17. Juli Sadar

       Hari berubah menjadi siang Inspektur Adi terlihat mendatangi tempat pertemuan antara pembantu dan para preman malam sebelum  si pembantu tertangkap.

Inspektur Adi datang ke tempat itu dengan beberapa anak buahnya namun saat mereka sampai di sana mereka tak menemukan barang bukti apapun.

Mereka pun tetap mencari bahkan Inspektur Adi meminta anak buahnya untuk berpencar ke beberapa tempat.

      Di rumah sakit Juli masih terlihat terbaring di tempat tidur dengan oksigen,infus,alat donor darah dan alat alat yang lain di mana mana.

Keadaan nya sangat menyedihkan,saat itu suasana sangat sunyi karena semua orang yaitu Bu Ratna,Toni,Ayah Adi, dan orang tua Toni tengah terlelap dalam tidur.

Saat itu Bu Ratna tengah tertidur di samping Juli sedangkan yang lain ada yang tertidur di luar ruangan dan di sova dalam ruangan.

Tak berselang lama seorang suster pun datang ia membangunkan orang orang yang tertidur di dalam ruangan itu karena ia ingin memeriksa keadaan Juli.

Orang orang yang tertidur di dalam ruangan itu pun terbangun dan ia keluar secara bersamaan,setelah semua orang keluar suster menutup pintu dan ia mulai memeriksa keadaan Juli.

Beberapa detik kemudian, ia memberi sebuah suntikan kepada Juli sesaat setelah Juli mendapatkan suntikan jari telunjuk tangan kanan Juli mulai bergerak perlahan,pada awalnya Suster itu tak menyadari pergerakan Juli namun saat pergerakan kedua yang di sertai suara lirih memanggil Ibu membuat Suster langsung panik.

"Mama,"ucap Juli dengan lirih lalu suster langsung memeriksa nadi Juli dan memeriksa alat pacu jantung yang di gunakan Juli.

Merasa keadaan Juli sudah mulai sadar dan membaik suster langsung membuka pintu dan memanggil dokter dengan terburu buru.

Saat suster keluar dengan terburu buru kepanikan dan kekhawatiran di rasakan oleh keluarga Juli,saat suster memanggil dokter Bu Ratna terlihat memeluk Ayah Adi.

"Tidak akan terjadi apa punkan dengan Andi Pah!."

"Dia akan baik baik saja," ia melanjutkan dengan membalas pelukan Bu Ratna dengan erat.

Beberapa saat kemudian suster itu datang ke ruangan Juli dengan seorang dokter yang berjalan di depannya,saat dokter sudah masuk kedalam ruangan Bu Laras menghentikan suster.

"Suster tunggu! Ada apa dengan Juli?" tanya Bu Laras dengan khawatir.

"Tidak papa Bu,jangan khawatir,"lalu suster itu pergi masuk ke dalam ruangan itu.

Sesampainya di dalam ruangan itu dokter langsung memeriksa keadaan Juli,di saat bersamaan Juli terus menerus memanggil Ibunya.

Mendengar Juli terus menerus memanggil ibunya akhirnya dokter memutuskan untuk meminta ibu dari Juli masuk kedalam ruangan,ia meminta bantuan dari suster yang menemani dirinya.

Suster itu pun pergi memanggil ibunya Juli, saat berada di luar ruangan terlihat suasana sangat panik terlihat Toni mundar mandir kesana kemari begitu pula Ayah Toni.

Suster kemudian memanggil Ibunya Juli namun yang mengaku ibunya ada dua yaitu Bu Laras dan Bu Ratna saat itu suster terlihat bingung namun lama kelamaan akhirnya Bu Laras mengalah dan membiarkan Bu Ratna menjadi Ibunya Juli.

Bu Ratna pun masuk kedalam ruangan itu bersama dengan suster itu sesampainya di dalam ruangan Bu Ratna mendekati Juli dan setelah ia dekat dengan Juli ia memegang tangan Juli.

Beberapa saat kemudian mata Juli perlahan terbuka namun ia masih belum melihat jelas siapa orang yang memegangi tangannya.

