diwarung makan seketika bungkam. Wajah mereka menjadi tidak sedap setelah mendengar teriakkannya.

Gadis itu kembali berlari setelah puas mengumpat.“Uh, semoga dia tidak menungguku!”

Tiba disebuah rumah dengan cat berwarna hijau, langkahnya terhenti didepan teras.

“INTA!”

Gadis yang baru saja tiba, terkejut mendengar teriakkan seseorang. Dia adalah Inta, tidak ada nama panjang atau marga keluarga.

Suara pintu dibuka dengan cepat. tampak seorang wanita berambut hitam sepanjang pinggul, menatap dirinya.

“Oh,apa yang kau bengongkan? Segera bersiap!” teriak Malinda didepan Inta.

Inta melangkah masuk kedalam rumah dengan melewati sahabatnya. Yeah, Malinda Z adalah sahabat Inta, memiliki tinggi badan 162 cm dengan tubuh kuning langsat. Raut wajah yang pemarah membuatnya lebih tua dari Inta, meski mereka sama-sama berusia 21 tahun.

“Jadi, apa seperti ini saja penampilanmu?” tanya Malinda. Dia melirik Inta dari bawah ke atas.

Inta menatap tampilannya dari bayangan jendela. “Aku rasa ini cukup ... sopan?” ucapnya dengan senyum keraguan.

Baju kemeja dengan celana jeans yang dikenakan, lalu rambut pendek di urai agar menutupi sebagian rambut berwarnanya. Tidak lupa bedak tipis untuk mempercantik diri.

“Oke, sekarang berangkat. Jangan lupa, sen-yum.” Malinda memberikan uang untuk dipakai oleh Inta. Mereka sudah tinggal bersama semenjak Inta kehilangan kedua orang tuanya, jadi sebagian besar Malinda lah yang merawat Inta.

“Terima kasih, doakan aku ya!” Inta tersenyum puas mengambil uang yang diberikan oleh sahabatnya.

“Pasti, sekarang ... berperanglah!” ucap Malinda. Inta mengangkat tangannya dan bergegas mendekati gojek yang telah dipesankan oleh Malinda.

“Pak, jalan sesuai dengan alamat yang Malinda berikan.” ucap Inta dengan memakai helm dikepalanya. “Baik, Mbak.” Jawab Pak Supir gojek.

Motor melaju dengan kecepatan sedang. Dikesempatan ini, Inta mengingat kembali kejadian tadi malam.

Saat di ruang makan, Inta dan Malinda menikmati waktu bersantai diruang tamu. Mereka saling berlomba menghabiskan kacang rebus yang dimasak oleh Malinda.

“Eh, Mal!” Inta melirik kearah Malinda yang sibuk menonton kartun di televisi.

“Kenapa? Apa kau sedang meratapi nasib karena utangmu bertambah?” celetuk Malinda.

Inta yang mendengarnya merasa tertusuk didada, dia pun mengurunkan niat untuk mengajak sahabatnya berbicara.

“Diammu adalah jawaban untukku. Berarti, kau sedang kesulitan sekarang. maaf Inta, sebagai sahabat baikmu ... Aku tidak bisa membantumu.” ucap Malinda dengan santai.

Inta menghela napas mendengarnya. “Sudah ku duga, kau akan berkata seperti itu. hei! Seharusnya kau mengatakan, 'Aku akan berusaha untuk membantumu' Seperti itu!”

Malinda yang mendengar ucapan Inta, melirik kearahnya. “Inta, bukan aku ingin jahat atau apa. Tapi saat ini, uang jajanku juga berkurang. Aku tidak bisa membantumu sepenuhnya, Ah!”

Inta menatap kearah Malinda yang mengambil ponselnya. “Aku merasa sedih mendengar perkataanmu, tapi pekikkanmu itu menghilangkan segalanya.” kata Inta dengan kembali menyantap kacang rebusnya.

“Lihat!”

Inta yang fokus menatap televisi, melirikkan matanya menuju ponsel Malinda. Terdapat sebuah browsur yang tampak menarik.

“Dicari Baby Sister ... bertugas menjaga dan merawat anak berusia 5 tahun....” Inta segera memalingkan pandangannya. Dia tidak berminat setelah membaca browsur yang ditampilkan Malinda.

“Tidak, aku tidak butuh pekerjaan seperti itu.” Inta mendorong ponsel Malinda dengan cepat.

