7. menemui Juli demi bantuan

     Di apartemen yang di tempati oleh Juli, Toni dan Ayah Toni. Terlihat Juli baru keluar mandi ia memakai baju mandi dan handuk yang di gunakan di kepalanya.Saat itu ia duduk di kursi sambil mengambil remote tv yang berada di atas meja. Tak berselang lama, terdengar orang mengetuk pintu.

Merasa ada tamu tak di undang, Juli kesal. Dia bangun dari tempat duduknya dan membuka pintu, dia terkejut karena ada Inspektur Adi di depan rumahnya.

"Ada apa Inspektur? Kenapa Inspektur kemari?" tanya Juli setelah melihat Inspektur Adi di depan rumahnya.

"Aku ingin bertemu dengan Anda, Juli!"

jawab Inspektur Adi dengan nada baik.

"Kenapa? Apa ada hal penting yang ingin Inspektur beri tau ke aku?" jawab Juli.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Inspektur Adi dengan tegas.

"Maksud Inspektur, apa?" jawab Juli dengan heran dan kebingungan.

"Kamu tidak perlu berpura pura bingung, aku tau sebenarnya kamu mengerti maksudku. Jadi, aku mohon kamu tidak perlu berpura pura lagi," ucap Inspektur Adi untuk menjelaskan kepada Juli yang mirip dengan Adiknya.

"Kalau Inspektur datang kemari hanya untuk menanyakan siapa aku sebenarnya? Lebih baik Inspektur jangan kemari, karena membuang waktu saya!" jawab Juli. Dia berusaha menutup pintu, namun sayang ia tak bisa menutup karena pintu di dorong oleh Inspektur Adi hingga terbuka lebar. Setelah Inspektur Adi berhasil membuka pintu dia masuk dengan perlahan.

Juli tak ketakutan namun ia melangkah mundur hingga ia menabrak sebuah meja yang ada tidak jauh dari dirinya.

"Apa yang Inspektur ingin kan?" tanya Juli, setelah menabrak meja di belakangnya.

"Aku hanya ingin mengetahui siapa kamu yang sebenarnya?" jawab Inspektur Adi dengan nada serius.

"Oke, bapak ingin mengetahui siapa saya? Saya kasih akan beri tau bapak. Aku ... Aku adalah Juli Wardana dan bukan orang lain!." Tegas Juli. Dia mendorong Inspektur Adi agar tidak menghalangi jalannya.

Saat ia pergi menjauhi Adi, langkahnya  terhenti saat Adi memanggil Juli dengan sebutan Andi. Wajahnya berubah terkejut, dia berbalik dan melihat ke arah Adi.

Adi menghampiri Juli dan dia memegang lengan Juli dengan penuh kasih sayang.

"Aku tau kamu adalah Andi, Andi Adikku yang selama ini aku cari!."

Mendengar ucapan Inspektur Adi tentang adiknya, Juli langsung marah. Adi meminta juli memegang tangannya. Adi pun seketika merasa sangat bahagia setelah tangan nya di pegang Juli. Dia merasa adiknya kembali namun tiba tiba tangan yang di pegang oleh Juli, di buang oleh Juli hingga terlepas.

"Aku bukan Andi Inspektur Adi!. Aku berita tau kamu sekali lagi, aku bukan Andi mungkin, Andi Adik kamu itu sudah di atas sana," jawab Juli dengan kesal dan tegas. Dia berpaling dan ingin pergi. Namun, saat ia ingin pergi langkahnya dihentikan Adi.

"Oke, kalau kamu bukan Andi tapi tolong bantu aku menyembuhkan ibunya Andi," pinta Adi dengan sedih.

Dia berbalik dan berdiri di hadapan Adi.

"Aku tidak ada urusannya dengan keluarga Inspektur. Jadi maaf kan aku, aku tidak bisa membantu Inspektur Adi," jawab Juli dan pergi meninggalkan rumah. Namun saat Juli beberapa langkah, Inspektur Adi menodongkan pistolnya ke kepala Juli.

