Sekelompok Vampir dan Jessica

Mentari pagi telah tiba, cahaya keemasannya tak bisa menembus rumah mewah Edward, karena jendela di rumah Edward akan tertutup rapat otomatis bila matahari bersinar terang. Khusus malam atau cuaca sedang sejuk, barulah semua jendela di rumah mewah Edward terbuka.

Maklum saja, Edward adalah vampir. Begitupun dengan pengawal bayangan. Hari ini adalah momen yang paling di tunggu-tunggu oleh Jessica setiap tahunnya, yaitu peringatan kematian neneknya.

Dia telah bersiap-siap, pakaiannya telah rapi. Tak lupa dia membawa uang pegangan. Suasana rumah sangatlah aman dan sepi, karena Edward dan vampir lainnya telah tidur dalam peti mati.

Mereka akan bangun bila musuh datang atau malam tiba. Jessica tersenyum cerah, dia berdiri di depan cermin besar. Mematut dirinya yang tampil cantik dengan gaun hitam.

Rambutnya dikepang, tak lupa dia memakai penjepit rambut pemberian mendiang neneknya.

"Saatnya berangkat! Semoga saja Edward dan yang lainnya tidak sadar kalau aku pergi. Lagian, aku cuma pergi sebentar. Setelah mengunjungi makam nenek, aku akan pulang," gumam Jessica bermonolog pada dirinya sendiri.

Gadis itu tersenyum cerah, dia menyentuh kulit lehernya yang memerah, akibat ulah Edward semalam. Terkekeh geli membayangkan wajah masam vampir itu, tampak kesal dan marah, karena Jessica tiba-tiba datang bulan.

Padahal sedikit lagi mereka berdua kak bersatu. Ha ha … memang enak? Jessica mengejar Edward dalam hati.

Setelah memastikan semuanya telah beres, Jessica segera keluar dari rumah. Dia berdoa dalam hati, semoga saja tidak bertemu dengan vampir liar di luar sana.

"Semoga tidak ada makhluk aneh yang mengikuti atau memburuku, semoga Edward dan yang lainnya tidak sadar kalau aku pergi! Nenek, tolong jaga aku!"

Gadis itu berdoa dalam hati. Dia berjalan dengan langkah cepat melewati hutan, Jessica tersenyum cerah saat melihat jalanan. Untung saja hutan ini berada dekat dengan rumahnya.

Jessica tiba di jalanan, gadis itu tidak sadar, kalau sebenarnya hutan yang ia lewati itu hanyalah ilusi buatan Edward. Semua orang tidak melihat adanya hutan di dekat rumah Jessica.

"Huff … sudah lama aku tidak melihat manusia," guman Jessica menghembuskan nafas lega.

Dia tersenyum cerah, secerah mentari pagi kala itu. Segera dia pergi menuju halte busway, tak berselang lama bus tiba. Bergegas dia naik ke dalamnya.

Jessica memandangi kota Paris, dia merasa senang, karena bisa bertemu dengan banyak manusia.

"Andai Edward mau pergi bersamaku, pasti akan terasa lebih menyenangkan. Aku akan mengajaknya ke pantai untuk berjemur," batin Jessica berbicara.

Oh Jessica, dia sepertinya lupa kalau suaminya itu vampir. Mungkin bila Edward mendengar isi hati Jessica yang ingin mengajaknya berjemur, pastilah pria pucat itu akan marah dan menyentil ginjal Jessica.

Agar gadis itu sadar, kalau Vampir tidak bisa berjemur. Bisa-bisa gosong tubuh Edward.

Setengah jam perjalanan, akhirnya gadis cantik itu tiba di pemakaman umum. Tak lupa dia membeli bunga di toko bunga yang berada dekat pemakaman.

Saat memasuki toko, Jessica bertemu dengan Enny, teman baik mendiang neneknya.

"Hai, Jessica! Lama tidak bertemu!" sapa wanita tua itu membuat Jessica tersenyum cerah.

"Hai, juga Enny. Maaf, kalau aku tidak sering berkunjung kemari. Karena aku sedang bekerja!" jawab Jessica seraya melepaskan pelukannya.

"Oh my God, aku ikut bahagia untukmu, Jessica. Akhirnya kau mendapatkan pekerjaan setelah dua tahun menjadi pengangguran," kata Enny ikut bahagia membuat Jessica tersenyum ramah.

"Terima kasih, Enny. By the way,aku tidak bisa lama-lama di sini, karena aku hanya meminta izin sebentar tadi pada bos ku untuk ke makan nenek."

Jessica berkata apa adanya, namun, dia tak ingin bercerita tentang pernikahan nya dengan Edward. Takut kalau Enny terlalu bertanya banyak hal tentang Edward, hingga pada akhirnya jati diri Edward terbongkar.

