20. Ancaman

     Hari pun berubah menjadi pagi, seara burung berkicau dan matahari mulai menyinari setiap sudut rumah, Juli terlihat baru keluar dari kamarnya yang di berada di rumah di rumah Andi.Ia tampak sudah siap untuk sarapan di rumah itu,setelah ia keluar kamar ternyata ia sudah di tunggu Bu Ratna di depan kamar.

"Bu Ratna?!!" ucap Juli setelah ia membuka pintu dan melihat Bu Ratna ada di depan kamar nya.

"Eh maaf Andi,Mama hanya ingin membangunkan kamu tapi Mama takut kalau menganggu kamu," ucap Bu Ratna dengan tidak enak kepada Juli.

"Enggak papa Bu," jawab Juli dengan santai lalu Bu Ratna membantu Juli ke ruang makan.

Setelah ia berada di ruang makan ia melihat Inspektur Adi dan Ayah nya sudah duduk di ruangan itu.

Melihat mereka berdua Juli pun menyapa mereka dan mereka pun menjawab dengan baik lalu beberapa saat kemudian ia duduk di salah satu kursi lalu di susul ibunya yang duduk menghadap dirinya namun jauh dari dirinya.

Inspektut Adi pun mulai makan namun sebelum ia makan ia menaruh ponselnya di atas meja di samping nya namun saat baru di pertengahan makan ponsel Inspektur Adi berbunyi dan ternyata ia mendapatkan telepon dari seseorang warga yang tempat tinggal nya tidak jauh dari rumah Kania.

"Ada apa ya dan ini siapa?" tanya Inspektur Adi setelah ia mengambil ponsel yang berada di atas meja.

"Saya Bu Asri pak,saya tetangganya Almarhum Mbak Kania.Saya mau kasih tau kalau kemari malam kami Mendengar suars tembakan sebanyak tiga kali sama kami juga mendengar benda pecah beberapa kali dari dalam rumah nya mendiang Non Kania. Pak tolong kemari soalnya saya takut kalau terjadi sesuatu di dalam rumah Kania," ucap si warga memberi tau Inspektur Adi.

"Baik saya akan segera kesana,makasih atas informasinya," jawab Inspektur Adi lalu menutup telepon nya dan langsung berdiri.

Melihat Inspektur Adi berdiri dari makannya Juli akhirnya bertanya tentang yang terjadi hingga membuat dirinya tergesa gesa pergi.

"Ada apa Inspektur?" tanya Juli setelah melihat Inspektur Adi bangun dari duduknya.

"Kemarin malam warga di rumah Kania mendengar suara tembakan sebanyak tiga kali,selain itu warga juga mendengar beberapa barang pecah dari dalam rumah. Maka dari itu Aku keadaan si pembantu itu,apa dia baik baik saja atau tidak?"jawab Inspektur Adi untuk menjelaskan kepada Juli.

"Aku ikut!" jawab Juli setelah mendengar ucapan Inspektur Adi namun belum di jawab Inspektur Adi tapi langsung di jawab Bu Ratna.

"Tidak Andi!.Kamu masih belum sembuh,biarkan Kakak kamu yang ke sana!."

"Iya Andi," sahut Ayah Inspektur Adi. Karena mendapatkan larangan dari kedua orang tua Inspektur Adi Juli pun menjawab dirinya sudah sembuh dan tetap berusaha pergi bersamaan dengan Inspektur Adi.

"Aku baik baik aja walaupun kepala ku sedikit sakit tapi aku bisa menahannya! Aku mohon jangan larang aku," ucap Juli dengan nada kesal bercampur serius.

"Ayah dan Mama betul,kamu harus tetap di sini karena kamu belum sembuh," jawab Inspektur Adi lalu di sahut Ayah nya "tuh kamu dengar sendirikan ucapan Adi!."

Mendengar ucapan Ayah Adi yang bernada tidak enak Juli pun kesal dan marah,ia mengepalkan tangan kanannya.

Buugk.....

Terdengar suara orang memukul meja,lalu Juli berdiri sambil berkata dengan nada tinggi dan serius.

"Saya tidak suka seperti ini kalau aku sudah mengatakan aku baik baik saja berarti aku baik baik saja!.Jangan pernah melarang aku untuk melakukan apa pun yang aku inginkan, lagian kenapa? Kenapa semenjak ada aku kalian tidak peduli dengan Inspektur Adi? Aku ingatkan kalian berdua,aku bukan Andi anak kalian, kehidupanku ku selalu bebas dan tidak ada yang melarang apa pun yang aku lakukan!." Jawab Juli lalu berhenti sesaat.

"Dan aku ingatkan kalian,dia?" ucap Juli sambil menunjukkan Inspektur Adi.

"Dia adalah anak kandung kamu bukan aku ,seharusnya kalian lebih peduli dengan dia bukan dengan aku!. Bukan peduli dengan orang yang ingin membunuh anak kamu!" jawab Juli dengan nada tinggi dan kesal lalu ia melanjutkan berkata"Aku sadar kenapa Andi pergi setelah hari kelulusannya hingga dia meninggal karena kecelakaan itu semua karena kalian!."

Mendengar ucapan Juli Inspektur Adi dan keluarga nya hanya menunduk malu lalu dengan nada tinggi, Juli menyalahkan keluarga Adi.

"Ini semua karena kalian! Kalian tidak pernah peduli dengan dia!."

Mata Juli mulai berkaca kaca setelah ia setelah mengatakan itu lalu ia memegangi kepalanya dengan penuh amarah,setelah itu ia kembali memukul meja sekuat tenaga.

"Tapi semua itu tidak akan terjadi lagi,kalau Bapak mengizinkan Inspektur Adi pergi dedengan keadaan seperti itu maka aku juga harus pergi dengan keadaan ku yang seperti ini.Tapi jika Bapak melarang Inspektur Adi pergi aku juga tidak akan pergi,tapi kalau Bapak mengizinkan Inspektur Adi pergi maka aku akan pergi dari sini selamanya."

Mendengar ucapan Juli Ayah Adi dan yang lainnya terkejut dan langsung melihat ke arah Juli.

"Aku berani mengancam kalian karena aku bukan Andi tapi aku Juli!" ucap Juli sambil mendekat kan wajahnya ke area wajah Ayah Adi beberapa detik lalu ia menjauhkan wajahnya dan pergi dari ruang makan namun saat ia melewati samping Ayah Adi,Ayah Adi memegang tangan Juli.

"Aku mohon jangan pergi,kamu boleh ikut Adi pergi tapi jangan tinggal kan kami lagi," ucap Ayah Adi lalu ia melepas kan tangan Juli.

Bu Ratna terlihat sangat ketakutan dengan tindakan Juli,melihat Bu Ratna, ketakutan Juli melihat ke arah Bu Ratna.

"Inilah aku Bu Ratna,selama ini setiap tindakan yang aku lakukan tidak ada yang melarang dan kalian melarang. Inilah yang akan terjadi kalau kalian melarang apapun yang aku lakukan," ucap Juli dengan nada serius lalu pergi dengan sedikit kesakitan.

Ia pergi mendahului Inspektur Adi dengan muka sedih dan mata yang berkaca kaca lalu Inspektur Adi mengikuti Juli dengan pincang,ia juga berjalan dengan pincang karena luka di paha kanan nya.

Tak berselang lama ia sampai di halaman rumah,saat ia berada di halaman rumah Inspektur Adi memanggil manggil Juli untuk menghentikan Juli yang terus melangkahkan kakinya pergi menjauhi rumah.

"Juli! Juli! Berhenti Juli!" ucap Inspektur Adi dengan berusaha menghentikan Juli,Juli pun menghentikan langkah nya dan berbalik.

"Ada apa, hah?" jawab Juli dengan kesal bercampur marah.

"Kenapa kamu mengatakan itu di depan Mama dan Papa?" ucap Inspektur Adi dengan serius dan kesal.

"Apa yang aku katakan?hah,apa?.

Aku mengatakan faktanya Inspektur, kalian memang tidak pernah adil dengan Andi,kalian semua!" ucap Juli lalu langsung pergi meninggalkan Inspektur Adi.

Inspektur Adi pun hanya menunduk setiap Juli mengatakan itu kalau keluarga nya tak pernah adil dengan Andi.Beberapa detik kemudian Inspektur Adi masuk kedalam mobil dan mobil itu pun pergi.

         Di rumah Toni saat itu terlihat Bu Laras tengah bersiap siap akan mandi, ia meletakkan ponsel nya di atas meja lalu ia melanjutkan masuk kedalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Toni melewati depan kamar ibunya dan secara bersamaan telepon ibunya berbunyi, mendengar telepon genggam ibunya berbunyi Toni berbunyi ia pelan pelan masuk kedalam kamar lalu memanggil manggil ibunya untuk memberi tau kalau telepon nya berbunyi.Namun karena dirinya sedang berada di dalam  kamar mandi akhirnya ia meminta Toni untuk mengangkat telepon itu.

"Halo,siapa ini?" tanya Toni dengan baik namun tidak ada yang menjawab, merasa ada yang aneh akhirnya ia kembali mengulangi ucapan namun tetap masih belum ada jawaban dari orang itu.

Saat ia serius mendengar tiba tiba telepon yang ia dengarkan mati, setelah telepon itu mati Toni kembali menaruh ponsel di atas meja yang sama.

Ia kemudian pergi tanpa mempedulikan ponsel itu lagi,setelah ponsel itu di tinggal pergi Toni ponsel itu kembali berbunyi berulang kali namun tidak ada yang mengangkatnya lagi.

Tak berselang lama Bu Laras pun selesai mandi,ia kemudian keluar kamar mandi setelah ia keluar kamar ia menghampiri ponsel nya namun ia melihat banyak nomor yang menelepon dirinya namun tidak terjawab.

"Nomor siapa ini? Kenapa aku berulang kali?" ucap Bu Laras dengan heran dan bingung namun tiba tiba nomor itu kembali menelepon dirinya.

"Siapa ini?" ucap Bu Laras setelah menerima panggilan dari nomor yang tak di kenal itu.

"Kamu tidak perlu tau siapa kami,yang terpenting disini kamu menuruti perintah kami," jawab preman pertama di rumah bos mereka.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Bu Laras dengan nada serius lalu si preman itu menjelaskan yang di ingin kan bos mereka,mendengar apa yang di inginkan oleh para preman itu.

"Kalian ini gila atau gimana sih? Aku tidak akan menuruti apa yang kalian inginkan, tidak akan pernah!." Bu Laras dengan terkejut dan tegas.

"Kalau kamu tidak mau menuruti kami nyawa Juli dan Toni dalam bahaya!" ucap preman pertama untuk mengancam Bu Laras.

"Jadi kalian mengancam saya,saya tidak dengan kamu.Saya akan laporkan kamu ke polisi!"ucap Bu Laras dengan menakut nakuti namun para preman itu tidak takut dan tetap memberikan ancaman akan menyakiti Juli dan Toni.

"Kamu terus mengancam saya,saya akan laporkan kamu ke polisi.Saya akan melakukannya ingat itu!"ucap Bu Laras masih dengan nada serius, kesal dan marah.

"Baiklah laporkan kami ke kantor polisi tapi ingat kalau Toni mati atau Juli mati maka kamu yang akan masuk penjara bukan kami,"jawab preman pertama.

"Siapa sih kalian? Siapa dan mau apa kalian dengan melakukan ini?"jawab Bu Laras dengan nada semakin meninggi dan kesal lalu ia melanjutkan berkata"Aku tidak peduli dengan yang kalian inginkan,tidak peduli!!!."

Bu Laras pun mematikan telepon itu namun karena si pelaku masih menelepon dirinya berulang kali.

Akhirnya karena kesalnya dirinya dengan si pelaku akhirnya ia membanting ponsel itu dengan sekuat tenaga namu tiba tiba setelah ia membanting ponsel itu Ayah Toni berdiri di belakang nya dengan memegangi pundak Bu Laras dan hal itu membuat Bu Laras terkejut.