"Angkat tangan! Kalau kamu tidak mau ikut aku, aku akan tembak kepala kamu!."

Juli pun berbalik dan pistol itu pas di dahi dengan tatapan mata serius dan tak berkedip sekalipun.

"Tembak aku! Kalau memang Inspektur berani, tembak aku!.Tembak aku! tembak aku!." Bentak Juli semakin kencang.

Mendengar ucapan Juli Inspektur Adi tak kuasa memegang pistol, tangannya gemetar dan secara perlahan lahan pistol itu jatuh dari tangannya. Ia kemudian berlari dan memeluk Juli dengan air mata yang mengalir dari matanya.

"Adik ku Andi, maafkan Kakak," ucap Inspektur Adi. Dia memeluk Juli, namun Juli mendorong Adi menjauh dari dirinya hingga pelukan terlepas. Tanpa disadari oleh Adi, Juli mengambil pistol dan menodongkan ke arah Inspektur Adi. Ia meminta Inspektur Adi pergi dari rumahnya, Inspektur berusaha menjelaskan kepada Juli tentang bantuan yang ia butuh kan. Namun Juli tidak mendengarkan ucapan Inspektur Adi. Dia tetap memohon kepada Juli.

"Inspektur Adi pergi dari sini, kalau tidak aku akan menembak Inspektur!. Aku tidak akan segan segan melakukannya. Pergi sekarang atau ku tembak Inspektur," ucap Juli dengan ekspresi muka serius dan marah.

"Aku mohon Juli bantu aku," pinta Inspektur Adi dengan melipat tangan nya.

"Aku bilang pergi!" bentak Juli namun masih saja Inspektur Adi tidak pergi.

Juli yang melihat itu, dia pun terpaksa menembak Adi. Dia menembak kaki Inspektur Adi. Dia duduk di tanah dengan kaki kanan nya yang berdarah. Ia merintih kesakitan karena tembakan itu.

Melihat Adi sangat kesakitan, Juli mendekati Adi dan menundukkan tubuhnya. Dia berkata dengan ekspresi muka serius "Aku sudah mengatakan kepada Inspektur, aku tidak akan segan segan menembak Inspektur dan itu aku lakukan. Kali ini aku akan menyelamatkan Inspektur, tapi lain kali ... Lain kali, aku bisa membunuh Inspektur. Bangun!."

Juli pun membantu Inspektur Adi bangun dengan tangan yang masih memegang pistol. Adi pun bangun dengan bantuan Juli, walau pun dengan keadaan Juli masih menggunakan handuk. Dia pergi ke rumah sakit. Setelah berada di halaman Juli memanggil supirnya dan meminta menyiapkan mobil, setelah mobil siap. Dia membawa Inspektur Adi masuk kedalam mobil dengan di bantu oleh supirnya.

Inspektur Adi berada di dalam mobil, Juli duduk di sampingnya Inspektur Adi.

Melihat Juli berada di samping nya dengan raut muka serius Adi langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Juli.

"Du... Dulu kita bisa se.. seperti i.. ini tapi kenapa sekarang tidak bisa?" ucap Inspektur Adi dengan terbata bata.

"Karena aku bukan Andi!" jawab Juli dengan nada serius lalu memindahkan kepalanya Adi agar menyender ke pintu di samping kanan nya.

Tak berselang lama, ponsel yang di bawa Juli berbunyi dan terlihat di ponsel itu Toni yang menelepon.

"Kak, Kakak dimana?" tanya Toni di dalam ponsel Juli.

"Aku lagi ke rumah sakit," jawab Juli.

"Siapa yang sakit?" tanya Toni dengan panik.

"Nanti aku ceritakan,"jawab Juli lalu mematikan ponselnya.

Tak berselang lama, Juli dan Adi sampai di halaman rumah sakit. Juli mengeluarkan Adi di bantu oleh supirnya. Setelah ia mengeluarkan Adi dari mobil, ia meletakkan pistolnya ke wadah pistol yang terikat di pinggang bagian kanan. Adi melihat perlakuan baik yang di lakukan Juli.

