Cerita

"Awas, ikannya jangan gosong. Aku Capek capek ambilnya itu dari sungai." Ujar Nisya masam.

"Aku salah apa samamu ya? koq kamu ketus terus bicara denganku!" ujar Samuel, Biasanya sebelum lupa ingatan. Samuel tipe pria irit bicara. Tapi, saat melawani Nisya bicara, Samuel jadi banyak cakap. Entah kenapa ia seneng melihat tingkah Nisya, yang marah marah tak jelas itu.

Nisya dinasehati sang nenek di teras gubuk mereka. Dan Nisya tak protes atas apa yang diucapkan sang nenek, yang mengatakan sikapnya Nisya kurang baik pada Samuel. Karena Nisya gadis baik. Ia selalu hormat pada neneknya itu.

"Iya nek. Aku seperti ini, hanya ingin kita waspada aja nek!" Sahut Nisya, disaat sang nenek menyalahkannya, yang meminta Samuel segera pergi dari rumah mereka.

"Kalau dia masih tega berbuat jahat pada kita. Padahal kita yang menolongnya dari maut. Nenek nggak tahu lagi, jenis manusia apa dia." Ujar sang nenek menggeleng lemah. Sang nenek sedang menjahit pakaian mendiang suaminya yang koyak, untuk dikenakan Samuel.

"Dia gak manusia, dia iblis pencabut nyawa nek. Tangannya sudah banyak mengambil nyawa orang."

"Nisya.. Pelankan suaramu!" Sang nenek menempelkan jari telunjuknya di bibirnya Nisya. Nisya menatap malas sang nenek. Ia pun akhirnya beranjak dari tempat itu, berjalan ke sumur di belakang gubuk. Ia akan mandi bersama Ismail.

***

Malam harinya setelah makan malam. Samuel dan sang nenek sedang menikmati indahnya bulan purnama di teras gubuk mereka. Sedangkan Nisya sedang serius mengajari Ismail mengaji. Ismail yang baru usia 2, 5 tahun, sudah kenal huruf hijaiyah. Bahkan anak itu, sudah hapal Al Fatihah, An-naas, Al-falaq dan Al-ikhlas. Bahkan Ismail sudah tahu gerakan sholat. Itu semua adalah didikan dari Nisya.

"Nek, aku ingin masuk islam!" ujar Samuel lembut.

Deg

Sang nenek cukup terkejut mendengar ucapan Samuel. Ia putar lehernya guna bisa melihat ekspresi wajahnya Samuel saat ini. Saat menilik wajahnya Samuel. Sang nenek melihat kesungguhan di matanya Samuel.

"Ka, eemm... Apa ingatanmu sudah kembali?" tanya sang nenek penuh selidik.

Samuel menggeleng lemah.

"Terus dari mana kamu tahu, kalau kamu tidak beragama islam, jikalau ingatan kamu belum pulih?" tanya sang nenek lagi.

Samuel menunjuk Foto dirinya yang di tempel di dinding gubuk itu. Ya, seminggu yang lalu, pihak kepolisian datang lagi ke tempat itu. Ternyata pihak kepolisian yakin sekali, kalau Samuel ada di gubuk itu. Tapi, polisi tetap gak yakin jikalau Samuel tak ada di tempat itu.

Sang nenek yang punya ilmu. Kembali membuat Samuel, jadi makhluk kasat mata. Yang keberadaannya tak terlihat orang lain. Kecuali Mereka bertiga. Yaitu si nenek, Nisya dan Ismail.

"Walau aku lupa ingatan, aku bisa tahu, mana nama islami atau bukan. Ditambah, aku kan belum khitan." Jelas Samuel serius.

"Eehh... Eehh.. Jangan minta aku mengkhitan kamu ya Nak?" Ujar sang nenek bergidik geli, melambaikan tangannya, sebagai tanda gak tertarik bahas pria dewasa disunat.

"Aduh si nenek. Siapa juga yang mau disunat." Jawab Samuel tertawa kecil.

Huffftt..

