Pangeran Berkursi Roda

Pangeran Berkursi Roda

merantau

Namaku Sri, aku anak pertama dari 4 bersaudara. Orang tuaku tergolong orang yang mampu sebelum Ayahku tiba-tiba sakit struk.

Awal mulanya Saat itu Ayah Sri berada dibawah pohon kelapa untuk memetik kelapa muda di atas pohon, karena permintaan dari pasar saat Ramadhan sangat meningkat. Saat itu tengah hari yang sangat cerah langit begitu bersih tanpa ada awan hitam tapi secara tiba-tiba, ada petir yang menyambar di atas pohon kelapa dan Ayah Sri terkejut sehingga langsung jatuh dan mengalami struk pada bagian kaki dan tangannya. Dari saat itu Ayah Sri tidak bisa bekerja lagi, beliau hanya bisa berbaring di tempat tidur, bahkan untuk mandi atau ke kamar mandi beliau harus dibantu, dan makan pun harus disuapi oleh Ibunya Sri.

Di sinilah awal kemiskinan keluarga Sri, aset yang sudah Ayah Sri simpan satu persatu diambil oleh adik dan kakak-kakaknya, Ayah Sri hanya bisa diam menyaksikan hal itu terjadi. Bahkan rumah yang ditempati oleh keluarga Sri ingin diambil juga oleh Paman-Pamannya.

Karena Ibu Sri mempertahankannya sekuat tenaga akhirnya hanya rumah harta satu-satunya ini yang tidak diambil oleh mereka. Karena ayahku minim pengetahuan jadi aset berupa tanah-tanah yang sudah dibeli dari keluarganya tidak pernah dibalik nama atau diganti surat kepemilikannya.

sehingga sangat mudah mengambil sertifikat tanah itu. Bahkan keluarga Ayah Sri mengancam dan memberi tekanan kepada Ibu Sri, mereka ingin melaporkan Ibu Sri ke polisi dengan tuduhan mencuri sertifikat tanah mereka jika tidak dikembalikan, sertifikat itu.

Ayah Sri sedih dan hanya bisa diam saat para saudaranya berbuat seperti itu. Kurang baik apa Ayah Sri saat mereka susah dalam hal keuangan dan ingin menjual tanah, Ayah Sri membantu mereka dengan bermodal percaya.

Awalnya Ayah Sri adalah pedagang hewan ternak.

Ayah Sri mencari hewan ternak di kampung seperti sapi, kambing dll. Lalu dikirim ke kota untuk dijual kembali.

Karena itulah Ayah Sri setingkat lebih tinggi dalam hal materi dari pada adik dan kakak-kakaknya. Ayah Sri anak ketiga dari lima bersaudara dan yang paling rajin diantara mereka berempat.

Sekarang Ayah Sri tidak bisa apa-apa beliau hanya berbaring di kamarnya. Karena Ibu Sri hanya seorang Ibu rumah tangga dan tidak pernah diijinkan Ayah Sri bekerja semasa Ayah Sri Sehat, Ibu Sri tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menghasilkan uang.

Ibu Sri yang mulai berusaha mencari pekerjaan dan uang,mencoba dengan menjual apa saja barang berharga yang ada di rumahnya. Dan ketika Ibunya Sri mendapatkan uang, setengah uang itu langsung di gunakan untuk mengobati Ayah Sri menebus obat didokter dan melakukan pengobatan tradisional seperti diurut dll. Dan sebagian uangnya lagi untuk kami makan dan untuk keperluan rumah

karena memerlukannya uang untuk makan sehari-hari dan pengobatan Ayahnya Sri, Ibu Sri menjual buah mangga yang ada di halaman rumahnya jika sedang berbuah. Dan berkeliling kampung menjajakan mangga itu.

Saat itu umur Sri sekitar 15 tahun dan sudah harus pergi merantau ikut pamannya ke kalimantan agar bisa membantu perekonomian di rumah dan untuk biaya Ayah Sri yang sedang sakit.

Sri harus meninggalkan kedua orang tua dan adiknya agar bisa membantu perekonomian di rumah. Di sana di Kalimantan Sri bekerja sebagai pembantu di rumah paman Pur. Dari pekerjaan rumah sampai membantu pamannya berjualan di pasar Sri lakukan, bahkan untuk mendapatkan uang jajan harian Sri membersihkan usus ayam di pasar dan dijualnya.

