Revisi 6
Lanjut...
Petikan jari Reyhan menyadarkan lamunan Tiara. "Malah bengong. Sepertinya kamu harus ke rumah sakit," katanya dengan nada khawatir.
Tiara tersentak, lalu tersenyum kecil. "Tidak usah, terima kasih salepnya. Perihnya sudah agak mendingan, aku pergi dulu," jawabnya sambil bangkit berdiri.
"Silakan," balas Reyhan, masih terlihat cemas.
Saat Tiara hendak pergi, dia berbalik badan. "Pak Reyhan, apakah Anda mengenal Tina, karyawan yang dulu bekerja di sini?"
Pertanyaan itu membuat Reyhan terkejut. Wajahnya seketika berubah. "Tidak... Aku tidak mengenalnya," jawabnya dengan tegas, tapi ada nada ketegangan yang tersembunyi.
"Oh... Sebenarnya Tina itu kakakku. Ya sudah kalau Pak Reyhan tidak mengenalnya," kata Tiara sambil tersenyum tipis dan berpaling pergi.
Saat berjalan menjauh, Tiara bergumam pelan pada dirinya sendiri, "Dari ekspresinya setelah mendengar nama kakak, aku yakin dia mengenalnya dan menyembunyikan sesuatu. Jangan harap kamu bisa lari!"
Jam makan siang tiba, dan Tiara menemui Bu Mira di kantin.
"Bu Mira, aku sudah memutuskan akan mengejar orang yang telah mencelakai kakakku," ucap Tiara dengan tekad bulat.
Bu Mira menatapnya dengan cemas. "Tiara, apa kamu berprasangka orang yang melakukannya adalah Pak Reyhan?"
Tiara mengangguk dengan keyakinan. "Aku akan memastikannya!"
Bu Mira menghela napas panjang. "Kamu ini, kadang-kadang suka membuat orang khawatir. Kamu ini seorang perempuan. Bisa-bisanya ingin melakukan balas dendam," katanya sambil mencubit hidung Tiara dengan gemas.
Tiara tersenyum kecil, tapi matanya penuh dengan tekad. "Bu, ini bukan hanya tentang balas dendam. Ini tentang mencari kebenaran dan memberi keadilan untuk kakakku. Aku tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja."
Bu Mira melihat kesungguhan di mata Tiara dan tahu bahwa dia tidak bisa menghentikan gadis itu. "Baiklah, tapi kamu harus berhati-hati. Jangan bertindak gegabah. Jika kamu butuh bantuan, aku di sini untukmu," kata Bu Mira dengan lembut.
"Aaaaaa..... Aaaa.... Aaa...!" Tiara berteriak sambil memaki dan menghentak-hentakkan kaki di atas balkon gedung perusahaan. Frustrasi dan marah, dia berteriak, "Aku tidak akan melepaskanmu! Aku akan membuatmu menjadi martabak... Huh!!"
"Kenapa kau sangat berisik?" terdengar suara dari belakang. Suara yang sudah tak asing lagi bagi Tiara, suara dari presdir tempat ia bekerja, yang tak lain adalah Pak Arga.
Arga sedang duduk beristirahat sambil mengamati sekitar, menikmati sejenak ketenangan di balkon gedung. Tiba-tiba, kedatangan Tiara mengganggu ketenangannya hingga terusik.
"Pak Arga... Maaf, Pak. Saya tidak tahu Anda di sini. Saya hanya—" Sebelum Tiara selesai bicara, Arga sudah berlalu dari hadapannya tanpa berkata lagi.
"Huh! Orang ini, mengganggu saja saat orang mau marah-marah. Kalau bukan majikan sudah aku buat juga jadi martabak," gerutu Tiara sambil terus menghentak-hentakkan kakinya.
Tanpa disadari, Arga masih mendengar ocehan Tiara dan berhenti sejenak. "Apa yang kamu katakan barusan?"
Tiara terlonjak kaget. "Waduh! Mati aku!" pikirnya dalam hati.
"Siapa yang akan dijadikan martabak?" tanya Arga, suaranya tegas.
"Bukan, Pak! Itu... Teman-teman saya... Mereka suka makan martabak dan suka titip pesan pada saya karena saya suka lewat depan tukang martabak. Jadi lebih baik sekali-kali saya akan membuatkannya untuk mereka," jawab Tiara sambil garuk-garuk kepala, merasa salah tingkah.
Arga menatap intens Tiara dari bawah sampai atas, memicingkan matanya. Meski dia mendengar dengan jelas semua yang dikatakan Tiara, dia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah. Tanpa berkata apa-apa lagi, Arga pergi meninggalkan tempat itu.
"Hmmmp... Untung saja."
Semenjak Tiara mengetahui bahwa pin yang selama ini di simpan baik-baik oleh kakak nya itu adalah milik Reyhan, Tiara semakin mendekatkan dirinya pada Reyhan.
Tiara mencurigai bahwa kakaknya dan Reyhan dulunya itu sepasang kekasih. Lalu Reyhan merenggut kesucian kakak nya sehingga hamil. Lalu membunuh kakaknya untuk menghilangkan bukti.
Sementara itu, di ruang kerjanya, Arga duduk di kursi kebesarannya, memikirkan kejadian di balkon tadi. Dia menyadari bahwa gadis yang ditemuinya sengaja mengutuknya dan berbohong untuk menghindari hukuman.
"Beraninya dia mengataiku... Hmmm," gumamnya dengan marah.
Dia memanggil asistennya, Daniel. "Daniel, cari orang yang mengatakan akan menjadikan aku martabak!" perintah Arga tegas.
"Maaf Pak, Anda sedang mencari siapa?" tanya Daniel, bingung.
"Gadis yang berada di atas balkon tadi, dia karyawan di sini. Cepat pecat dia!" kata Arga dengan nada penuh amarah.
"Baik, Pak. Saya akan mencarinya," jawab Daniel, lalu pergi meninggalkan Arga yang masih terlihat kesal. Daniel pun bergumam pada dirinya sendiri, "Siapa gadis itu ya? Aku benar-benar tidak melihatnya."
****
Jangan lupa kasih like, vote, favorit dan komen nya ya kak... Terima kasih atas dukungannya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
jika judul bab nya ada udang di balik batu kalo versiku ada pembaca di balik cerita mu hihihi
2023-04-13
1
dewidewie
lanjut
2023-04-13
0
Nuhume
maju tiara, aku mendkungmu🔥🔥🔥🔥
2023-04-10
1