Samuel menarik napas dalam dan membuangnya pelan. Ia baringkan tubuhnya di lantai papan gubuk itu. Kedua tangan ia lipat di atas perutnya. Sedangkan tatapannya kini menerawang ke langit indah, yang dihiasi bulan dan bintang.

"Sudah dua kali aku mimpi buruk dan mengerikan nek. Di mimpi itu, aku diperlihatkan dengan ngerinya siksa kubur dan di neraka. Bahkan, di mimpi itu, aku dimasukkan ke neraka, setelah kejahatan yang ku lakukan selama ini. Dan karena mimpi itulah, aku yakin. Jika aku ini memang seorang mafia, seperti yang nenek katakan."

"Jawab jujur, ingatan kamu sudah pulih atau belum?" Tanya sang nenek penuh selidik.

Samuel menoleh lemas pada sang nenek. Ia kedipkan Kedua matanya. Walau dipencahayaan yang terbatas. Nenek bisa lihat jelas tatapan mta yang mengatakan iya itu.

Jelas hal itu membuat sang nenek legah. Setidaknya, jima benar Samuel sudah pulih ingatannya. Pria itu bisa pulang ke rumahnya. Sang nenek terlihat, ingin beranjak dari duduknya. Mengetahui itu Samuel jadi panik. Ia yakin, si nenek pasti mau kasih kabar baik itu kepada Nisya.

Samuel mencoba bangkit dengan susah payah. Ia pun menahan tangan sang nenek, agar tidak masuk ke dalam rumah. "Nek, duduk dulu. Ada hal penting yang ingin aku katakan." Ujar Samuel pelan. Ia tak mau Nisya mendengar percakapan Mereka.

Sang nenek dan Samuel kini duduk berhadapan. Dan Samuel masih menggenggam tangan keriput sang nenek. Ia tatap sendu wanita tua itu. Entah kenapa Samuel merasa jiwa mafianya mulai berangsur hilang. Berinteraksi dengan Nisya dan nenek yang dekat dengan Tuhan, membuat jiwanya tenang dan tentram.

"Nek, sebenarnya, aku tidak lupa ingatan."

"Apa..?" Si Nenek nampak terkejut sekali.

Samuel usap lembut lengan atas sang nenek, agar bisa tenang. "Iya nek, maafkan aku ya, karena sempat berbohong. Saat itu, aku sedang panik dan kesakitan. Aku gak tahu lagi harus bersikap apa saat itu." Jelas samuel serius.

Sang nenek masih insecure, ingin rasanya ia marah. Tapi, melihat Mafia yang dulunya tak punya perasaan ini, kini terlihat sangat baik.

"Waktuku tak banyak lagi nek. Aku tahu, cepat atau lambat, keberadaanku akan diketahui. Jika itu terjadi, aku tak akan bisa menemani Ismail, Nisya dan nenek. Nek, jangan katakan kenyataan ini pada Nisya. Aku takut, dia mengusirku dari rumah ini." Ujar Samuel pelan.

"Di sisa waktu yang ku miliki ini, aku ingin bertaubat Nek." Jelas Samuel lagi.

Tes

Tanpa permisi, air matanya Samuel menetes di pipinya. Ini kali kedua ia menangis. Pertama kali ia menangis, saat sang ibu meninggal dunia. Sang nenek ikut sedih mendengar cerita Samuel. Walau di awal, ia sempat kesal. Karen Samuel berbohong. Tapi, disaat Samuel mengatakan alasannya ia berbohong. Sang nenek tak bisa berkomentar lagi.

"Nek, aku ingin ikut ajaran agama Islam!" Masih menatap serius sang nenek.

"Bagus, niatmu itu sangat bagus Nak. Tapi, agama tak boleh dipermainkan. Jika kamu sudah masuk islam. Maka kamu tak boleh lagi pindah agama lainnya." Jelas sang nenek serius.

"I, iya nek" Samuel yang bahagia, langsung memeluk sang nenek erat. Tentu saja sang nenek membalas pelukannya.

Kreek..

Derit pintu gubuk dibuka, terdengar jelas.

"Nek.. Kalian ngapain?" Nisya sangat terkejut melihat Samuel dan Nenek nya berpelukan erat.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!