Di dalam ruangan, Juli terlihat lebih baik dari yang sebelumnya. Saat itu, ia terlihat membuka mata dengan perlahan, ia melihat ke sisi kirinya dan kesisi kanannya namun tidak ada seorang pun. Ia berusaha bangun namun tak bisa. Dia masih lemas.
Beberapa menit kemudian, Juli melihat ada seseorang yang masuk ke kamarnya. Juli mengira dia adalah Toni, karena penglihatannya masih rabun membuat orang yang bukan Toni dianggap Toni. Juli berusaha meraih orang yang mendekati dirinya tapi tangannya tak sanggup untuk meraih orang itu. Secara lirih ia memanggil orang itu dengan nama Toni, Toni yang berada di dalam ruangan cctv masih tidak menyadari kalau ada seseorang yang berada di dalam kamar Juli. Ia masih tetap fokus dengan kejadian kemarin malam.
Orang itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam kamar, dia menarik sova dan meletakkannya di depan pintu agar orang yang berada di luar tidak bisa masuk kedalam.Dan secara bersamaan semua cctv di non aktifkan oleh seseorang yang tidak di ketahui.
Melihat keadaan semakin mencekam Juli membuka infusnya dan alat bantu pernafasan yang ia pakai.Ia kemudian turun dari tempat tidur dengan sempoyongan,ia kemudian menghampiri orang itu namun saat ia sudah dekat dengan orang itu tanpa berkata orang itu meletakkan tangannya diarea bahu lali merayap ke area leher belakang.
Setelah ia berhasil meraih leher Juli ia langsung membenturkan kepala Juli ke tembok hingga membuat Juli jatuh ke lantai dan darah di kepala nya pun mengalir.
Orang itu kemudian membangunkan Juli dari tengkurap nya, setelah Juli terbangun ia kembali menghantamkan kepala Juli ke dinding Juli pun langsung jatuh terlentang di lantai dengan keadaan yang mengkhawatirkan.
Kepalanya terus menerus mengeluarkan darah, ia kemudian berusaha bangun dari jatuh terlentang. Merasa Juli masih bisa berdiri orang misterius itu kembali membantu Juli bangun.Setelah ia sudah terbangun Juli hanya melihat ke arah atas dengan mata seperti akan tertutup namun ia berusaha membuka matanya.
"Si...apa kamu sebenarnya?" ucap Juli dengan terpatah patah.
Orang misterius itu pun menarik kerah Juli dengan tangan kanannya dan mendekat kan wajahnya ke telinga Juli ia kemudian berkata dengan lirih dan serius di telinga Juli, ia berkata "Balas dendam!."
Orang misterius itu kemudian menjauh kan wajahnya dari telinga Juli dan melepaskan kerah secara perlahan lahan setelah kerah Juli terlepas,ia kemudian memeggang tangan kiri Juli yang terluka karena sayatannya sendiri.
Orang misterius itu pun memegangi tangan Juli dengan tangan kirinya lalu tangan kanannya mengambil sebuah pisau yang berada di pingangnya pisau itu terlihat sangat mirip dengan pisau yang menjadi barang bukti pembunuhan Shela.Ia sangat terkejut namun ia tak bisa berkata kata,ia hanya mengeriyip seakan matanya tak bisa terbuka.
Orang misterius itu kemudian memberi sebuah sayatan di pergelangan tangan Juli,ia sangat kesakitan darah kembali keluar dari pergelangan tangannya.Orang misterius itu pun langsung melepas tangan Juli lalu tangan kirinya kembali menarik kerah Juli setelah itu tangan kanannya mulai meraba sebuah meja kecil di dekat tempat tidur.Tak berselang lama ia merasakan memegang sebuah benda dan ternyata benda itu adalah gelas kaca.
Orang misterius itu langsung memegang gelas itu dan langsung memukulkan ke kepala Juli sebanyak tiga kali.Juli terlihat tak berdaya,ia tak bisa melawan karena ia kekurangan banyak darah.Lalu orang misterius itu membanting gelas itu dan mendorong Juli dan seketika Juli terjatuh terlentang di lantai dengan keadaan bersimpah darah di kepala dan tangannya.