Sri tidak pernah diberi uang jajan oleh Paman Pur, atau uang gajih selama Sri jadi pembantu di rumah Paman Pur, karena tidak pernah diberikan uang Sri mencoba melakukan hal lain untuk mendapatkan uang dan Untuk sehari-hari Sri hanya diberinya makan dan baju bekas yang sudah tidak terpakai oleh anak Paman pur.

Hampir satu tahun Sri bekerja di rumah Paman Pur. Saat Sri memasak di dapur,Tiba-tiba Paman Pur memberikan Sri cincin emas kira-kira beratnya 5 gram,

tanpa berbicara apa-apa setelah memberikan cincin emas itu Paman Pur langsung pergi tanpa berbicara apapun tentang kejelasan dan maksud Paman Pur memberikan cincin ini.

Sri sangat senang, dan langsung memakai cincin emas pemberian Pamannya itu. Sri menganggapnya cincin emas itu hasil kerja kerasnya selama hampir satu tahun disini. Sri sudah memikirkan bahwa emas ini nantinya untuk biaya pengobatan ayahnya dan untuk kebutuhan sehari-hari ibunya di rumah.

Setelah beberapa hari setelah paman Sri memberikan cincin itu, banyak teman-teman Sri di pasar membicarakannya, bahwa Sri sudah menerima lamaran Yanto, Yanto adalah anak bos sembako di pasar ini. Dan Sri mendengar sendiri dari cerita teman-temannya bahwa Sri digadaikan untuk menutup semua hutang pamannya jika Sri mau menikah dengan Yanto.

Sri merasa ditipu oleh pamannya sendiri, Sri yang menganggap itu uang gajih yang selama ini. Ia menjadi pembantu dirumah Pamannya. Jangankan untuk uang gajih yang selama hampir satu tahun ini tidak diberikan, untuk makan pun Sri menunggu sisa-sisa dari mereka sekeluarga makan.

Sri lalu mengembalikkan cincin emas itu kepada Pamannya lalu Sri langsung pergi dari rumah Pamnnya, Sri pulang ke kampung. Pamannya sangat marah pada Sri dan dibilang anak yang susah diatur, anak miskin yang sombong dan tidak tau diuntung.

Dengan bermodalkan uang dari hasil membersihkan usus ayam yang dijual itu, sri punya sedikit tabungan. Biaya untuk Sri pulang kampung. saat itu Sri menggunakan kapal laut untuk kembali ke jawa timur tempat asalnya. Sri butuh sekitar 2 hari perjalanan baru sampai di rumah, ternyata di kampung sudah tersebar gosip Sri yang menolak lamaran Yanto. Semua tetangga membicarakan aku, dan mengejekku.

Tetangga dan teman-teman Sri mengejeknya bodoh karena Yanto adalah anak bos sembako, dan wajahnya tidak terlalu jelek juga.

Sri sebenarnya tidak punya masalah dengan Yanto, cuma Sri tidak suka dengan cara Pamannya yang tanpa berkata-kata langsung menerima lamaran Yanto. Dan sebagai gantinya hutang pamannya lunas kepada orang tuanya Yanto.

Seperti ditipu oleh paman sendiri. Itulah yang Sri rasakan.

Ternyata Yanto dan pamannya mengejar Sri sampai di kampung, mereka menemui Ibu Sri. Karena Ibu Sri tau sifat Sri yang keras kepala, Ibu Sri meyerahkan semua keputusan ditangannya.

Sri tetap tidak mau dengan perjodohan yang dilakukan oleh Pamannya, Pamannya yang sudah membayangkan hutang-hutangnya akan lunas jika Sri menikah dengan Yanto terus memaksa dan mengancam Sri dan Ibunya.

Bukan hanya sekedar mental Sri yang dihancurkan oleh Pamannya, tapi Ibunya Sri pun juga terus dipaksa.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

ijin follow juga Thor, follback yaa

2024-05-04

0

Bilqies

Bilqies

salam kenal Thor...
aku mampir niihh..
jangan lupa mampir di karyaku juga yaaa

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!