"Iya. Ayo kita ke pondok!"
Nisya menggendong Ismail. Dan si nenek membawa cangkul. Mereka pun bergegas ke pondok. Tanpa mau menoleh ke arah sungai. Karena suara suara manusia yang seperti sedang mencari seseorang, terdengar jelas.
"Hei... Kalian siapa... tunggu! " suara itu terdengar kuat.
Deg
Nisya melirik sang nenek yang ada di sebelahnya. Ketakutan jelas tercetak di raut wajah mereka berdua.
"Pap.. pa... Pap.. pa...!" Ismail yang menoleh ke arah para pria yang menghampiri mereka, terus saja mengoceh. Ya, Ismail Sepertinya baru kenal jenis baru dari manusia. Pria dewasa akan ia panggil papa.
Nisya dan sang nenek tak mau menoleh ke belakang. Sehingga sekelompok pria itu kini ada di hadapan mereka.
Nisya mengangkat wajahnya. Menatap pria-pria di hadapannya. Begitu iuga dengan sang nenek.
"Selamat siang Nek, Bu..!" ujar salah seorang pria berjanggut panjang dengan ramahnya.
"Se, selamat siang pak." Sahut Nisya dengan sedikit gugup. Ia sesekali melirik pria pria di hadapannya. Kemudian menatap sang nenek yang kini, juga terlihat cemas. Tapi, sang nenek kini menutup kedua matanya. Kemudian menatap tajam ke delapan pria di hadapan mereka.
"Ibu dan nenek, tinggal di hutan ini?" tanya pria itu penuh selidik.
Nisya tak langsung menjawab. Ia terlihat was-was, ia colek sang nenek yang masih menatap satu persatu para pria tegap kekar itu.
"Bu... Nek..!" kembali pria itu menegur Nisya.
"I, iya pak!" Sahut Nisya cepat.
"Waahh... Ada keluarga di tengah hutan. Ada berapa KK di sini bu?" tanya pria itu lagi, kemudian meminta anak buahnya berpencar di sekitar.
"Ha, hanya kami pak!" Sahut Nisya sopan.
"Pap, pa...!" Ismail menjulurkan tangan nya, memegang lengan, pria yang mengajak Nisya bicara.
"Hei anak ganteng!" pria itu merespon celotehnya Ismail. Kemudian menoleh kembali ke Nisya. "Waah.. Hebat ya! kami boleh lihat pondok ibu dan nenek?"
Nisya kembali melirik sang nenek yang dari tadi tak pernah buka mulut. Sang nenek mengangguk lemah.
"Boleh pak, ayo!" Nisya melalui pria itu. Begitu juga dengan sang nenek.
"Kami sedang menyisir hutan ini. Kami sedang mencari penjahat yang buron. Kami ini polisi bu."
"Aauuww...!" teriak Nisya, hampir saja ia terjerembab ke tanah, karena terkejut mendengar ucapan pria itu.
"Ibu, tak apa-apa?"
"Gak apa apa Pak, hanya terpleset!" sahut Nisya dengan penuh kecemasan.
"Nek..." ujar Nisya pelan. Bahkan mulutnya tak terbuka saat bicara.
Sang nenek memberi kode dengan tangannya, agar Nisya tenang.
"Tadi, orang Ibu sedang gali tanah. Untuk apa?" tanya pak polisi dengan penuh selidik. Kini mereka sudah sampai di gubuk.
Nisya terdiam, ia lirik sang nenek yang masih tampak tenang. Ketakutan akan difitnah, membuat Nisya dan nenek gak banyak cakap.
"Sa, sayang....! jangan turun!" Ismail rewel dalam gendongannya Nisya. Anak itu terus saja berontak ingin turun dari gendongan sang ibu.
"Nek, tanah yang kalian gali tadi untuk apa ya?" kembali Polisi itu bertanya dengan penasarannya.
"Ma, tuyun...!" Ismail tak bisa diajak kompromi. Terus saja berontak ingin turun. Padahal Nisya sedang ketakutan saat ini. Mana polisi tanpa izin menggeledah rumah mereka.
"Nek..!" desak sang polisi.
"Oohh.. Itu, monyet peliharaan kami mati. Jadi, mau di kubur!"
"Ismail.. Jangan nak!" teriak Nisya histeris, sambil bergegas menyusul Isnail. Saat melihat Ismail sudah ada di dekat jasadnya Samuel. Yang kini ditutupi kain hitam. Nisya yang tak tenang, gak konsentrasi lagi. Ia tak tahu, kalau anaknya sudah ke arah jasadnya Samuel.
Auto semua polisi menoleh ke arah Ismail. Yang kini memegang jasadnya Samuel.
"Apa itu Nek?" tanya polisi tegas.
Si nenek tak menjawab, kemudian polisi melirik Nisya yang kecemasannnya sudah level 10. Karena, saat ini Nisya sudah gemetaran. Bahkan wajahnya sudah pucat, dan kening nya sudah berkeringat.
"Singkap kain itu...!" titah komandan polisi pada anak buahnya. Menunjuk ke gundukan yang ditutupi kain hitam itu.
"Siap komandan..!"
Braakkk..
Kain hitam itu pun tersingkap.
"Aauuuww...!" Nisya teriak histeris.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Nurmila Karyadi
ngapain jg g terus terang.
2023-02-20
1