Ditolong

"Ismail kan masih tidur! ambilkan parang!" titah sang nenek, mulai melangkah ke arah sungai.

Nisya bergegas ke gubuk untuk ambil parang. Ia tatap sang anak yang masih tertidur pulas itu. Kemudian ia berlari mengejar sang nenek.

Sang nenek yang renta bersama Nisya berusaha menarik mayat yang nyangkut di tepi sungai. Saat ini ketakutan parah masih menyergap hatinya Nisya. Dia belum pernah menemukan mayat di sekitar mereka tinggal. Penemuan mayat ini tentu saja jadi menambah kerjaannya. Tentu mereka harus menguburnya. Karena tak mungkin mereka hanyutkan ke sungai lagi.

Hhuufftt..

Nisya menegakkan tubuhnya, sambil menghela napas panjang. Rasanya lelah juga memindahkan tubuh pria kekar itu ke tepi sungai. Saat Nisya sedang menenangkan dirinya. Sang nenek membalik tubuh mayat itu, sehingga wajahnya terlihat jelas.

"Iiihhh... Nek, Nisya takut. Sebaiknya kita hanyut kan lagi mayatnya. Sepertinya ini penjahat nek. Lihatlah Nek, ada tato di dadanya." Ujar Nisya dengan ketakutan yang parah. Setelah melihat tampang mayat pria yang mereka temukan. "Nek, kita jangan ambil resiko nek. Kita nanti jadi tersangka." Nisya menggigit jarinya dengan tubuh yang masih bergetar, karena ketakutan.

"Dia masih hidup Nis. Kita harus selamatkan dia." Jawab sang nenek tegas. Sang nenek juga berdiri dengan tegak. Pinggangnya terasa mau patah. Capek juga memindahkan tubuh kekar pria yang mereka selamatkan.

Pria itu adalah Samuel Alponso. Seorang Mafia, yang kejahatannya telah terungkap. Dan sedang buron polisi.

"Nek, sepertinya pria ini penjahat Nek. Kalau kita selamatkan. Terus dia sadar dan bunuh kita bagaimana nek?" tanya Nisya dengan ketakutan yang parah. Ia sampai bergidik ngeri menjauh dari tubuh pria yang masih hidup itu.

"Nisya... Jangan pergi. Ayo kita angkat ke pondok. Kita harus selamatkan pria ini. Bukannya tadi kamu yang ajak nenek ke sini?" teriak sang nenek geram melihat cucunya itu.

Monyet-monyet yang ada di sekitar sungai menonton interaksi Nisya dan sang nenek.

"Gak Nek, tadi aku gak tahu kalau pria itu penjahat nek!"

"Dari mana kamu tahu dia seorang penjahat. Apa kamu kenal dia?" tanya sang nenek mulai kesal.

Nisya membalik badannya. Sehingga ia dan sang nenek bersitatap. "Nenek lihatlah tampangnya. Mengerikan Nek. Terus, itu tato banyak di tubuhnya. Jangan-jangan dia sengaja dibuang ke sungai." Jelas Nisya, masih menampilkan ekspresi wajah takutnya.

Sang nenek terdiam. Ia perhatikan lekat wajah Samuel yang pucat. Sang nenek tak merasa ketakutan jikalau pria ini adalah seorang penjahat. Penjahat sekalipun, pasti punya hati. Jika si Nenek menolongnya.

"Monbang.... Monbang.... Di mana kamu Monbang..!" teriak sang nenek dengan keras. Menatap ke atas dahan, menatap monyet monyet yang selalu melompat lompat di dahan bambu dan pohon lainnya.

Nyek...

Nyek..

Yang dipanggil pun muncul dengan membawa buah pisang setandan kecil.

Si Monbang, alias monyet peliharaan nenek, mengocek dengan bahasanya. Ia mengatakan sedang cari makan pagi. Kira-kira begitu lah penjelasan si Monbang, saat diinterogasi si nenek.

"Ayok Monbang, kita angkat pria ini." Titah sang nenek tegas menatap si monbang.

"Kek ngung kuk kuk kuk..." Sahut si monyet.

"Ia cepat ajak kawanmu yang lain. Cari bantuan!"

Si Monbang, menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia sudah menyerah duluan, melihat tubuh kekar yang akan mereka angkat ke gubuk.

"Kuk.... Kek.... kek...... Nyeng....!" ujar sang monyet menatap ke arah monyet lainnya, yang ada di atas pohon.

Suurr..

Seketika pasukan monyet turun ke bawah.

"Ambil tandu...!" titah sang nenek.

Enam ekor monyet berlari ke gubuk, untuk mengambil tandu.

Nisya yang tak mau ikut campur. Hanya bengong, melihat ke kompakan para monyet yang sibuk memindahkan tubuh pria kekar itu ke dalam tandu. Tentu saja sang nenek ikut menggeser tubuh Samuel ke tandu.

"Nisya, kalau kamu hanya menonton di situ. Mending kamu tinggalkan kami!" ujar sang nenek kesal. Baru kali ini, ia lihat cucunya tak punya rasa kemanusiaan.

Para monyet saja, ada rasa prikehewanan.

Nisya yang teguh pendirian. Melenggang pergi ke gubuk mereka. Hatinya sama sekali tak tergerak ikut membantu menyelamatkan Samuel. Ia takut melihat penampakan pria itu. Ia tak mau kena masalah.

Nyuk... Crruk... Nyet.. kuk... kak.. nguk... ncuk...

Para monyet yang tubuhnya besar yang jumlahnya 10 ekor. Heboh dan berisik, saat menandu Samuel.

Hahhahaa...

Sang nenek tertawa terbahak-bahak. Tingkah para monyet sangat lucu. Hewan cerdas itu, saling ngomel. Mungkin mereka kesusahan mengangkat Samuel yang badannya kekar itu.

Nyuk.. Nyuk... Cek.. cok... kuk...kek..

Monyet monyet itu ngoceh tak ada habisnya. Para monyet kesal karena diketawain sang nenek. Raut mukanya menunjukkan protes. Karena ditertawakan.

Hahahaha..

Sang nenek kembali tertawa. Pagi-pagi sudah dapat hiburan dari hewan primata itu.

Nisya yang sudah sampai di gubuk. Langsung menghampiri putranya Ismail. Ia kecup pipi tembemnya Ismail. Yang ternyata sudah bangun dan bermain sendiri, di atas tikar. Alas tidurnya.

"Mama.... Lappar.. Nen nen...!" Walau berusia 2,5 tahun. Ismail sudah jelas bicaranya.

Naina pun menyusui Ismail. Entah kenapa, ia merasa berat untuk memberhentikan anaknya menyusu. Karena, ia tak bisa memberikan susu formula pada anaknya itu.

Brruuggkk..

Dari dalam gubuk, Nisya bisa dengar. Kalau tubuh Samuel telah mendarat di lantai beranda gubuk mereka. Apalagi ocehan Para monyet, buat bising. Yang membuat perhatian Ismail tersita. Acara nen nen stop sudah. Ismail keluar dari gubuk dengan ceriahnya. Karena Monbang, adalah temannya bermain.

TBC

Terpopuler

Comments

Chaesal

Chaesal

semangat up

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!