Saat itu ruangan terlihat sangat gelap hanya cahaya remang remang berasal dari tombol darurat yang berada di pojok ruangan jauh dari tempat Juli.Juli kemudian melihat ke arah tombol itu dengan tangan kiri yang mati rasa dan bercucuran darah. Ia berusaha bangun dengan menggunakan tangan kanannya,walau pun ia sangat lemah ia berusaha bangun dengan sekuat tenaga dan akhirnya ia berhasil bangun dari terjatuhnya walaupun ia sempoyongan dan dengan langkah tertatih.
Wajahnya pun sudah terlihat pucat,melihat Juli masih bisa berdiri orang misterius itu hanya terdiam lalu mulai melangkahkan kakinya secara perlahan lahan mendekati Juli dan secara bersamaan Juli melangkahkan kakinya walaupun ia terlihat sempoyongan dan kesakitan karena luka di kepala dan di pergelangan tangannya.Ia sesekali menengok orang misterius itu dengan memegangi kepalanya yang tengah terluka,saat ia mulai dengan tombol darurat orang misterius itu mulai melemparkan pisau itu ke arah Juli.
Pisau itu pun melayang di udara dan pisau itu berputar putar di udara beberapa saat lalu pisau itu langsung menancap ke paha Juli bagian kanan.Juli yang terkena pisau pun langsung terjatuh tengkurap di lantai,ia sangat kesakitan dan terdengar juga Juli mengerang kesakitan.Ia kembali berusaha bangun dia sangat berusaha dengan hanya bantuan tangan kanannya,ia pun berusaha sekuat tenaga namun percobaan pertamanya ia gagal.Ia kembali mencoba lagi dan ia gagal,ia terlihat sudah menyerah.
Tak berselang lama seseorang pun masuk dari jendela ia membawa sebuah pecok di tangannya,setelah orang misterius ke dua datang ia langsung memberi kan pecok itu kepada orang misterius pertama.
Di ruangan cctv Toni dan Inspektur Adi terlihat kebingungan dan mencari sumber masalah yang terjadi dengan cctv dan lampu rumah sakit yang secara bersamaan padam.
Tiba tiba saat Toni dan Inspektur Adi tengah mencari masalah yang terjadi Toni langsung punya perasaan tidak bagus kepada Juli.
" Inspektur kenapa saya punya perasaan tidak enak kepada Juli?"ucap Toni.
" Apa maksud kamu Toni? "jawab Inspektur Adi dengan bingung.
"Aku merasa dia sedang dalam bahaya," ucap Toni dengan khawatir.
"Itu hanya perasaan kamu saya," lalu Toni pun hanya menjawab anggukan saja.
Di ruangan Juli,orang misterius itu menyeret pecok yang ia dapatkan dari orang misterius kedua.Mereka perlahan lahan mendekati Juli, melihat keadaan nya akan semakin berbahaya Juli pun berusaha bangun dan tak berselang lama ia akhirnya bisa bangun.
Juli pun langsung berusaha berlari menyauhi orang orang itu dengan menyeret kaki kanannya yang menerima tertusuk pisau.Ketika Juli hampir meraih tombol darurat orang misterius pertama berlari dan ingin mempecok Juli dari belakang namun karena Juli mendengar teriakan orang misterius pertama ia langsung buru buru menekan tombol darurat itu.Ia pun berhasil menekan tombol darurat itu dan secara bersamaan lampu menyala,cctv menyala dan timbol darurat itu mengeluarkan bunyi sontak semua orang yang berada di rumah sakit langsung kocar kacir tak terkecuali kedua orang misterius itu.
Beberapa detik kemudian orang yang menjaga cctv melihat kalau ruangan yang di tempati Juli berantakan dan bersimpah darah.Setelah mengetahui ada pasien yang dalam bahaya satpam pun langsung memberi tau Inspektur Adi dan Toni ,setelah mendengar ucapan salah satu satpam Toni dan Inspektur Adi langsung berlari ke kamar Juli.
Sesampainnya di depan kamar Juli,kamarnya tertutup dan terkunci dari dalam lalu Toni mencoba mrndobrak pintu namun ia tak bisa karena di hadang oleh sova didalam ruangan itu.
Tak berselang lama satpam pun ikut membantu mendobrak pintu,mereka mendobrak pintu secara bersamaan hingga akhirnya sedikit demi sedikit sova yang menghalangi pintu dapat bergeser.Toni mendobrak sama beberapa kali hingga saat pendobrakn terakhir pintu dapat terbuka.