Malinda menatap layar ponsel yang ada didepan matanya. “Ah, padahal lumayan. Pekerjaannya tidak sulit.”

“Hah?” Inta bangun dari duduknya dan menatap tajam kearah Malinda. “Apa kau melupakan diriku, Mal? Aku tidak akan mungkin bisa merawat anak usia 5 tahun. Kau 'kan tahu sendiri, Aku dibenci oleh anak kecil. Saat aku senyum saja, mereka langsung menangis dan mengadu kepada ibu mereka. lalu, aku terkena amarah karena membuat anak itu menangis.”

“Eh, kalau begitu ... sia-sia gaji 10 juta ini. padahal, kau bisa membayar utang di kampus. Kalau tidak salah,utangmu sebesar itu bukan?”

Mendengar kata 10 juta, Inta seketika menarik ponsel Malinda. Matanya mencari tulisan gaji yang diberikan. “Beneran 10 juta? Cuma untuk menjaga anak kecil?” Inta tidak bisa mempercayai apa yang ada didepannya, tapi semua itu tertulis dengan jelas disana.

“Baiklah, Besok setelah ke kampus, aku akan melamar pekerjaan ini.” keputusan Inta dengan semangat berapi-api.

Malinda yang melihatnya segera bangun. “Bagus, anak muda sepertimu harus punya jiwa semangat. Tenang saja, anak kecil usia 5 tahun bisa dibungkam dengan permen!”

Mendengar perkataan Malinda, Inta segera mendorong sedikit kepala Sahabatnya. “Hei, Aku harus berkerja dengan tanggung jawab besar. Jangan membuatku tergoda dengan sikap iblismu itu.”

Inta tahu, meski Malinda seperti anak gadis yang sopan, baik dan perhatian di pandangan masyarakat. Tetapi, didepan mata Inta, Malinda adalah gadis yang mudah marah hingga dinding pun menjadi objek pelampiasannya.

“Oh, Aku memang iblis dan kamu adalah pengikutnya.” ucap Malinda dengan senyum yang membuat Inta merinding. Inta kembali memfokuskan diri melihat banner yang didapat oleh Sahabatnya.

“Menjadi, Baby Sister ya....”

...***...

Inta menatap dengan wajah tercenga, baru kali ini dia melihat rumah mewah. “Ini pasti bukan rumah.” gumam Inta.

“Mbak, bayarannya?” ucap Pak supir dengan mengulurkan tangan. Inta bergegas membayar gojek yang dipesan oleh Malinda, dia memberikan helm yang telah dia lepaskan.

“Mbak, beruntung bisa disini loh.” ujar gojek lagi sambil memberikan kembalian kepada Inta.

Inta menatap kearah Pria tua didepannya. “Apa yang beruntung pak?” tanya Inta dengan wajah penasaran.

“Bapak dengar, keluarga ini mencari menantu baru untuk Tuan Muda kedua.” jawabnya dengan mode bergosib.

Inta yang mendengar hal itu seketika menggeleng. “Pak, kedatanganku kesini bukan untuk menjadi menantu. Tetapi, untuk mendapatkan uang agar utangku bisa terbayarkan.” jelas Inta.

Pak Supir yang mendengarnya menjadi bingung. “Bayar utang?"

Inta mendekat kearah pos yang ada, dilirik oleh nya pagar yang ada didepan. Halaman luas membuat Inta mengerutuk. “Apa tidak capek berjalan kesana. Halamannya saja seluas ini.” benak Inta.

“Ada yang bisa dibantu, Neng?” tanya Pak penjaga yang menghampiri Inta.

Inta tersenyum dan menganggukan kepala. “Permisi Pak, mau bertanya, apa benar ini alamat keluarga Park?”

Pak penjaga dengan cepat mengangguk. “Benar Neng, ada keperluan apa ya?”

Inta dengan percaya diri menjawab apa yang ditanyakan oleh Pria tua didepannya. “Begini Pak, saya mendapatkan infromasi tentang pekerjaan. Kalau tidak salah, menjadi babysister disini.”

“Babysister? Bapak rasa tidak ada yang mencarinya neng.” Wajah Pak Penjaga bingung dengan apa yang dikatakan oleh Inta.

Inta mengerutkan alisnya. “Tapi Pak, lihat ini ... ini banner yang didapat oleh Sahabat saya, dia mengatakan kalau keluarga Park sedang mencari Babysister.”

Pak Penjaga melihat ponsel yang di tunjukkan oleh Inta. Dia memfokuskan pandangannya dengan wajah yang semakin bingung.

