Malam Harinya
Setelah selesai belajar mengaji. Nenek menanyakan kesiapan Samuel untuk belajar ilmu Aji Panglimun.
"Nek, aku akan jawab, besok. Setelah pulang dari pasar." Sahut Samuel serius. Ia belai kepalanya Ismail yang tertidur di pahanya. Rasanya begitu tenang dan tentram, saat bersama anak ini.
"Iya , kalau kamu mulai besok, sepertinya kamu gak akan sanggup. Karena usaha untuk dapat menguasai ajian panglimun tentunya tidaklah mudah. Untuk dapat menguasai ilmu ini, kamu harus melakukan puasa mutih dulu selama tiga minggu. Puasa untuk memadamkan hawa nafsu dalam diri. Dan meninggalkan kebutuhan terhadap dunia. Kamu tidak boleh makan, minum, tidur, dan bahkan ngobrol sekalipun."
"Iya nek, saat ini aku tak siap untuk mempelajarinya." Jawab Samuel lemah. Mana mungkin dia sanggup. Dia saja saat jadi mafia tak pernah puasa. Rasanya fisik dsn bathinnya gak siap menjalankan ritualnya.
"Nek, apa benar nenek gak mau pergi dari hutan ini?" Tanya Samuel dengan penuh kehati-hatian. Menatap serius sang nenek.
Huufftt..
Si nenek menarik napas panjang dan dalam. Ia sandarkan tubuhnya di dinding gubuk itu.
"Mau pergi ke mana? nenek tak ada tempat untuk dituju. Seumpama uang yang kita miliki pun cukup, keluar dari hutan ini. Toh, di tempat baru, kita perlu uang lagi untuk buka usaha. Tinggal di tempat ramai juga, apa gunanya, jika tak bisa makan." Ujar Nenek sedih. "Tapi, Kalau Nisya dan Ismail, ingin pergi dari hutan ini, nenek tak bisa melarangnya." Jelas nenek lagi dengan pasrahnya.
Samuel terdiam. Ia tatap lekat wajahnya Ismail yang tidur dalam pangkuannya.
"Nek, apa Nisya benar benar cucu kandungnya nenek?" tanya Samuel penuh kehati-hatian.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu Sam?" Sang nenek menatap serius Samuel.
"I, itu nek. A, aku sebenarnya,"
Suara tapakan kaki di lantai kayu terdengar kuat. Ternyata Nisya keluar dari kamarnya. Hal itu membuat Samuel tak jadi melanjutkan ucapannya.
"Aku akan bawa Ismail masuk ke dalam kamat." Ujar Nisya berdiri di hadapan Nenek dan Samuel.
"Oouuhh.. Iya !" Samuel memberikan Ismail dalam gendongannya, kepada Nisya.
Wanita itu pun membawa Ismail ke dalam kamar, dengan ekspresi wajah datarnya.
Saat Nisya masuk ke dalam kamar. Samuel mengajak nenek bicara di luar.
Kedua manusia beda generasi itu pun kini duduk di teras gubuk itu. Sama-sama bersandar di dinding gubuk. Lama keduanya terdiam, sama sama menatap indahnya langit yang diterangi bulan purnama berwarna keemasan itu.
"Indah sekali bulan keemasan itu." Ujar Samuel, baru kali ini, ia menikmati malam di saat purnama.
"Iya Sam. Sangat indah." Sahut Nenek lirih.
"Bunga-bunga mungkin suatu hari akan gugur, atau bahkan bulan purnama yang indah akan hilang tertutup awan. Namun tidak dengan cintaku pada Nisya Nek."
"Apa...?" Nenek menatap Samuel dengan mulut menganganya. Tak percaya dengan apa yang diucapkan pria itu. "Ku pikir, kamu gak mencintai Nisya. Makanya kamu gak mau menikah dengan nya.
Samuel menoleh ke arah nenek yang masih terkejut itu. "Sepertinya aku sudah kena karma nek. Dulu, mendapatkan Wanita bukanlah hal yang susah buatku. Sekali tunjuk, ia akan jadi milikku. Baru sekarang, aku merasakan tak dianggap nek. Makanya, aku ingin tahu tentang Nisya lebih banyak. Aku merasa dia itu kenal denganku nek sebelumnya."
Braakk..
Pintu terbuka dengan kuat, sehingga membentur dinding gubuk itu. Nampaklah Nisya dengan muka tegangnya diambang pintu.
"A, aku gak kenal anda, sekarang dan sebelumnya. Dulu, anda bilang gampang naklukin wanita? wajar, karena anda dulu punya kekuasaan. Aku gak membenci anda. Tapi, aura gelap anda, membuatku takut pada anda. Sejak anda sadarkan diri, anda sudah saya minta pergi dari rumah ini, tapi anda bersih keras untuk tinggal di tempat ini. Besok, kita semua akan Sama-sama pergi ke kota. Ku harap, anda bisa pergi dari hidup kami besok."
Nisya bicara dengan tatapan dinginnya. Siapa pun tak berani mencelanya. Bahkan Nenek terdiam melihat Nisya yang diselimuti amarah dan kekecewaan itu.
"Nek, ayo tidur. Ini sudah larut!" Nisya mengalihkan pandangannya dari Samuel ke nenek yang duduk fi sebelah Samuel.
Nenek sebenarnya masih ingin bicara banyak dengan Samuel. Tapi, ajakan dari Nisya untuk tidur tidak dapat dibantah.
"Ayo tidur nek, besok setelah sholat shubuh kita semua harus ke kota. Jangan sampai kita telat bangun. Siang hari toke sudah gak ada lagi nek!" Ujar Nisya dengan muka masamnya.
"I, iya..!" Nenek bangkit dari duduk nya. Ia lirik Samuel yang kini menundukkan pandangan. Duduk dengan bersila. "Sam, ayo masuk. Kita tidur dulu!" Ajak sang nenek pada Samuel.
"Iya nek." Samuel bangkit dari duduk nya. Ia ikuti langkah nenek, masuk ke dalam rumah. Ia lirik Nisya dan nenek yang masuk ke bilik mereka. Sedangkan Samuel, kini telah berbaring di lantai gubuk, tempat ia tidur selama ini. Tepatnya berada di dekat pintu masuk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
apa bisa gadis yg diperkosa dan dibuang dihutan oleh Samuel
2023-03-17
1