Revisi 4
Di tempat yang berbeda, berdirilah sebuah rumah berwarna putih yang nampak mewah dan megah. Rumah ini memancarkan aura elegan dengan arsitektur klasik yang mempesona.
Pilar-pilar besar yang menyangga bagian depan rumah menambah kesan megah yang membuat siapa pun yang melihatnya terpesona.
Halaman rumah tersebut tertata rapi dengan berbagai macam tanaman hias yang menambah keindahan tempat itu. Namun, yang paling mencolok adalah deretan tanaman bunga melati yang sedang bermekaran.
Bunga-bunga putih kecil itu tampak begitu kontras dengan daun-daunnya yang hijau segar. Di setiap sudut halaman, keindahan bunga melati ini begitu dominan, membuat pemandangan di sana begitu memanjakan mata.
"Nyonya...!! "
Terdengar suara nyaring memanggil dari kejauhan, "Nyonya! Nyonya!" Suara itu datang dari seorang perempuan muda yang tampak berlari-lari kecil di sepanjang jalan setapak menuju ke rumah besar itu.
Seseorang yang di panggil nyonya itu merupakan perempuan cantik dan anggun yang sedang menata bunga melati. Tangannya yang halus dengan lembut menyentuh kelopak bunga-bunga putih yang sedang bermekaran, sementara hidungnya mencium harum baunya.
Wajahnya teduh dengan sepasang mata yang sayu, menciptakan aura damai yang menyebar ke seluruh taman. Ia adalah Reyna, istri dari Arga Wijaya dan kakak kandung dari Reyhan.
Mendengar seseorang memanggilnya, Reyna menoleh ke belakang. Senyumnya merekah ketika ia melihat siapa yang memanggilnya. "Ada apa, Sarah?" tanya Reyna dengan nada lembut, masih dengan senyuman yang hangat di wajahnya.
"Nyonya... Sekarang sudah siang saatnya Anda makan dan minum obat," ucap Sarah dengan hormat. Sarah adalah salah satu asisten setia yang selalu menemani Reyna di rumah. Di sampingnya, Nayla, asisten lainnya, sedang menyiapkan makanan di dalam rumah.
Reyna menoleh ke arah Sarah dan tersenyum lemah. "Terima kasih, Sarah. Aku akan masuk sekarang," jawabnya lembut.
"Selamat siang, Kak," sapa Reyhan dengan suara ceria. Ia tiba-tiba muncul di halaman rumah mewah itu, menyapa kakaknya yang sedang berjalan menuju rumah.
Reyna menoleh dan tersenyum lembut. "Reyhan... Ada apa kemari? Kamu tidak kerja?" tuturnya dengan nada penuh kasih sayang.
Reyhan mendekat dan berdiri di sebelah kakaknya. "Aku ingin melihat kakakku, apa aku tidak boleh main ke sini?" tanyanya sambil tersenyum lebar.
Reyna tertawa kecil, lalu mengajak adiknya masuk ke dalam rumah. "Ayo masuk, kita bicara di dalam."
Di ruang tamu yang luas dan elegan, mereka duduk di sofa sambil menikmati suasana yang tenang. Reyna, dengan kekhawatiran terlihat di wajahnya, bertanya, "Bagaimana keadaan Ibu dan Ayah, apakah mereka baik dan sehat?"
Reyhan mengangguk, "Ayah dan Ibu baik. Ayah sedang sibuk ke luar kota untuk urusan bisnis. Ibu belum bisa kemari karena ada urusan juga. Tapi Ibu selalu berdoa agar Kakak selalu diberi kesehatan."
Reyna tersenyum lega mendengar kabar itu. "Kakak baik-baik saja, katakan pada Ibu jangan terlalu mengkhawatirkanku," pesannya dengan lembut.
Tak lama kemudian, Sarah datang membawa nampan berisi teh. "Tuan, silahkan tehnya," ucap Sarah sambil menyodorkan secangkir teh kesukaan Reyhan.
"Terima kasih," ucap Reyhan dengan senyuman hangat. Sarah membalasnya dengan senyum ramah, kemudian pergi meninggalkan mereka agar bisa melanjutkan obrolan dengan tenang.
Di ruang berbeda, suasana dapur yang hangat dipenuhi aroma masakan yang lezat. Sarah dan Nayla sedang sibuk menyiapkan makanan untuk makan siang.
Sambil mengaduk panci di atas kompor, Nayla bertanya dengan nada polos, "Sarah... Tuan Reyhan itu sangat tampan dan dari keluarga terpandang. Berkali-kali nyonya menyuruhnya untuk segera menikah, tapi Tuan Reyhan seolah tidak mengindahkan permintaan keluarganya itu, kenapa ya?."
Sarah, yang sedang mengiris sayuran di meja, tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Mungkin belum ada jodohnya atau Tuan Reyhan belum menemukan gadis yang cocok yang dia idamkan," jawab Sarah dengan bijak.
Nayla mengangguk, tampak memikirkan jawaban itu. "Tapi kan banyak gadis yang suka sama dia. Kenapa sulit sekali menemukan yang cocok?"
Sarah tertawa pelan. "Cinta itu bukan soal berapa banyak yang menyukai kita, Nayla. Tuan Reyhan mungkin mencari seseorang yang benar-benar mengerti dirinya, yang bisa berbagi kehidupan dan mimpinya."
Nayla menghela napas, membayangkan sosok Reyhan yang sering ia lihat dengan tatapan penuh kekaguman. "Yah, aku harap dia segera menemukannya. Nyonya pasti akan sangat senang."
"Semua ada waktunya, Nayla," kata Sarah, mencoba menghibur. "Kita doakan saja yang terbaik untuk Tuan Reyhan."
Kurang lebih, selama satu jam kedua saudara itu bercengkrama di ruang tamu yang nyaman. "Kakak, aku pamit dulu. Masih ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," kata Reyhan akhirnya, sambil berdiri dan merapikan pakaiannya.
Reyna mengangguk, menatap adiknya dengan penuh kasih. "Baiklah, hati-hati di jalan. Salam untuk Ayah dan Ibu."
Reyhan tersenyum dan membungkuk sedikit. "Baik, Kak. Jangan lupa minum obat dan jaga kesehatan." Lalu, ia melangkah keluar. Di pintu, ia berbalik sebentar dan melambaikan tangan. "Sampai jumpa, Kak."
"Sampai jumpa, Reyhan," balas Reyna sambil melambaikan tangan.
Bermacam obat yang setiap harinya di makan oleh Reyna, dengan dosis tiga kali sehari. Terkadang membuat Reyna malas untuk memakannya. Tapi dia memaksakan diri karna bukan hanya untuk dirinya. Kesehatannya juga untuk semua orang, keluarga, terutama suaminya Arga Wijaya.
"Nyonya ... Ini, silahkan di minum."
Sarah menyiapkan obat dan air minum untuk majikannya yang selama lima tahun ini dia temani.
****
Jangan lupa kasih like, vote, favorit dan komen nya ya kak... Terima kasih atas dukungannya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
Siang juga walau udah sore aku bacanya hehehe 😅
2023-04-13
0
ᶯᵗ⃝🐍𝚖𝚋 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝐀⃝🥀
yaaasaroh kirain Arga blm nikah,,tapi istrinya sakit²an lagii,hmmm
2023-04-13
0
dewidewie
lanjut kak
2023-04-10
1