Saat asik memperhatikan,suara mobil berhenti di dekat mereka. Inta segera menoleh dan melihat seorang pria dengan jas hitam keluar dari mobil.

“Ada apa, Pak Ga?” tanya Pria dengan wajah yang sangat murah senyum. Suaranya begitu ramah membuat Inta terpesona mendengarnya.

“Pria ini, apa mereka bersembunyi di dalam rumah besar itu. Kenapa aku baru bertemu dengan pria tampan seperti ini.” benak Inta meratapi nasibnya.

Pak Ga dengan cepat menyambut kedatangan Pria tersebut. Inta melihat interaksi mereka, dia dengan cepat mengetahui kalau Pria itu adalah Pemilik dari rumah megah ini.

“Maaf Tuan Muda Pertama,”Ucap Pak Ga dengan membukakan pagar. Setelah itu, dia bergegas mendekat kearah Pria yang dipanggilnya Tuan Muda Pertama.

“Tuan Muda, apakah Anda yang mencari seorang Babysister? Gadis muda ini datang untuk melamar pekerjaan itu.” ucap Pak Ga.

Mendengar hal itu, Pria yang merupakan Tuan Muda Pertama melirik kearah Inta. Inta mengingat perkataan Malinda, dia tersenyum dengan begitu tulus.

“Hm, masuklah ... Kamu ingin berkerja disini bukan?” tanya Pria yang menatap Inta.

Inta dengan cepat mengangguk. “Iya, Saya ingin berkerja disini.” jawab Inta.

“Tidak perlu seformal itu. masuklah kedalam mobil,” ajaknya.

Inta dengan perlahan mengangguk, dia bergegas mendekati pintu dan membukanya. Saat ingin masuk, Inta melihat seorang Pria lain dengan wajah yang hampir sama. tetapi, raut wajah mereka berbeda.

Jika yang berbicara kepada Inta memiliki keramahan, maka yang ada didepannya sekarang, memiliki wajah cuek yang tidak memperhatikan sekitarnya.

“Masuklah.” Ucap Pria yang ada dihadapan Inta. Suaranya begitu berat dan dingin. Inta mengangguk dan duduk dikursi belakang. Dia merasa sedang berada di badai salju yang disinari matahari.

Di ruang tamu, Inta terdiam melihat dekorasi yang ada. Dia menatap bosan dengan semua hiasan di dalam ruangan ini. “Aku merasa seperti di jaman yang belum mengenal apa-apa. Yeah, seperti itulah yang mungkin ku rasakan.” benak Inta.

“Ehem, Lebih baik kita berkenalan dulu ... Perkenalkan, Nama ku Zivta Park, anak pertama dari keluarga Park. Lalu,”

Mata Inta melirik kearah Pria yang ditatap oleh Zivta. “Dia adalah Adikku, anak kedua keluarga Park. Namanya, Zacry Park.” Lanjut Zivta.

Inta mengangguk. “Perkenalkan, Nama ku Inta.”

“Inta? Hanya itu saja?” tanya Zivta dengan wajah terkejut.

Inta sudah biasa dengan rasa ketidakpercayaan orang lain. Dia sedari kecil selalu dipanggil Inta. Jadi, tidak ada nama panjang atau marga padanya.

“Iya.” jawab Inta dengan tersenyum, seperti intruksi Malinda.

Zivta mengangguk dan melirik kearah adiknya. “Apa pendapatmu?”

Pria bernama Zacry menatap Inta dari atas kebawah. Lalu, tatapannya kembali datar. “Terserah! ayah tidak akan salah mengambil keputusan.” ucap Zacry menjawab pertanyaan Kakaknya.

Zivta melirik kembali melihat kearah Inta. “Begini Inta, ada yang ingin ku tanyakan. Berapa usia mu?”

Inta mengerutkan alisnya. “Usia, Usia Inta baru 21 tahun.”

Zivta mengangguk, “Apa kamu punya seorang kekasih?”

“Ini pertanyaan, kenapa terasa aneh?” benak Inta. Dia dengan cepat memulihkan pikirannya. “Tidak, Inta tidak memiliki seorang kekasih.”

“Bagus, sepertinya tepat untukmu, Zacry.” Zivta kembali menatap sang Adik.

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

Dingin banget kek kulkas ini pria ya 🤭

2023-04-10

1

Senajudifa

Senajudifa

mampir kecerita baru

2023-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!