Edward melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam rumah. Jessica yang menunggu sang suami di ruang tamu pun segera bergegas memeluk Edward, pria pucat itu hanya bisa menghela nafas panjang.
"Aku sangat khawatir kalau kamu kenapa-kenapa!" Sang gadis menangis sesenggukan dalam pelukan Edward. Tangan dingin Edward menepuk punggung Jessica dengan lembut.
Berusaha meyakinkan gadis itu kalau dia tidak terluka dan semuanya telah berlalu.
"Tenanglah! Aku baik-baik saja," ujar Edward lembut membuat Jessica menganggukkan kepalanya.
"Aku senang kamu baik-baik saja, Ed. Aku sungguh khawatir kalau sampai kamu kenapa-kenapa!"
Jessica berkata di sela-sela tangisnya. Sejenak mereka berada dalam posisi berpelukan. Jack dan yang lainnya kembali berpatroli di sekitar rumah, sedangkan Axel telah sembuh, karena Edward memberikan setetes darah suci milik Jessica yang ia punya.
"Ya, aku baik-baik saja berkat mu juga! Terima kasih karena sudah mau memberikan darahmu untukku."
Edward berbicara dengan nada datar, namun tersirat kelembutan di dalamnya. Jessica tersenyum manis, dia merasa sangat senang, karena Edward secara perlahan berubah menjadi lebih baik daripada pertama kali mereka menikah.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam benak Jessica. Dia melonggarkan pelukannya lalu menatap sang suami dengan sorot mata sayu.
Edward mengumpat kesal dalam hati ketika matanya bertemu dengan Jessica. Mata gadis ini sangat membuatnya terpanas, hanyut dalam indah bola mata Jessica.
"Ed, boleh aku minta sesuatu?" Jessica bertanya dengan nada suara manja membuat Edward mengernyitkan dahinya bingung.
"Minta apa? Katakan saja." Edward menatap dalam bola mata Jessica.
"Aku ingin jalan-jalan. Sudah lama aku di sini dan tidak keluar sama sekali! Aku sangat ingin jalan di kota Paris lagi!" Jessica mengeluarkan isi hatinya yang sedari kemarin dia simpan dalam hati.
Edward memasang raut wajah dingin. Mendengar permintaan Jessica membuatnya harus berpikir ulang, masih tertanam di kepalanya bagaimana terakhir kali dia jalan-jalan di tempat yang di penuhi oleh manusia.
Begitu banyak wanita yang terpikat kepadamu, menggoda Edward, bahkan, berani menyentuh tubuh Edward. Hampir saja dia membunuh para wanita itu, untung saja ada Lexo yang mencegahnya dan mengajak pria pergi dari sana menggunakan teleportasi.
"Aku tidak mau!" Edward menolak dengan tegas membuat raut wajah Jessica berubah sendu. Matanya berkaca-kaca, dia tidak berkata apapun lagi, bergegas masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Edward sendirian.
Pria itu menatap punggung Jessica yang bergetar. Pasti gadis itu menangis saat ini. Rasanya Edward ingin membunuh sekarang, guna meluapkan emosinya. Benci sekali dia melihat Jessica menangis, entah kenapa hatinya terasa sakit.
"Sial! Racun apa yang diberikan gadis itu, sampai aku bisa iba dan sayang padanya," umpat Edward kesal setelah Jessica tak ada lagi.
Semenjak kejadian tempo lalu, saat Edward hampir mati karena sihir cahaya kalung kristal milik Jessica, dia merasa terikat dengan wanita itu. Bila Jessica takut, dia ikut gelisah, bila Jessica sedih, pria itu ikut galau.
Entah bagaimana ini bisa terjadi?
*
*
Sedangkan di dalam kamar Jessica menelungkupkan wajahnya ke dalam bantal. Dia menangis sesenggukan, besok adalah hari peringatan kematian neneknya, sengaja dia ingin mengajak Edward pergi, karena dia ingin memperkenalkan Edward pada neneknya.
Meski ia tahu sang nenek telah tiada, setidaknya arwah neneknya tenang di alam sana saat tahu kalau dirinya telah menikah.
"Kenapa dia jahat sekali? Padahal aku hanya mengajaknya pergi sebentar. Aku bosan tinggal di rumah megah ini, tidak ada tetangga, tidak ada manusia selain aku! Hiks … aku sangat bosan dan jenuh!"
Jessica merasa amat kesepian, meski Edward ada, pria itu tetap saja dingin, tidak hangat seperti dulu. Edward sibuk dengan dirinya sendiri. Kerap kali kesepian melanda Jessica.
Sebuah ide terlintas dalam benak Jessica, membuat gadis itu tersenyum. Segera dia hapus air matanya.