"Lain kali jangan pernah main main dengan ku Inspektur!."

Juli pun membantu Adi dengan memakai kursi roda, dia mendorong kursi roda hingga ke ruangan operasi. Sesampainya didepan ruang operasi Adi langsung masuk ke dalam ruang operasi untuk pengambilan peluru yang menancap dipahanya. Juli menunggu operasi pengambilan peluru yang tengah di jalani oleh Inspektur Adi. Ia kemudian menelepon Toni.

"Toni kamu tolong ke rumah sakit sambil bawakan aku baju ganti ya," ucap Juli di teleponnya.

"Iya," jawab Toni terdengar suaranya di dalam ponsel.

Beberapa saat kemudian, Ayah Andi sampai di lobi rumah sakit. Dia terlihat panik karena mendengar kalau Adi di tembak oleh seseorang. Dia menghampiri seorang suster dan bertanya tentang Adi. Suster itu menjawab kalau Inspektur Adi ada di ruang operasinya.

Juli mendapat telepon dari Toni kalau ia sudah sampai di rumah sakit. Dia pergi ke lobi dan Ayah Andi juga pergi namun ia pergi ke depan ruang operasi.

Mereka berpapasan namun saat itu Juli tengah sibuk dengan pakaian nya sedangkan Ayah Andi terlihat panik dan melihat ke setiap ruangan yang di lewatinya.

"Iya Ton, tunggu aku. Sebentar lagi aku mau ke lobi,"ucap di telepon dengan sibuk membetulkan pakaiannya.

Di sebrang lorong terlihat Ayah Adi sangat khawatir dan panik.Dia menengok ke sana kemari seperti mencari seseorang.

"Kamu dimana Adi?" ucap Ayah Adi dengan bingung.

Mereka berdua pun berjalan tanpa melihat jalan hingga membuat mereka bertabrakan, namun Juli dan Ayah Adi tidak mempedulikan siapa yang menabrak dirinya. Dia hanya tetap pergi, untuk menghampiri Toni yang sudah menunggu di lobi. Begitu pula Ayah Adi, dia tak mempedulikan siapa yang menabrak dirinya. Dia terlihat tetap fokus mencari kamar Adi.

Beberapa saat kemudian, Juli sampai di lobi. Dia melihat kesana kemari seperti mencari seseorang.

Tak berselang lama, Toni datang dengan membawa pakaian. Dia berjalan seperti tebar pesona ke para wanita yang melihatnya. Dia tak sadar bahwa tempat Juli sudah terlewat.

"Ehem,"Juli pun berpura pura batuk untuk menghentikan Toni.Toni yang menyadari itu, dia langsung menghentikan langkahnya.

"Sudah puas tebar pesonanya?" tanya Juli dengan sedikit meledek Toni.

"Kakak jangan seperti itu dong,ini bajunya," jawab Toni dengan kesal namun lucu. Dia memberikan pakaian yang di bawanya dari rumah.

"Ton nanti kamu ke ruang operasi ya," ucap Juli.

"Ada apa Kak disana?" jawab Toni dengan heran.

"Nanti Kakak ceritakan!."

Juli dan Toni pun masuk ke dalam rumah sakit. Di depan ruang operasi, Ayah Adi menunggu dengan khawatir. Dia duduk di kursi, tak berselang lama salah satu dokter keluar dan memberitahu keadaan Adi.

"Keluarga Tuan Adi,"panggil dokter itu.

"Saya Dok, saya Ayahnya. Apa yang terjadi Dokter?"jawab Ayah Adi dengan panik.

"Bapak tenang saja Inspektur Adi baik baik saja, pelurunya sudah bisa di keluarkan,"ucap dokter kepada Ayah Adi. Mendengar ucapan dokter itu wajah Ayah Adi pun berubah menjadi tenang dan bahagia.

"Apa saya boleh melihatnya Dokter?"

"Tentu bisa,sama Bapak jangan cemas masalah biaya karena biayanya sudah di tanggung oleh Tuan Juli Wardana," jawab dokter itu lalu pergi dan Ayah Adi pun masuk kedalam ruangan operasi.

Sesampainya di dalam ruangan operasi ia duduk di samping Adi.

"Siapa yang melakukan ini Adi?" tanya Ayah Adi dengan sedih.

"Dia adalah orang yang kita rindukan Ayah,"jawab Inspektur Adi.

"Apa maksud kamu pelakunya Andi?" tanya Ayah Adi dengan tidak percaya.

"Aku tidak tau Ayah,apakah dia Andi atau bukan? Tapi yang terpenting di bisa mengobati rindu kita kepada Andi Adikku,anak Ayah,"jawab Adi dengan sedih.

Tak berselang lama, Toni pun sampai di depan ruang operasi. Dia merasa ingin tahu siapa yang sedang di rawat. Dia mengintip pasien dari kaca kecil yang terletak di pintu. Dia sangat terkejut karena melihat pasien itu adalah Inspektur Adi.

"Inspektur Adi!" ucap Toni dengan terkejut.

Dia langsung masuk kedalam ruang itu dengan terburu buru.Toni pun menghampiri Inspektur Adi dan berdiri di samping Inspektur Adi.

"Inspektur tidak papakan,"jawab Toni.

"Oh jadi dia pelakunya,"jawab Ayah Adi dengan marah dan langsung berdiri di hadapan Toni dengan marah

dan menarik kerah.

Ayah Adi pun memukuli Toni hingga babak belur, sedangkan Adi ia berusaha menghentikan ayahnya namun ayahnya tidak mempedulikan dirinya dan tetap memukuli Toni.

Mendengar ada keributan di ruang operasi, para perawat pun masuk kedalam ruangan itu dan memisahkan Toni dan Ayah Adi. Para perawat itu pun berhasil memisahkan mereka, Toni di bawa keluar ruangan dengan keadaan babak belur.Sedangkan Ayah Adi duduk kembali di kursi.

"Ayah,kenapa Ayah memukuli dia?" tanya Adi dengan sedikit kesal dengan ayahnya.

"Dia kan pelakunya Adi!"jawab Ayah Adi dengan kesal.

"Ayah salah orang,"jawab Inspektur Adi.

"Apa?!!,"jawab Ayah Andi dengan terkejut.

Toni yang berada di luar ruangan hanya bisa mengerang kesakitan karena di hajar oleh Ayah Adi. Tak berselang lama, Juli datang dan terkejut melihat banyak luka di muka Toni.

"Toni! Apa yang terjadi dengan kamu?" tanya Juli dengan khawatir dan duduk di samping Toni.

"Ini juga karena orang yang ada di dalam ruangan operasi,"jawab Toni Juli pun langsung terkejut mendengar jawaban Toni. Dia terlihat heran karena ia membawa Inspektur Adi kesini hanya dengan supir lantas siapa yang menunggu Inspektur Adi.

Beberapa saat kemudian suster pun datang dengan membawa kotak obat.

"Orang?! kamu kenal dia?"tanya Juli. Toni menjawab gelengan mengetahui jawaban dari Toni, Juli mulai kesal.

"Suster tolong obati Adik saya terlebih dahulu,"ucap Juli dengan baik.

"Baik,"jawab suster itu lalu tersenyum kecil.

Juli berdiri dari kursi yang di duduki. Dia pergi dengan tangan kanan seperti memeras santan.

"Kakak mau kemana?"tanya Toni lalu di lanjutkan dengan erangan kesakitan.

"Kakak ingin bertemu dengan orang yang memukuli kamu,"jawab Juli dengan nada serius.

Dia melangkahkan kaki dengan sangat marah kepada orang yang memukuli Toni, karena amarahnya ia tak menyadari menabrak beberapa orang yang berada di depan nya.

"Siapa pun kamu kalau kamu menyakiti keluarga ku, aku tidak akan segan segan menyakiti kamu,"ucap Juli dengan tatapan mata yang tajam dan serius.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!