"Mama,"ucap Juli dengan lirih dan mata terbuka namun ia masih belum melihat jelas siapa orang yang ia panggil Ibu.

Mendengar di panggil Juli dengan sebutan Mama membuat Bu Ratna sangat bahagia bahkan karena kebahagiaannya tanpa ia sadari mata nya berkaca kaca dan tak berselang lama air matanya jatuh.

"Iya Sayang Mama di sini,"ucap Bu Ratna dengan bahagia namun bercampur sedih dan Beberapa detik kemudian Juli pun kembali pingsan.

Melihat Juli kembali pingsan kekhawatiran pun langsung terlihat di wajah Bu Ratna.

"Kenapa dokter? Kenapa Juli tidak sadar lagi?.Apa yang terjadi dengannya dokter?"ucap Bu Ratna dengan khawatir.

"Tenang Bu,Juli tidak apa apa dia hanya perlu istirahat yang cukup," jawab dokter lalu ia melanjutkan melepas oksigen yang di pakai Juli.

Tak berselang lama dokter dan suster itu meninggalkan Bu Ratna dan Juli di dalam ruangan itu berdua.Setelah ia keluar ruangan dokter langsung di sambut keluarga Juli dengan beberapa pertanyaan.

"Dokter bagaimana keadaan Juli?" tanya Toni dengan khawatir.

"Dia baik baik saja dan ada kabar baik juga.Juli sudah mulai sadar dari keritisnya,"jawab dokter langsung membuat keluarga sangat bahagia dan bersyukur.

"Apa kami bisa menjenguknya Dokter?"ucap Toni.

"Tentu bisa,tapi saya mohon jangan ada keberisikan apa pun yang menganggu pasien."

"Baik dokter,"lalu semua orang pun masuk kedalam ruangan kecuali Ayah Inspektur Adi.

Ia terlihat mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya lalu menelepon seseorang dan ternyata orang itu adalah Inspektur Adi.

"Halo,Adi ada kabar baik!"ucap Ayah Adi lalu di jawab Inspektur Adi di taman ia mencari Kania.

"Iya Ayah ada apa?"jawab Inspektur Adi lalu Ayah Adi menceritakan kejadian di rumah sakit dan wajah Inspektur langsung berubah bahagia setelah ia mendengar ucapan dari Ayah Adi. "Iya Ayah aku akan segera ke rumah sakit." Mendengar kabar bahagia itu Inspektur Adi meminta anak buahnya menghentikan pencarian dan pergi kerumah sakit.

       Di dalam ruangan Juli terlihat Bu Ratna memegangi tangan Juli dengan penuh kasih sayang,matanya berlinang air mata.Ia menangis hingga sesegukan dan matanya sampai bengkak.

"Nak bangun Nak,ini Mama kamu jangan seperti ini!.Mama janji sama kamu kalau kamu sembuh Mama akan menyayangi kamu sepenuh hati Mama Mama akan selalu adil dengan kamu, Mama janji,"ucap Bu Ratna dengan air mata yang terus menerus mengalir di pipinya.

Saat itu keluarga Juli yang seperti Toni,Bu Laras ikut terbawa suasana setelah mendengar ucapan Bu Ratna,mereka ikut menangis mendengar ucapan Bu Ratna.

Beberapa detik kemudian jari tangan Juli mulai bergerak melihat ada pergerakan dari jari Juli semua orang pun mendekat ke Juli.

Toni dan keluarganya berdiri di samping kiri Juli,tak berselang lama Ayah Adi menghampiri Juli dan berdiri di belakang Bu Ratna.

Beberapa saat kemudian secara perlahan lahan Juli membuka matanya,setelah matanya terbuka ia menengok ke arah kanan nya dengan perlahan,disana ia melihat seorang wanita yang tengah menangis sesegukan dan ia juga melihat Ayah Insprktur Adi lalu ia melanjutkan menengok ke arah kirinya, di sana ia melihat Toni dan keluarganya.

"Aku di...dimana?"ucap Juli dengan terpatah patah dan kebingungan.

"Kamu di rumah sakit Andi,"jawab Bu Ratna dengan bahagia.

"Andi? Apa maksud Bibik saya Andi? " jawab Juli dengan sedikit kesakitan.

"Tidak Juli ,kamu tetap Juli,"sahut Bu Laras.

Mendengar Jawaban Bu Laras Bu Ratna pun kesal dan marah.

"Apa bukannya kalian mengizinkan saya memanggil dia Andi kenapa kalian membohongi saya?"

"Mam,bukan begitu maksud mereka Maa,"sahut Ayah Inspektur Adi.

Mendengar ucapan Bu Ratna Juli lebih terkejut karena keluarga nya yang mengizinkan keluarga Inspektur Adi memanggil dirinya Andi.

"Apa?!!"jawab Juli dengan mulut ternganga lalu ia mengerang kesakitan dan ia memegangi kepalanya.

Beberapa saat kemudian, Juli berusaha duduk di tempat tidur dan akhirnya ia berhasil.

"Itu gak mungkinkan Toni,kamu tidak mengizinkan keluarga dari Inspektur Adi memanggil aku Andi kan Toni?"

"Iya Nak mereka mengizinkan saya memanggil kamu Andi,"jawab Bu Ratna untuk mempertegas ucapannya.

"Kalian tega,aaaagghhh," jawab Juli dengan kesal dan di lanjutkan mengerang kesakitan di kepala nya.

"Maaf juli kami melakukannya karena adanya sebuah alasan,kamu tidak tau alasan itu,"jawab Toni untuk berusaha menjelaskan alasan ia melakukan ini.

"Aku tidak mau mendengar alasan kalian,"jawab Juli dengan kesal lalu ia menarik infus yang ada di tangan kiri nya.Ia langsung teriak kesakitan setelah ia menarik infus itu.

"Apa yang kamu lakukan Kak?" ucap Toni dengan terkejut dan panik setelah melihat infus yang ada di tangan kiri nya Juli di cabut.

"Iya Juli,kenapa kamu melakukan itu? Kamu akan sakit lebih parah kalau kamu melepaskan infus itu,"sahut Ayah Toni denga panik.

"Sejak kapan Ayah peduli dengan ku? Ayah tidak pernah peduli dengan ku,"jawab Juli dengan serius lalu berusaha turun dari tempat tidur padahal ia tau keadaannya masih lemah dan belum sembuh seutuhnya.

Melihat tindakan Juli semua orang mendekati Juli dengan panik namun mereka semua di bentak Juli untuk pergi dan menjauh dari dirinya.

Karena ia sangat kesal kepada mereka semua yang sudah di anggap keluarga bagi dirinya ternyata orang yang sangat menyakiti dirinya.

Ia akhirnya mengerakkan satu persatu kakinya ke pinggir tempat tidur untuk Juli turun dari tempat tidur setelah semua kaki nya berhasil berada di pinggiran tempat tidur Juli langsung turun dari tempat tidur.

Tindakannya sempat di hentikan oleh Toni,Bu Ratna dan yang lainnya namun ia tak mempedulikan orang orang yang mencoba menghentikan dirinya.

Juli pun terjatuh setelah kedua kakinya berada di tanah hal itu dikarenakan ia masih belum kuat menopang tubuhnya, melihat Juli terjatuh sontak seluruh keluarga pun langsung terkejut dan Toni dengan sigap langsung berusaha membantu Juli namun Juli menolak karena kekesalannya kepada keluarganya.

Melihat Juli menolak bantuan dari Toni,Toni langsung menghentikan langkah nya dengan terdiam seribu bahasa.Beberapa saat kemudian Juli berusaha bangun sendiri dan ia berhasil bangun dari jatuhnya.Ia kemudian berdiri di hadapan Toni dengan raut muka serius.

"Kenapa kamu kamu ingin membantu aku?"ucap Juli setelah ia bangun dari jatuhnya dengan nada serius dan tegas.

"Karena aku peduli dengan Kakak," jawab Toni dengan sedih.

"Peduli? Sejak kapan? Kamu tidak pernah peduli kalau kamu memang peduli dengan seharusnya kamu tidak mengizinkan mereka memanggil aku Andi,tapi apa? Kamu mengizinkan mereka memanggil aku Andi.Apakah itu yang namanya peduli?" ucap Juli dengan mata yang berkaca kaca dan sedih.

"Ada alasannya Kak kenapa aku melakukan ini,Kakak harus dengar dulu alasannya!."

"Aku tidak butuh alasan kamu,"jawab Juli.

"Kakak aku mohon jangan seperti ini," jawab Toni dengan baik.

Juli melepas tangan kirinya dan menarik kerah Toni lalu berkata dengan nada serius.

"Kalau kamu tidak ingin aku seperti ini seharusnya kamu memikirkan matang matang terlebih dahulu setiap kamu ingin memutuskan sesuatu tentang aku!."

Juli kemudian mendorong Toni dan melepaskan merahnya,lalu dengan langkah sempoyongan Juli menghampiri Ayah Toni yang berdiri tak jauh dari belakang Toni.

"Dan Ayah? Aku pikir Ayah adalah Ayah terbaik dari Ayah Ayah yang lain tapi,tapi semua itu hanya kebohongan ternyata Ayah lebih kejam dari pembunuh Shela,"ucap Juli setelah berdiri di depan Ayah Toni.

"And... ,"ucap Ayah Toni lalu ia berhenti sesaat karena ia sadar kalau ia salah memanggil nama.

Mendengar Ayah Toni salah memanggil nama nya dengan nama Andi.

"Wah.. Wah.. wah.. " di lanjut kan dengan tepukan tangan sebanyak tiga kali.

Ia pun melangkahkan kakinya kebelakang beberapa langkah dengan sempoyongan lalu ia merentangkan tangannya dan memanggil nama.

"Andi.. Andi.. dan Andi" ucap Juli dengan nada sedih,kesal dan mata yang berkaca kaca.Ia kemudian melihat ke arah Bu Ratna dan Ayah Adi. "Selamat,ku ucapkan selamat buat kalian berdua karena Andi kalian sudah kembali,dia berdiri di depan kalian walaupun keadaan sangat buruk!."

Ia melihat ke arah Toni,Ayahnya,dan Bu Laras,lalu ia melanjutkan berkata dengan di dampingi langkah mundur secara perlahan lahan.

Juli terlihat  sempoyongan di setiap langkah yang ia ambil namun ia tak mempedulikan itu dan tetap memilih meninggalkan ruangan itu.

"Dan buat buat kalian bertiga,aku ikut berduka atas kematian dari Juli.Semoga dia tenang di sisi Tuhan."

"Kenapa kamu mengatakan itu Juli?" ucap Bu Laras dengan sedih lalu ia berusaha mendekati Juli namun Juli lebih menjauh saat di dekati oleh Bu Laras.

"Nama bukan Juli Tante Juli sudah mati di atas tempat tidur itu dan sekarang nama ku adalah Andi,"jawab Juli dengan kesal dan marah.

"Kak Juli aku mohon,jangan pergi," ucap Toni dengan sedih.

"Aku sudah mengatakan,aku bukan Juli tapi aku Andi!.Inikan yang kalian mau, inikan yang kalian inginkan,aku menjadi Andi.Aku sudah melakukan nya,apa lagi sekarang yang kalian inginkan? Hah,aaaggh"ucap Juli dengan nada tinggi lalu ia memegangi kepalanya karena kepalanya kembali sakit dan mengeluarkan darah hingga menembus perbannya.

Semua orang menyadari kalau kepala Juli kembali berdarah begitu pula dirinya tapi dia tak mempedulikan dirinya sendiri karena kekesalannya kepada keluarga nya.

"Kak kepala Kakak berdarah!."

"Aku tidak peduli,"jawab Juli dengan kesal dan masih bernada tinggi.

Ia kemudian berbalik dan meninggalkan ruangan itu dengan sempoyongan dan langkah yang tertatih,melihat Juli meninggalkan ruangan itu semua orang langsung mengejar Juli.

Juli menyusuri ruangan dengan berderai air mata,darah nya terlihat bercucuran di setiap jalan yang ia lewati.

