Kreek..
Derit pintu gubuk dibuka terdengar dengan jelas.
"Nek.. Kalian ngapain?" Nisya sangat terkejut melihat Samuel dan Nenek nya berpelukan erat.
Dengan perlahan nenek mengurai pelukan hangat penuh kasih sayangnya Samuel. Nenek lap air mata di pipi keriputnya dengan jemarinya. Kemudian Ia tatap sang cucu yang terlihat penasaran itu. "Ini, Samuel ingin masuk islam. Karena itulah nenek jadi terharu mendengarnya. Nenek tak menyangka kalau Samuel mendapat hidayah. Dan ingin bertaubat."
"Ooouuww... Iya kah? itu sesuatu yang bagus." Sahut Nisya datar. Sebenarnya ia sangat terkejut dengan keinginan Samuel yang ingin masuk islam. Nisya rada kurang yakin. Dari keterangan pihak polisi, yang sudah dua kali datang ke tempat itu, Samuel ini pria yang sangat berbahaya. Mafia berdarah dingin. Koq, berubah secepat itu.
"Sini Nisya, kamu yang jadi saksi. Malam ini Samuel akan akan mengucapkan dua kalimat Syahadat " Ujar sang nenek dengan semangat. Ia tepuk tempat kosong di sebelahnya.
Nisya yang masih tak percaya itu, mendekati sang nenek. Ia pun kini duduk di sebelah nenek dan berada tepat di hadapan Samuel.
Nisya menatap serius Samuel yang terlihat tegang saat ini.
"Menjadi mualaf sebenarnya tidak begitu sulit dilakukan. Tapi, hal itu bukanlah hal yang mudah juga buat seseorang. Pak Samuel, apa hal ini telah melewati berbagai pertimbangan? jangan nanti nya sudah masuk islam. Tapi, gak menjalankan rukun islam dan rukun iman." Ujar Nisya serius, kali ini, ia bicara lembut pada Samuel.
"A, aku sudah mempertimbangkan ini jauh hari sebelumnya. Aku tertarik masuk islam. Karena aku ingin seperti mu. Yang melakukan sholat, mengaji dan juga berpuasa." Sahut Samuel lembut, penuh keseriusan. Sungguh aura mafia kini sudah hilang dari tubuhnya Samuel.
"Proses menjadi mualaf perlu dipersiapkan terlebih dahulu dengan mengenali agama Islam. Seseorang tentu tidak serta-merta memutuskan untuk menjadi mualaf tanpa mempelajari Islam terlebih dahulu."
"Kan , kamu nanti yang akan ajari dia Nisya." Timpal nenek, memotong ucapan Nisya.
Nisya memutar lehernya cepat. Kaget dengan apa yang diucapkan sang nenek. "Aku..?" ia tunjuk dirinya sendiri dengan mata melotot kepada nenek. Ia tak suka dengan karakter Samuel. Jadi, ia malas jadi guru.
"Gak... Akan lebih baik, kalau nenek saja. Nenek lebih mengerti agama." Sahut Nisya dengan muka merengut.
"Iya sayang. Kita berdua yang akan ajari dia." Jawab Nenek cepat.
Nisya pun terdiam.
"Nak Samuel, benar kamu ingin masuk islam?" sang nenek kembali bertanya akan niatnya Samuel.
"Iya nek." Sahut Samuel tegas.
"Iya, jadi mualaf tidak boleh ada paksaan."
"Iya Nek. Aku tidak terpaksa. Ini murni keinginan hatiku Nek!" Sahut nya sopan.
Sang nenek melirik Nisya yang sejak tadi menundukkan pandangan. Kemudian nenek kembali menatap Samuel.
"Baiklah Nak Samuel. Kamu ikuti, apa yang nenek ucapkan ya?" Ujar nenek serius.
"Iya nek." Sahut Samuel sopan.
Ia tegakkan tubuhnya, serta ia bersila. Menahan rasa sakit di kakinya.
Huffftt..
Ia pun menarik napas panjang.
"Bismillahirrohmanirrohim...!" Ujar sang nenek tegas, ia tatap Samuel, yang mengikuti ucapannya
"Bismillah..." Samuel tak tahu sambungannya. Ia pun berhenti mengucapkan basmalah itu.
"Hirrohmanirrohim...!" Sambung sang nenek.
"Hirrohmanirrohim." Samuel mengikuti dengan fasih. Saat ini, Nisya terharu melihat kesungguhan dari Samuel yang ingin masuk islam.
