Fierce tiba di perusahaan sedikit terlambat, tetapi dia masih diberi dispensasi karena hanya terlambat satu kali, untuk ke depannya mungkin saja dia bisa potong gaji.
"Memangnya kamu habis ke mana, Fierce? Tumben telat," tanya Gilang, saat Fierce baru saja tiba di mejanya.
"Ada masalah sedikit di jalan," jawab Fierce, lalu membereskan barang-barangnya. Namun, tiba-tiba Gilang memberikan kotak bekal pada Fierce.
"Fierce, ini makanan dari Safira, divisi sebelah," ujar Gilang, sebelum Fierce datang wanita itu menitipkan makanan tersebut padanya, padahal dia berulang kali mengatakan bahwa Fierce sudah menikah, tetapi Safira tetap saja memaksa.
Fierce terdiam sambil memperhatikan kotak bekal yang kini sudah berpindah ke mejanya. Tanpa pikir panjang, dia kembali menyerahkannya pada Gilang. "Aku tidak menerima apapun dari wanita lain. Hanya istriku yang boleh melakukannya."
"Aku sudah memberitahu dia kalau kamu sudah menikah, tapi dia keras kepala."
"Kalau begitu kamu saja yang makan makanan itu. Nanti biar aku yang kembalikan kotak bekalnya," pungkas Fierce, tak ingin hal seperti ini berlarut-larut. Dia sudah menikah, dan dia harus membatasi komunikasi dengan para wanita. Selain tentang pekerjaan, Fierce tidak akan menggubris apa yang dilakukan mereka.
Gilang kembali terperangah, salut sekali dengan sikap tegas Fierce. Dia jadi semakin penasaran, wanita seperti apa yang berdiri di sisi pemuda itu. Apakah cukup sebanding?
"Baiklah, aku akan memakannya nanti siang. Terima kasih ya, Fierce," balas Gilang dengan wajah sumringah. Dia langsung memutuskan untuk kembali ke mejanya.
"Berterima kasih lah padanya, karena bukan aku yang memberikan makanan itu padamu!" cetus Fierce dengan wajah jengah. Lantas setelah itu dia menyalakan komputer yang ada di hadapannya, siap untuk bekerja.
Hingga tak terasa jam makan siang telah tiba, seluruh karyawan keluar untuk mengisi perut masing-masing. Safira yang merupakan senior Fierce dan Gilang, sudah sangat percaya diri bahwa Fierce akan memakan makanan pemberiannya.
Dari sejak pertama Fierce bekerja, dia memang sudah mengincar pemuda itu, karena dia tahu Fierce adalah salah satu pewaris perusahaan, tempat di mana dia bekerja. Andai dia bisa menaklukkan pemuda itu, pasti hidupnya akan terjamin.
Safira tersenyum lebar ketika akhirnya Fierce datang dengan membawa kotak bekal miliknya. Benda yang sudah terasa kosong, karena isinya sudah berpindah ke perut Gilang.
"Fir, sepertinya dia meresponmu," ucap teman Safira, yang membuat wanita itu bertambah salah tingkah.
Senyum di bibir Safira benar-benar tidak bisa luntur hingga Fierce berdiri tepat di hadapannya. Tangan pemuda itu terulur, memberikan kotak bekal milik Safira. "Milikmu, kata Gilang isinya enak."
Mendengar itu rona di pipi Safira langsung menghilang seketika. Karena ekspetasi tidak seindah kenyataannya.
"Kenapa Gilang? Bukankah aku sudah berpesan agar dia memberikannya padamu?" tanya Safira terlihat bingung.
"Dan bukankah Gilang sudah mengatakan jika aku sudah memiliki seorang istri? Karena itu aku tidak menerima apapun dari wanita lain, tapi karena sudah terlanjur, aku memberikan makanan itu pada Gilang. Apa ada masalah?"
Safira meneguk ludahnya dengan susah payah. Jadi, apa yang dikatakan Gilang bukan sebuah kebohongan? Lalu dengan siapa Fierce menikah, kenapa tidak ada informasi sedikitpun mengenai pemuda itu.
"Karena kamu diam, aku anggap kamu sudah mengerti. Jangan jadi makhluk menyedihkan yang datang di tengah-tengah hubungan seseorang!" sambung Fierce, mulai menunjukkan sifat dinginnya. Sama seperti sang ayah, jika sudah berpusat pada satu wanita, maka dia tidak akan tertarik pada yang lainnya.
Setelah mengatakan kalimat itu, Fierce langsung kembali menemui Gilang, sementara Safira hanya bisa menatap nanar, karena dia harus kalah sebelum berjuang. Fierce benar-benar mematahkan harapannya dalam sekejap.
Pemandangan itu tak lepas dari pengamatan Aneeq yang kebetulan sedang berdiri tak jauh dari posisi Fierce dan Safira. Pria itu geleng-geleng kepala, karena belum lama bekerja Fierce sudah mulai digandrungi wanita.
"An, jadwal selanjutnya sampai nanti sore, kita ada meeting di luar," ucap Caka yang tiba-tiba menghampiri Aneeq.
"Kalau begitu kita langsung berangkat sekarang," jawab Aneeq, dan Caka langsung mengangguk patuh. Mereka langsung berjalan menuju basemen, dan semua karyawan akan menunduk hormat ketika bertemu dengan kedua pria itu.
Caka kembali mengendarai mobil dan membelah jalan raya. Selama kendaraan roda empat itu melaju, Aneeq hanya terdiam sambil memperhatikan jalanan yang dia lewati, hingga tak sengaja matanya menangkap sebuah brosur tentang pencarian orang.
Namun, orang tersebut memiliki status sebagai buronan. Aneeq mengangkat satu alisnya ke atas, dan detik selanjutnya dia nampak acuh tak acuh.
**
Tuh biar diakuin kalo si Fierce anak Daddy 🤣🤣 mulutnya pedesss kek mercon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rita
dih tujuan mu aja sdh g bener
2025-03-18
0
Rita
kenal???
2025-03-18
0
Rita
malu ngga tuh
2025-03-18
0