"Baiklah, kamu ingin beli bunga apa? Lilly?" tanya Enny cepat.

Akhirnya, Jessica memilih bunga Lily. Setelah membeli bunga, Jessica memeluk Enny lagi, sebagai tanda perpisahan.

Tiba-tiba Enny mengendus aroma tubuh Jessica. Seperti ada yang berbeda, kemudian dia segera melepaskan tubuh Jessica. Dia menatap lekat wajah cucu temannya itu.

*Jessica, kamu harus berhati-hati!" tegad Enny tiba-tiba membuat Jessica mengernyitkan dahinya. Dia merasa bingung dengan ucapan Enny.

Mengapa dia harus berhati-hati?, Jessica tidak dalam bahaya. Gadis itu tidak mengerti maksud perkataan Enny apa.

"Maksudmu apa, Enny? Kenapa aku harus berhati-hati?" tanya Jessica tak mengerti membuat wajah Enny langsung pucat.

"Aku tidak bisa menjelaskan alasan kenapa kau harus berhati-hati, Jessica. Karena pantang sekedar menyebut nama 'mereka'. Apa kau masih punya kalung pemberian nenekmu?"

Enny bertanya dengan nada serius. Dia menatap dalam bola mata Jessica. Gadis itu segera mengeluarkan kalung berlian putih yang ia pakai, sempat tertutupi oleh syal yang ia gunakan.

Enny menghela nafas lega. Dia menyentuh pundak Jessica.

"Syukurlah, ingat, Jessica! Jangan pernah lepaskan kalung ini, jangan pernah percaya pada siapapun di dunia ini! Walaupun dia dewa sekalipun! Kamu berharga, kamu spesial! Ada sesuatu yang kamu miliki, tapi tidak dimiliki oleh orang lain. Kau paham maksudku, 'kan?"

Enny menasehati Jessica, membuat gadis itu menganggukkan kepalanya patuh. Sedikit banyak dia paham dan mengerti apa maksud dari perkataan Enny. Akan tetapi, seperti yang Enny katakan, dia tidak boleh percaya pada siapapun di dunia ini. Oleh sebab itu, dia tidak menceritakan tentang Edward.

"Terima kasih, Enny. Kalau begitu aku pergi dulu!"

Jessica berpamitan pada Enny. Dia segera keluar dari toko bunga, berjalan masuk ke dalam area pemakaman umum.

Saat tiba di depan makam neneknya, Jessica langsung meneteskan air matanya. Butiran kristal itu jatuh tanpa bisa ia tahan. Dia sangat merindukan sosok neneknya.

Gadis itu berjongkok di hadapannya. Menyentuh batu nisan milik neneknya.

"Halo, Nek. Apa kabar mu di sana? Pasti baik … karena nenek orang baik. Nek, aku sudah menikah sekarang! Dia bukan manusia, meski dia dingin dan terlihat seperti membenciku, tapi percayalah, kalau dia sangat menyayangi ku. Aku yakin itu! Nek, mohon restu mu ya. Doakan aku juga, semoga aku hidup bahagia di dunia ini! Kalau aku tidak bahagia, bawa aku pergi ya, Nek. Aku mau ikut nenek aja!"

Jessica berbicara dengan gundukan tanah di hadapannya. Seolah sang nenek kasih hidup, pada dasarnya nenek Jessica, sudah seperti ibu bagi gadis itu, sebab ibu Jessica telah meninggal saat melahirkan nya, begitupun dengan sang ayah yang sudah meninggal saat Jessica masih dalam kandungan.

Jessica menceritakan banyak hal pada neneknya. Berharap sang nenek mau mendengarnya.

Gadis itu tidak sadar kalau dia sedang dipantau oleh sekelompok makhluk aneh dari kejauhan.

Setelah merasa tenang dan cukup untuk menjenguk makam neneknya. Sesegera saja Jessica beranjak dari sana. Dia memilih kembali ke rumah Edward.

*

*

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Jessica tiba di hutan ilusi buatan Edward. Dia minat jam yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan waktu petang. Berharap kalau Edward belum bangun.

"Semoga saja, Ed, bum bangun," gumam Jessica pelan.

Tiba-tiba sekelompok pria pucat mengelilingi Jessica, membuat gadis itu terkejut dan terjatuh ke tanah.

"Akk … siapa kalian?" pekik Jessica terkejut.

"Darah suci," desis mereka semua.

*

*

Bersambung.

Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰😘

Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat

2023-07-27

0

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

dasar keras kepala dalam bahaya kan kamu sekarang

2023-03-07

0

Yunia Afida

Yunia Afida

semoga ed cepat tahu kalo jesica itu pergi

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!