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah."
"Assadu“ Samuel salah ucap.
Nenek mengulangnya. Sepertinya ia salah strategi. Tak seharusnya nenek mengucapkannya sekaligus.
"Asyhadu an laa.."
""Asyhadu an laa.." Samuel mengikuti.
"ilaaha illallaahu!" ucap nenek
"ilaaha illallaahu!" Ucap Samuel, mengikuti ucapan nenek dengan khidmat.
"Wa asyhaduanna"
"wa asyhaduanna"
"Muhammadar rasuulullah"
Muhammadar rasuulullah." Ujar Samuel, ia terlihat sedang menunggu ucapan selanjutnya nenek.
"Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah." Ujar nenek semangat. Ia senang sekali, Samuel gampang diajari.
"Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah." Samuel juga mengikuti ucapan sang nenek dengan semangat.
"Dan (aku bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
"Dan (aku bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Kalau." Ucap Samuel dengan lancar.
"Alhamdulillah!"
"Alhamdulillah!" Ujar Samuel menirukan ucapan sang nenek.
"Hei... Kamu gak usah ikutin kata itu lagi. Mengucapkan dua kalimat Syahadat nya sudah selesai." Ujar Si nenek, mengulum senyum. Mafia di hadapannya, terlihat sangat polos. Sudah seperti bayi baru lahir saja.
"Ooohh.. Gak sampai ke situ ya nek!" Ujar Samuel tertawa kecil. "Aku gak tahu nek!" Sahutnya masih terlihat malu-malu.
"Iya Nak Samuel."
"Aku boleh ulanginya Ne"
"Oouuw.. Boleh!" Jawab nenek senang.
Samuel melirik Nisya dengan tatapan percaya dirinya yang besar. Seolah ingin unjuk kebolehan pada Nisya.
"Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan (Rasul) Allah."
"Allohu akbar...!" ujar sang nenek, memberikan pujian hebat pada Samuel yang pintar itu. Samuel sudah hapal kalimat Sahadat.
Samuel tersenyum bahagia dan puas. Ia bangga dan merasa senang, telah menganut agama islam.
"Kamu harus baca doa. Setelah itu mandi, dan kamu harus belajar sholat. Nanti kita mulai belajar sholat Isya." Ujar nenek dengan lembut.
"Iya Nek, aku gak keberatan untuk mandi kembang di malam malam begini!" Sahut Samuel tegas.
Sang nenek masih tersenyum puas menatap Samuel. Ia jadi ada niatan untuk menikahkan Nisya dan Samuel.
Hihihi
"Nenek kenapa tertawa tawa sendiri?" tanya Nisya heran menatap sang nenek.
"Gak ada, Nenek bahagia sekali malam ini."
"Sama Nek, aku juga bahagia nek!" Sahut Samuel menimpali ucapan sang nenek.
"Eemmm... Pak Samuel, ikuti doanya.'
"Oouuww... doanya apa dek?" ujar Samuel menatap Nisya.
Nisya menengadahkan ke dua tangannya. "Kalau kita bermunajat pada Allah. kita harus menengadahkan kedua tangan kita, seperti ini." Ujar Nisya, dengan tangan yang sudah menengadah.
Samuel mengikuti apa yang dilakukan Nisya.
"Allahummaghfirli warhamni wahdini wa 'afini warzuqni. “Ya Allah, ampunilah dosaku, kasihanilah aku, berikan petunjuk untukku, afiyatkan aku, dan berikan anugerah-Mu untukku.” Ujar Nisya dalam satu kali tarikan napas.
" Haaah... Rem nya blong kah? kalau ngegas seperti itu, aku gak bisa ikutinya Dek." Ujar Samuel dengan bingungnya.
Hhufftt.
Nisya menarik napas panjang. Ia lirik sang nenek yang tertawa kecil.
"Baiklah, aku akan tuliskan saja bahasa lathinnya. Nanti, bapak baca sendiri."
"Oouuhh.. Iyalah bu!" Sahut Samuel menahan tawa. Ia merasa sekarang hidupnya lebih bahagia, tinggal bersama Nisya, Ismail dan nenek. Sungguh, Samuel tak menyangka, hatinya bisa berubah drastis. Bahkan, ia menyesali semua kejahatannya, saat menjadi mafia. Jika, ia ingat ingat setiap kejahatannya. Ia memukul kuat dadanya yang berdebar kuat, karena ketakutan sendiri, akan dosa dosa yang ia lakukan.
***
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments