Byyuuurr...
Ia pun terjatuh ke sebuah sungai yang airnya cukup deras. Ia yang tak bisa melihat keadaan sekitar. Tak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Jadilah ia terombang ambing dibawa arus sungai.
" Aauuggwwkk...!"
Di dalam air yang deras. Samuel meluapkan kesakitannya disaat tubuhnya terbentur ke batu. Hingga benturan untuk keempat kalinya di bagian kepalanya. Ia pun tak sadarkan diri lagi.
***
Di sebuah gubuk tua
"Nek, Aku menyuci ke sungai dulu ya? Mumpung Ismail masih tidur." Seorang wanita cantik berhijab menghampiri nenek tua yang membersihkan kebun ubi di belakang rumahnya.
"Masih pukul 6 pagi nak, jalan licin. Kamu sebentar lagi aja ke sungainya." Ujar sang nenek, ia takut cucunya itu terpleset dan terjatuh. Karena semalam kan hujan deras. Kalau itu terjadi, urusannya jadi panjang. Karena mereka akan susah minta bantuan. Kalau cucunya itu sampai terluka. Karena hanya mereka yang tinggal di hutan itu. Tak ada tetangga mereka. Dan kampung lainnya berjarak 10 km dari tempat mereka tinggal saat ini.
"Gak bisa nek. Aku sesak pup." Ujarnya dengan muka menyergit. Memegang pantatnya.
"Kanu gali aja tanah di situ. Ce bok nya ke tong sana. Kan tong kita penuh!"
"Iiih... Jorok lah nek. Gak mau aah... Nenek dengerin ismail, bangun atau gak ya Nek?!" Ujar wanita itu dengan muka berlipatnya. Karena sudah kebelet sekali.
"Iya, kamu hati hati Nisya." Teriak sang nenek.
"Iya Nek." Nisya berlari kencang, menuju sungai yang jaraknya ada 500 meter dari gubuk mereka. Terbilang jauh sih. Di tangan kanannya, ia tenteng ember berisi pakaian kotor dan tempat sabun.
Hutan lebat itu sudah biasa ia lewati. Bertemu dengan hewan penghuni hutan, tak membuatnya ketakutan lagi. karena ia sudah terbiasa dengan keadaan di hutan itu.
Nisya Meylani (25 tahun), Janda beranak satu. Tinggal di hutan terisolir itu bersama sang nenek yang kini usianya sudah 75 tahun. Betapa tidak memprihatinkan mereka hidup sendirian di tengah hutan dengan jarak tetangga terdekat sejauh 10 kilometer. Hal itu terjadi, karena sang nenek diungsikan para warga penduduk. Sang nenek difitnah punya ilmu hitam dan tukang racun.
Memang benar sang nenek punya ilmu. Tapi, ilmu yang ia miliki dari golongan putih, bukan ilmu hitam. Tapi, fitnah itu tak bisa disangkal.
Keadaan mereka sangatlah memprihatinkan di tengah hutan itu. Mereka menempati rumah kumuh yang disusun dari kayu-kayu, sudah bolong di mana-mana dan tak layak. Saat hujan tiba mereka selalu kebasahan, begitu pun saat malam datang, tak ada penerangan yang memadai karena hanya mengandalkan pelita.
Kondisi rumah mereka sama mirisnya dengan kehidupan nenek dan cucu ini sehari-hari. Sumber pangan hanya mengandalkan sepetak kebun singkong dan kakao untuk bertahan hidup. Ada juga jenis buah lainnya seperti pisang. Tapi, mereka harus jaga extra ketat semua tanamannya, karena babi hutan, monyet bahkan tikus jadi musuh terbesar tanaman mereka. Nisya tak pantang menyerah. Ia sering mencari buah yang bisa di makan di tengah hutan itu. Ia ingin anaknya tetap terpenuhi zat makanannya. Bahkan ia sudah pandai mengambil ikan di sungai, dengan cara memilih bubu untuk menangkap ikan. Makanya walau tinggal di hutan serba terbatas, anaknya Nisya. Ismail tumbuh dengan sehat dan pintar.
"Uuuuhhhhgg.. Ya Allah... Rasanya legah sekali...!" Ujar Nisya dengan wajah plong nya. Ia pun mulai mencuci pakaian kotor yang ia bawa. Di sisi kiri dan kanan sungai, banyak sekali monyet yang bergelantungan di pohon bambu, enau dan pohon besar lainnya. Keadaan seperti itu, tak membuat Nisya takut. Bahkan terkadang, ada monyet yang mupeng, mendekatinya dengan gejolaknya yang membara. Nisya tak gentar, ia akan melawan monyet itu.
Bahkan pernah suatu kali, ember dan tempat sabun Naina di larikan monyet monyet jahil itu. Naina berang pastinya. Karena kata sang nenek. Monyet monyet itu akan takut, jika kita bawa kayu saat mengejar para hewan itu.
"Alhamdulillah.... Ya Allah... Terima kasih, masih diberi kesehatan buatku, nenek dan ismail." Ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah selesai mencuci. Saat nya mandi, ia pun melepas hijabnya. Ya, walau di hutan itu tak ada orang lain. Hanya ada mereka bertiga, Nisya tetap menutup auratnya. Padahal tak ada pria yang melihatnya di tempat itu.
Saat mandi, ia juga akan mengecek. Apa bubu yang ia tawan semalam, mendapatkan ikan. Ia sebenarnya gak yakin, di dalam bubu nya terperangkap ikan. Karena, debet air bertambah, disebabkan hujan. Dan pagi ini air juga masih besar. Tapi, masih bisa untuk mencuci dan mandi.
Nisya menyeret kakinya yang ada di dalam air, ke arah bubu yang ia tawan, kemarin sore. Kalau bubunya tak mendapatkan ikan. Di gubuk mereka masih ada ikan asap, yang bisa ia masak untuk makan mereka pagi ini.
Tangannya Nisya mulai menjulur untuk menyingkap sejenis kain parasut yang ada di dekat bubu nya.
Dan
"Aaarrgg..... Nenek.....!" teriak Nisya, ia tak sadar akan suaranya yang kencang itu, Karena terkejut disaat tangannya menjamah sesosok mayat.
Ciiuukkk...
Ciiuukkk
Para monyet yang ada di sekitar sungai juha ribut, karena teriakan Nisya yang kencang.
"Tidak...!"
Ujar Nisya, memegang bibirnya yang bergetar dan pucat itu. Ia tak berani menarik mayat yang nyangkut di dahan yang hanyut dekat bubunya. Dengan wajah yang pucat pasi, ia berlari kencang menuju gubuk mereka. Ia akan melapor pada sang nenek. Bahwa di sungai ada mayat. Nisya sebenarnya belum melihat wajah mayat itu. Karena ia sangat ketakutan saat ini.
Sesampainya di gubuk mereka. Sang nenek terlihat sedang minum di beranda gubuk mereka. Sang nenek cukup heran melihat Nisya yang lari dengan ketakutan itu.
"Nek.. Nek...!" Ia tersengal-sengal. Napasnya satu-satu. Kecapean dan ketakutan bersatu menyergap dirinya, karena melihat mayat di sungai.
"Kamu kenapa Nisya? diganggu monyet itu lagi?' tanya sang nenek tertawa kecil. Ya, ada monyet yang naksir padanya. Bahkan monyet itu sering bawa pisang ke gubuk mereka, sebagai tanda PDKT pada Nisya.
Nisya memegangi dadanya yang bergemuruh hebat. Tubuhnya masih bergetar, karena ketakutan. Wajahnya masih pucat pasi.
" Ne, Nek...!" Bicara terputus putus, karena ia butuh oksigen banyak. Sang nenek dengan sabar menunggu Nisya bicara. "Di, di sungai ada mayat Nek!" Ujar Nisya dengan ketakutan yang dahsyat. Ia bergidik ngeri.
"Mayat?" sang nenek ingin memperjelas, ucapan Nisya.
"Iya nek." Jawab Nisya masih ngos ngosan.
Sang nenek bangkit dari duduknya. "Mungkin orang hanyut." Sang nenek masih bicara datar.
"Iya nek, gimana ni nek. Gak Mungkin kita kubur di sini. Dan gak mungkin kita beri kabar ke kampung sebelah. Takutnya kita di fitnah lagi nek. Dikatakan bunuh orang, untuk dalami ilmu hitam nek!" Ujar Nisya masih dengan ketakutan yang parah.
Mereka punya pengalaman yang sama. Dulu juga ada mayat ditemukan di sungai. Nenek melapor ke kampung dengan berjalan kaki sejauh 10 km. Sampai Di kampung, ia malah di fitnah. Dan hampir saja sang nenek mati di keroyok warga kampung. Tapi, syukur. Sang nenek bisa bela diri saat itu.
"Ayo kita lihat, tak usah takut jika di fitnah." Ujar sang nenek tegas.
"I, iya nek!" Sahut Nisya masih ketakutan. Tubuhnya masih menggigil. Selain takut, dia juga kedinginan. "Nek, Ismail bagaimana?" Ketakutan yang menyergap hatinya Nisya, sangat berlebihan. Padahal Ismail biasa ditinggal di gubuk, saat ia cari makanan tambahan di Hutan.
"Ismail kan masih tidur! ambilkan parang!" titah sang nenek, mulai melangkah ke arah sungai.
Nisya bergegas ke gubuk untuk ambil parang. Ia tatap sang anak yang masih tertidur pulas itu. Kemudian ia berlari mengejar sang nenek.
***
Bersambung
Like dan komentar positif dari readers. Sangat author harapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Aliya Jazila
semangat thor
2023-03-17
0
Chaesal
lanjut thor
2023-02-19
0