"Ada apa ? Siapa yang mengancam kamu?"tanya Ayah Toni.

"Ti... Tidak ada hanya teman arisan saja," sambil gugup dan terbata bata.

"Oh ya udah kalau gitu,"jawab Ayah Toni lalu pergi.Melihat Ayah Toni pergi Bu Laras terlihat sangat lega lalu ia melanjutkan kegiatannya.

      Beberapa menit kemudian Inspektur Adi dan Juli sampai di kediaman Kania,sesampainya dirumah Kania terlihat banyak masyarakat yang berkerumun untuk melihat keadaan si pembantu.

Inspektur Adi pun berjalan menuju ke halaman rumah setelah itu ia berusaha mengetuk pintu rumah namun tidak ada respon untuk semua orang.

Inspektur Adi terlihat mengetuk pintu berulang kali namun tetap masih belum ada respon dari si pembantu, merasa ada yang aneh karena si pembantu tak merespon akhirnya Inspektur Adi  memutuskan untuk mendobrak pintu dengan di bantu oleh beberapa orang.

Setelah beberapa kali mencoba akhirnya ia dan beberapa orang itu berhasil mendobrak mereka pun langsung setelah pintu terbuka.

Saat mereka berada di dalam rumah ia sangat terkejut karena barang barang yang berada di dalam rumah banyak yang pecah dan sova sova juga berantakan kemana mana tidak berada pada tempatnya.

Mereka pun langsung panik,mereka memanggil manggil si pembantu itu namun tetap tidak merespon akhirnya mereka berpencar dan saat itu pembagian sudah di tetapkan beberapa orang mencari di area belakang rumah sedangkan Juli dan Inspektur Adi terlihat mencari di area kamar.

Saat mereka berdua masuk kedalam kamar Kania betapa terkejutnya ia lantaran ia melihat mayat si pembantu tergeletak di lantai dengan bersimpah darah.Juli terlihat ketakutan dengan yang dia lihat,ia kemudian memalingkan wajahnya membelakangi si mayat itu.

Melihat Juli tak nyaman melihat mayat itu,Inspektur Adi Akhirnya memutuskan untuk membawa Juli keluar dari kamar Kania.

Tak berselang lama para warga datang menghampiri Inspektur Adi untuk memberi tau bahwa mereka tak menemukan si pembantu,setelah mendengar hal itu Inspektur Adi pun memberi tau kalau ia dan Juli sudah menemukan si pembantu lalu Inspektur Adi memberi tau para warga untuk pergi dari rumah kania.

Mereka semua pun pergi dari rumah Kania dengan sedikit gaduh,setelah semua orang pergi kecuali Juli dan Inspektur Adi. Akhirnya ia memanggil kantor polisi untuk meminta bantuan,tak berselang lama Juli pun juga menghubungi Toni di rumahnya ia juga tanpa terkejut setelah mendengar berita kematian si pembantu itu.

Ia langsung pergi ke rumah Kania setelah mendengar berita itu,tak berselang lama polisi pun datang para polisi itu langsung memberi garis polisi di tempat ke jadi, mereka mulai menyelidiki tempat kejadian dan ia menemukan sapu tangan yang sama namun bertuliskan huruf S di tengah tengah sapu tangan itu.

Mereka juga menemukan pisau yang sama seperti yang di gunakan oleh pelaku Pembunuhan Shela, mereka pun mengira bahwa orang yang membunuh Shela adalah orang yang sama dengan pembunuh Kania dan si pembantu.

Setelah itu ambulance pun datang bersamaan dengan datangnya Toni,ia terlihat khawatir bukan khawatir keadaan si mayat ia malah khawatir keadaan Juli.

Setelah ia mengkhawatirkan Juli Toni menanyakan bagaimana kejadian yang sebenarnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?"tanya Toni.

"Kami juga tidak tau karena saat itu kami sedang makan,"jawab Inspektur Adi dengan sedikit sedih.

Mereka semua pun pergi meninggalkan rumah,setelah berada di luar rumah  Inspektur Adi pun menutup rumah dan mengunci rumah hingga memberi garis polisi di area rumah.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!