Ia sesekali terjatuh saat melangkah menyusuri jalan ia juga terdengar teriak teriak kesakitan saat ia terjatuh di lantai,banyak orang yang berusaha membantu dirinya namun semua itu sia sia karena ia menolak bantuan dari orang orang itu.

Keluarga Juli terus mengejar begitu pula suster dan dokter yang merawat Juli,mereka mengejar Juli yang berusaha keluar dari rumah sakit dengan keadaan yang masih belum sembuh total dan kepalanya masih berlumur darah.

Setelah berada di lobi Juli keluar rumah sakit secara bersamaan Inspektur Adi sampai dan turun dari mobil,ia sangat terkejut karena melihat Juli keluar dari rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik.

Inspektur Adi langsung menghadang Juli setelah ia melihat Juli akan pergi dari rumah sakit ia mencoba menenangkan Juli yang terlihat marah.

"Ada apa? Apa yang terjadi?"tanya Inspektur Adi dengan memegangi tangan Juli.

Dengan marah dan kesal ia menghempaskan tangan Inspektur Adi dan berbicara dengan nada tinggi di hadapan Inspektur Adi.

"Ini semua karena keluarga Bapak, Bapak ingin saya menjadi Andi kan sekarang saya sudah menjadi Andi,Juli. Dia sudah mati di kamar itu!,dia sudah mati!." Ia berkata sambil berlinang air matanya.

"Saya tidak ingin kamu menjadi Andi seutuhnya,aku hanya ingin Ibuku sembuh tidak lebih dari itu,"jawab Inspektur Adi.

Mendengar jawaban Inspektur Adi Juli pun terkejut mulutnya ternganga ia terlihat kebingungan dengan maksud namun Juli tak percaya dengan ucapan Inspektur Adi.

"Apa lagi ini Insektur? Apakah maksud Inspektur kalau ibu Anda sakit? Aku tidak akan percaya lagi dengan kebohongan Inspektur.Tidak akan pernah!" ucap Juli dengan nada kesal, marah dan tegas lalu Juli berbalik dan pergi meninggalkan Inspektur Adi namun saat Juli baru melangkahkan kaki beberapa langkah dengan suara.

" Iya kamu benar Ibu memang lagi sakit," Juli langsung menghentikan langkahnya.

Inspektur Adi menghampiri Juli dengan pincang dan berdiri di hadapan Juli.

"Iya Ibu memang lagi sakit dia depresi karena kehilangan Andi dan hanya kamu satu satunya harapan kami.Aku punya Adik namanya Andi tapi meninggal dalam sebuah kecelakaan,mayatnya di temu kan meninggal terbakar di samping mobil.Sejak meninggalnya Andi Mama hanya mengurung diri di kamar ia jarang sekali keluar suatu hari aku berjumpa dengan kamu sejak itulah aku menyadari kalau kamu adalah harapan bagi ku.Aku memang pernah mengira kalau kamu adalah Adikku tapi lama kelamaan aku menyadari kalau kamu bukan Andi Adikku."

       Tak berselang lama semua orang keluar dan berdiri melihat percakapan antara Juli dan Inspektur Adi.

"Kamu lihat wanita yang berdiri di samping Ayahku,aku hanya ingin dia sembuh dan hanya kamu satu satunya harapan ku.Aku juga janji sama kamu aku akan cari pelaku penyerang kamu,"ucap Inspektur Adi dengan sesekali menunjuk ke arah Bu Ratna.

Juli pun hanya mendengarkan ucapan Inspektur Adi,namun ia akhirnya luluh dan langsung memeluk Inspektur Adi layaknya Kakak dan Adik.

Semua orang sangat bahagia karena mereka melihat Juli sudah tak marah,saat Juli memeluk Inspektur Adi tanpa di sadari oleh Inspektur Adi Juli pingsang di pelukannya sontak ia langsung meminta tolong dan tak berselang lama para perawat datang dengan bawa tempat tidur berjalan.Mereka kemudian membawa Juli masuk kedalam rumah sakit lagi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!