Setelah pintu terbuka betapa terkejut ia matanya terbuka lebar dan begitu pula mulutnya karena melihat kamar yang di tempati Juli berantakan,darah di mana mana dan Juli tergeletak di lantai dengan bersimpah darah.
Toni langsung berlari menghampiri Juli dan ia duduk disamping Juli yang berada di lantai ia kemudian meletakkan kepala Juli ke pahanya.Ia pun menangis air matanya berderai lalu Inspektur Adi pun langsung bergegas menghampiri Juli yang terbaring di lantai dengan bersimpah darah.
"Apa yang terjadi Kak?" ucap Toni dengan air matanya mengalir terus menerus tanpa henti. "Jangan dijawab tidak papa,Kakak harus baik baik aja. Ayo bangun Kakak,Kakak harus bisa!." Toni melihat ke arah satpam yang hanya diam tak berkata apapun
"Tolong panggil dokter,saya mohon!."
Salah satu satpam pun langsung pergi meninggalkan lalu Toni membantu Juli berdiri,setelah Juli berhasil berdiri ia langsung terjatuh di pelukan Toni dan tak berselang lama Juli berkata dengan lirih di dekat telinga Toni.
"Balas dendam dia ingin balas dendam!" ucap Juli dengan lirih lalu Toni pun menaruh Juli di tempat tidur dan langsung membawa Juli ke ruangan Unit Gawat Darurat dengan di bantu oleh dokter dan yang lain lainnya.
Sesampainya di dalam ruang UGD Juli di bawa masuk oleh para dokter dan secara bersamaan orang tua Toni datang.Toni pun langsung memeluk Ayahnya dan menangis di pelukan Ayahnya,ia sangat menyesal karena ia meninggalkan Juli.
Beberapa saat kemudian, Toni melepas pelukannya dan Ayah nya pergi ke tempat kejadian bersama dengan Inspektur Adi.
Suasana di dalam ruangan UGD sangat menegangkan terlihat dokter tengah memasangkan alat bantu pernafasan,sebuah selang untuk darah dan yang lain lain.
Para dokter mulai memeriksa keadaan Juli ia membersihkan darah yang berada di kepala,paha dan lengan Juli dengan kapas secara perlahan lahan.Dokter itu di bantu oleh beberapa dokter yang lainnya,dokter dokter itu berusaha menghentikan aliran darah yang terus mengalir.
Tak berselang lama, keadaan Juli semakin memburuk salah satu suster memberi tau dokter kalau monitor detak jantung Juli menunjukkan penurunan,lalu dokter meminta suster itu menyiapkan alat pacu jantung. Beberapa menit kemudian wajah Juli pun bersih dari darah,namun keadaan nya tidak baik ia kembali keritis.
Setelah dokter selesai membersihkan Juli dan menolong Juli, salah satu dokter keluar dari ruangan UGD saat ia berada di luar ruangan ia langsung disambut dengan banyak pertanyaan dari Toni.
"Dokter bagaimana keadaan Juli? Dia baik baik sajakan Dokter. Tidak ada yang terjadi kan Dokter," tanya Toni dengan khawatir dan panik.
"Dengan berat hati saya mengatakan kalau keadaan Juli kurang baik!," jawab Dokter.
Mendengar jawaban Dokter itu Toni pun langsung perlahan lahan mendekati Dokter itu dan seolah akan menyerang dokter itu.
"Kenapa Dokter mengatakan itu? Juli baik baik ajakan Dokter.Tidak ada yang terjadi dengan Juli kan Dokter," jawab Toni dengan nada semakin meninggi lalu ia memegangi lengan Dokter itu dan mengoyang goyangkan tubuh dokter itu dan ia juga teriak di depan dokter itu.
"Jawab Dokter! Jawab saya!"ucap Toni dengan mata melotot dan membentak.
Beberapa saat kemudian, Bu Laras pun mendekati Toni dan berusaha menenangkannya.
"Juli.., dia kembali keritis."
Mendengar ucapan Dokter itu Toni langsung melepas tangannya dari lengan Dokter itu.
Ia langsung sempoyongan dan bersedih, tubuhnya seakan tak bisa menopang dirinya ia merasa kalau semua ini karena dirinya.Karena tak kuasa ia akhirnya terjatuh di lantai dan hanya menagis,ia
sangat menyesal telah meninggalkan Juli sendiri di ruangan itu. Bu Laras sangat sedih melihat keadaan Juli dan Toni, ia berusaha menguatkan Toni dari kesedihannya.
"Kamu jangan seperti ini Toni,kamu harus percaya kalau Juli akan baik baik aja,kamu harus percaya itu!" ucap Bu Laras dengan duduk di depan Toni sambil memegang pipi Toni dan ia juga berusaha menguatkan Toni.
"Tapi kemungkinannya sangat kecil Nyonya," sahut dokter itu dan langsung membuat Toni berhenti menangis dan langsung menatap dokter dengan serius.
"Apa maksud Dokter? Apa maksud Dokter Juli tidak akan selamat?"
"Saya tidak mengatakan kalau Juli akan meninggal tapi keselamatannya memang terancam sekarang karena dia kehilangan banyak darah dan kemungkunannya dia tidak akan bertahan lama," jawab Dokter itu.
Setelah mendengar ucapan Dokter Toni pun langsung marah dan ingin memukul dokter namun ia menghentikannya karena ia ingat hanya Dokter yang bisa menyelamatkan nyawa Juli. Toni pun langsung menurunkan tangan nya dan langsung bertekuk lutut di hadapan Dokter dengan tangan terlipat.
"Dokter,saya mohon maafkan saya. Saya mohon selamatkan Juli,saya mohon!" ucap Toni dengan wajah berlinang air mata dan sedih.
Toni terlihat menadahkan tangannya melihat kejadian itu, Dokter pun langsung membantu Toni berdiri ia kemudian berkata"Kami akan mengusahakannya!."
Dokter itu pun pergi dari hadapan Toni
setelah kepergian Dokter itu Toni pun kembali seperti saat ada dokter yaitu tubuhnya lemas dan seperti tidak ada gairah,ia pun terjatuh di lantai dengan kaki tertekuk dan raut muka yang sedih.
Bu Laras pun membantu Toni bangun dan berdiri,setelah semua itu Toni dengan dibantu Bu Laras berjalan mendekati pintu ruang UGD sesampainya di depan pintu ruang UGD ia melihat Juli dan saat itu terlihat Juli terbaring lemah tak berdaya dengan perban di mana mana, alat bantu pernafasa dan alat alat lain melekat di tubuhnya Toni sangat tak kuasa melihat Juli ia hanya bisa menangis.Ia meletakkan tangannya di pintu dan ia hanya bisa melihat dari kejauhan,beberapa saat kemudian seorang suster keluar dari ruangan itu.
Melihat salah satu suster keluar Toni pun langsung menghentikan langkah suster dan bertanya kabar tentang.
"Suster Kakak saya tidak papakan dia baik baik aja,kapan saya bisa masuk ke dalam? Saya ingin melihat Kakak saya Sus!" ucap Toni dengan khawatir.
"Saya masih belum bisa memberi tau jawab nya Tuan," jawab suster lalu pergi dari hadapan Toni dan keluarga Juli beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sesuatu benda.
Beberapa menit kemudian, dokter dan suster pun keluar dari kamar itu lalu salah satu dokter berhenti di depan keluarga Juli sedangkan dokter yang lainnya pergi meninggalkan Juli dan keluarga nya.
"Syukurlah semua baik baik saja walau pun keadaan pasien keritis tapi dia masih selamat dari maut."
Mendengar ucapan Toni wajah Juli pun langsung berubah bahagia.
"Apakah saya bisa melihatnya?" ucap Toni setelah mendengar ucapan dokter.
"Boleh tapi ingat jangan ada keramaian!" jawab dokter lalu ia pergi meninggalkan Toni dan Bu Laras.
Toni pun masuk kedalam ruangan itu dan saat di dalam ruangan ia hanya bisa meneteskan air mata dengan melihat Juli. Ia melangkahkan kakinya perlahan lahan setelah ia dekat dengan Juli,ia langsung duduk di kursi dan meminta maaf kepada Juli.Ia memegangi tangan Juli dan menangis hingga sesegukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments