Arus

Astaga...!" Nenek mengambil sesuatu dari tas tentengannya yang berbuat dari daun pandan. Bahan itu selalu ia bawa. Yang nenek ambil adalah garam. Ia taburkan garam itu ke kakinya Samuel yang digigit Pacet. Seketika, pacet itu lemas. Tubuhnya melepuh, dengan darahnya Samuel yang dihisap terlihat keluar dari tubuhnya pacet yang mulai hancur.

"Kamu takut pada pacet dek?" tanya Samuel kepada Nisya yang sedari tadi bergidik ngeri.

Nisya menganggukkan kepalanya cepat. Ia sungguh sangat takut pada hewan tak bertulang belakang itu.

"Ayo kita cepat nyebrang, sekalian mandiri!" ujar nenek, wanita tua itu turun ke dasar sungai. Sungai itu lumayan dalam. Kalau dilewati, air nya sampai selehernya Nenek. Tapi, arusnya tidak kuat, jadi tidak terlalu berbahaya untuk di lewati. Kalau airnya dalamnya hingga selehernya nenek. Untuk Samuel, hanya di dadanya.

"Eemmm.. Ismail sedang tidur. Kalau dibangun kan takutnya dia jadi rewel. Gak apa apa aku nyebrang, sambil gendong Ismail dan bawa ini jahe." Ujar Samuel sopan pada Nisya yang nampak khawatirkan keselamatan anaknya.

"Ismail gak akan rewel. Sini, aku pegang Ismail dulu. Anda, hantarkan dulu jahe ini ke sebrang sana. Lalu jemput lagi aku dan Ismail." Usul Nisya dengan ramah. Entah kenapa, hari ini suasana hatinya sedang baik. Ia seneng atas sikapnya Samuel yang terlihat peduli dan sayang padanya serta Ismail.

"Baiklah!" Samuel lepas pengikat gendongan Ismail, dan tentunya, dibantu oleh Nisya.

"Mandi sungai... Holle.. Mandi sungai..!" Ternyata Ismail malah semangat empat lima, disaat melihat sungai, saat ia terbangun. Ia suka mandi sungai. Karena Nisya sering membawa anak itu ke sungai, saat di hutan.

Samuel hanya tertawa kecil, melhat tingkah riangnya Ismail. Ia pun bersiap siap turun ke sungai, dengan menjunjung karung berisi jahe.

"Iya nak. Sebentar lagi kita mandi sungai. Kita tunggu papa sebrang kan kita." Ujarnya dengan ceriah, mengikuti ceriahnya sang anak.

"Papa... Papa...!" teriak Ismail. Ia beranggapan Samuel akan meninggalkan mereka.

Samuel melambaikan tangannya, tanpa menoleh ke belakang, saat mendengar teriakan Ismail, yang memanggil manggil namanya.

"Sabar sayang, Papa akan datang jemput kamu!" Ujar Nisya tersenyum bahagia. Ia kecup gemesh pipinya Ismail yang gembul itu.

Tak butuh lama, kini Samuel.kembali menyebarang. Sesekali, ia ceburkan dirinya ke dalam sungai. Ia mandi, tanpa sabun. Ya, karena mereka tak bawa sabun mandi.

Sesampainya di tepi sungai

"Ayo... Anak papa..!" Samuel ambil alih Ismail dari gendongan Nisya. Ia taruh, anak pintar itu di kedua pundaknya.

"Holle... Hole...!" teriak Ismail senang, ia baru kali ini di taruh Samuel di pundaknya.

"Sayang. ... Jangan lasak. Nanti, kalian hanyut." Ujar Nisya, yang juga kini ada di sebelah Samuel.

Byurr..

Samuel malah menceburkan tubuhnya ke dalam sungai. Dan kini Ismail sudah berpindah tempat ke bagian dadanya Samuel. Ia mandikan Ismail dengan bahagianya. Dan Nisya pun ikut ikutan. Mereka sudah seperti sebuah keluarga yang sangat bahagia sekali.

Tertawa penuh kebahagiaan sambil bermain air, dengan saling memercikkan air satu sama lain, terlhat indah di sungai itu. Sungguh nenek merasa terharu melihat keakraban yang diciptakan oleh Samuel dan Nisa. Hampir dua bulan Samuel tinggal bersama mereka, dan baru kali ini nenek melihat Nisa bersikap baik kepada Samuel. Semoga ini pertanda baik dan Nisya nantinya mau menikah dengan Samuel. Jika Nisya ada yang jagain dan bertanggung jawab. Mungkin nenek bisa pergi dengan tenang, jika maut telah datang.

Nenek yang punya Ilmu itu, mendapatkan Feeling. Kalau di hulu, air sudah besar. Benar saja, gulungan arus keras berwarna coklat, kini terlihat menggulung di dalam sungai.

"Samuel.. Nisya... Ayo cepat kalian naik. Air sudah membesar..!" teriak nenek dengan histerisnya. Karena jarak kepala air berwarna coklat yang menggulung itu, sudah sangat dekat dengan mereka.

"Ya nek, sebentar lagi." Sahut Nisya dengan asyik bermain air bersama anaknya Ismail dan Samuel. Sama sekali mereka tak mendengar dengan jelas teriakan nenek.

"Samuel Cepat kalian mendarat. Air besar sudah menggulung di hulu..!" teriak nenek menunjuk ke arah hulu.

Samuel yang melihat pergerakan tangan sang nenek. Bergegas menarik Nisya. Dan satu tangannya memegang Ismail.

"Tolong... air besar...!" Teriak Nisya, kini mereka telah terbawa arus sungai.

***

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!