"Kalau memang Edward tidak mau pergi bersamaku, aku akan pergi sendiri! Besok adalah hari peringatan kematian nenek, aku harus hadir! Kalau bukan karena nenek, mungkin aku tidak akan ada di dunia ini. Pasti aku akan mati di buru makhluk aneh!"
Jessica bermonolog pada dirinya sendiri. Gadis itu sedang mengatur rencana dalam diam, akhirnya Jessica memutuskan untuk kabur dari rumah. Dia yakin kalau meminta izin Edward, pasti pria itu tidak mengizinkannya. Hari telah malam dan Edward pasti terjaga.
Sedangkan siang, waktunya Edward tidur.
"Hihi … untung saja jam tidurku dan Edward terbalik, dia tidur siang, aku tidurnya malam. Jadi, gampang kalau mau kabur," gumam Jessica pelan.
Segera gadis itu bangkit dari ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan dirinya.
*
*
Edward berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Dia tidak bisa duduk tenang, karena hatinya galau. Jack, Axel, Alex dan Lexo hanya bisa menatap heran Edward. Mengapa tuan mereka mondar-mandir seperti orang kebingungan.
"Pangeran, apakah Anda sedang memikirkan sesuatu?" tanya Jack memberanikan diri.
Edward pun menghentikan langkahnya. Dia berdiri di hadapan Jack. Dia menatap dingin bawahannya itu membuat Jack menelan ludah kasar, takut kalau dia salah berbicara.
"Jack, aku rasa jantungku sedang bermasalah." Edward memberitahukan kondisi nya pada Jack dan yang lain.
Mereka hanya bisa mengernyitkan dahi, merasa bingung dengan perkataan Edward.
"Maaf, Pangeran. Kita ini vampir dan tidak mungkin jantung kita sakit atau bermasalah, kecuali ditusuk dengan belati tujuh warna. Maka, bukan jantung kita saja yang bermasalah, tapi, hidup kita pun berakhir!"
Jack memberikan pendapatnya membuat Edward terhenyak. Sedangkan Axel, Alex dan Lexo mati-matian berusaha menahan tawa mereka.
Ada-ada saja pertanyaan Edward. Mana ada vampir punya masalah dengan jantung mereka.
"Haiss, sudahlah! Aku lelah berbicara dengan kalian."
Edward yang malu pun segera beranjak dari sana. Pria itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
Edward menjentikkan jarinya, dalam hitungan detik dia sudah berada dalam kamarnya.
Degg.
Edward terkejut bukan main, saat melihat tubuh polos Jessica. Gadis itu sedang memilih pakaian dalam lemari. Dia tidak sadar kalau ada Edward berdiri di belakangnya.
Sang pangeran vampir menelan ludahnya kasar. Dia melihat tubuh bagian depan Jessica melalui pantulan cermin.
Sudah lama Edward tidak berhubungan badan dengan manusia atau vampir. Hidup ribuan tahun di dunia manusia, sudah pasti Edward pernah merasakan nikmatnya bermain wanita manusia.
Wanita dari kalangan vampir dan manusia berbeda. Kalau vampir tenaga mereka seimbang, sedangkan manusia, mereka hanya bisa patuh pada permainan Edward.
Siapa yang lebih nikmat? Tentu saja manusia. Sebab bercinta dengan manusia, Edward akan lebih dominan.
"Ah, aku pilih piyama ini saja," ujar Jessica dengan suara pelan.
Tak sadar gadis itu kalau ada sosok mengerikan dan buas menatapnya dengan sorot mata liar dan lapar.
Edward melangkah pelan tanpa suara, berdiri tepat di belakang Jessica.
"Sayangnya aku tidak akan membiarkanmu memakai kain ini," bisik Edward membuat tubuh Jessica meremang.
"Edward," lirih Jessica pelan.
Dia menoleh ke samping langsung di sambut ciuman panas oleh Edward. Pria itu memeluk pinggang Jessica dari belakang. Tangan kanannya memegang leher Jessica guna memperdalam ciuman mereka.
Sedangkan tangan kirinya berkelana mencari tempat favoritnya. Squishy milik Jessica ia pegang membuat gadis itu mengeluarkan suara mendayu di sela-sela ciuman mereka.
Membangkitkan hasrat terpendam Edward yang sudah tak pernah bangkit selama seribu tahun.
"Eugh … Ed."
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak.
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mungkin kah Edward sudah ada ketertarikan dengan Jessica...
2024-12-19
0
Ajusani Dei Yanti
candu itu Edwar 🤭🤭🤭
2023-07-27
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
Racun cinta
2023-07-09
1