Hari itu Yuna dan Fierce benar-benar keluar dari mansion keluarga Tan. Mereka sepakat untuk tinggal di rumah kontrakan yang sebelumnya Yuna tinggali dan mulai hidup dengan mandiri.
Zoya tak bisa mencegah, karena sekarang putranya sudah menjadi kepala keluarga. Apapun keputusan Fierce dan Yuna harus dia hargai.
"Kalian hati-hati di jalan, dan ingatlah, jangan sungkan untuk meminta bantuan Mommy ataupun yang lain jika kalian sedang kesusahan," ucap Zoya sebelum anak dan menantunya masuk ke dalam mobil.
Yuna mengukir senyum tipis, dia benar-benar bersyukur karena Tuhan justru memberikan keluarga yang sangat perhatian padanya.
"Terima kasih, Mom ...."
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Yuna, karena dia tak tahu harus bagaimana untuk membalas semua kebaikan Fierce dan keluarganya.
Zoya menepuk bahu menantunya sekilas, sementara Ken hanya mampu terdiam dan memperhatikan interaksi mereka. Ken memang dikenal sebagai pria yang tak begitu ramah, tetapi dia akan selalu mengusahakan apapun yang terbaik untuk putra-putrinya.
"Kalau begitu kami pamit ya, Mom, Dad," ujar Fierce seraya meraih tangan Zoya untuk diciumnya, begitu juga dengan Yuna.
Ketika Fierce berhadapan dengan sang ayah, dia tahu Ken masih cukup kecewa dengan kelakuannya. Namun, dia akan membuktikan pada pria paruh baya itu, bahwa dia mampu menjadi suami yang bertanggung jawab.
"Aku akan menjaga Kak Yuna seperti Daddy menjaga Mommy," ucap Fierce dengan suara yang terdengar sangat pelan. Dan Ken masih mampu mendengar itu, tetapi lagi-lagi dia tak merespon.
Padahal dalam hati dia selalu berharap, agar Fierce menjadi sosok yang jauh lebih baik dari pada dirinya.
Lantas setelah itu, Fierce dan Yuna masuk ke dalam mobil, meninggalkan mansion keluarga Tan yang saat itu sudah sepi, karena semua penghuninya sudah melakukan aktivitas masing-masing.
Selama perjalanan Fierce selalu melirik ke arah Yuna dan melontarkan beberapa pertanyaan. Takut jika sang istri merasa kurang nyaman.
Seperti saat ini, ketika berada di lampu merah, Fierce langsung menoleh, hingga dia bisa melihat wajah Yuna yang tetap cantik meskipun tanpa polesan make up. Pemuda itu tersenyum manis.
"Apakah ada sesuatu yang diinginkan, Kak Yuna? Mumpung kita sedang ada di luar," ujar Fierce, yang membuat Yuna mengalihkan pandangan matanya.
"Tidak, Fierce. Aku hanya ingin segera beristirahat," jawab wanita itu, sorot matanya masih sedikit kuyu, karena trimester pertama ini memang membuat Yuna kehilangan energinya.
Fierce langsung berinisiatif untuk menurunkan sandaran kursi, agar Yuna bisa duduk dengan santai.
"Bagaimana? Apakah sudah cukup nyaman?" tanya Fierce, yang membuat Yuna selalu merasa terkesima.
Sudut bibir Yuna terangkat, lalu dia menganggukkan kepala. Sementara Fierce kembali menginjak pedal gas, karena lampu sudah berubah hijau.
Sambil menyetir, Fierce menyempatkan diri untuk mengusap perut Yuna dengan perlahan, hingga membuat Yuna sedikit terkejut.
"Baby, sabar ya. Sebentar lagi kita sampai," ucap Fierce, dia melirik ke arah Yuna hingga mereka saling pandang, sesaat mereka sama-sama melempar senyum.
***
Setelah memastikan bahwa Yuna sudah beristirahat. Akhirnya Fierce memutuskan untuk pergi ke kampus, karena dia harus mengalihkan jam mata kuliahnya, agar dia bisa bekerja di pagi hari.
Fierce telah ditawari untuk bekerja di perusahaan sang kakak, tetapi walaupun dia adalah salah satu pewaris keluarga, dia tidak lantas mendapatkan posisi yang tinggi.
Karena masih tahap belajar, Fierce akan masuk ke divisi pemasaran dan menjadi karyawan biasa. Tidak ada pelayanan istimewa, karena dia akan diperlakukan sama seperti yang lainnya.
Sampai di kampus, dia bertemu dengan Elvan, sang sahabat yang tampak sangat antusias dengan kedatangannya.
"Fierce, kamu ini ke mana saja? Dua hari kamu tidak masuk kuliah, memangnya benar kalau kamu sakit?" tanya Elvan bertubi-tubi, karena dia merasa tak percaya jika Fierce menggunakan alasan tersebut untuk membolos kuliah.
"Memangnya kenapa? Kamu seperti curiga begitu padaku?" balas Fierce sambil melangkah.
"Hei, kamu ini membaca pesanku tidak sih? Apa kamu kurang update yah?"
Mendengar itu, Fierce langsung menghentikan laju kakinya dan menatap nyalang ke arah Elvan. "Pesan yang mana?"
"Haish, benarkan tebakanku. Pantas saja kamu tidak heboh. Asal kamu tahu, Bu Yuna sekarang sedang mengambil cuti menikah. Dan sepertinya sekarang dia sedang berbulan madu dengan suaminya. Kasihan sekali kamu, Fierce ... kamu dipaksa mundur padahal belum berjuang!" jelas Elvan dengan raut wajah yang prihatin.
Namun, bukannya sedih, bibir Fierce justru berkedut. Karena Elvan tidak tahu, kalau sebenarnya dia adalah suami dari dosen mereka yang bernama Yuna Naraya.
"Hei, Fierce! Harusnya kamu sedih dong. Kok reaksimu itu aneh sekali. Ah, aku tahu, selama ini kamu hanya main-main kan?" cecar Elvan, padahal dia tahu bagaimana Fierce menyukai Yuna, tetapi melihat reaksi sang sahabat, dia menjadi ragu.
"Untuk apa aku sedih? Kalau jodoh tidak akan ke mana!" balas Fierce seolah acuh tak acuh, bahkan dia langsung meninggalkan Elvan dengan senyumnya yang mengembang, membayangkan wajah Yuna yang tidur di sampingnya semalam.
"Hei, Fierce, tunggu!" teriak Elvan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
Masih penasaran siapa yg perkosa yura klo kejadian ny di campus masih bisa di selidiki tp kok sampai bab ni blm ada prmbahasan ttg perkosan yg menimpa YURA??????
2024-12-04
0
Lusiana_Oct13
baru ngeh stiap komen aku blg ny YURA bukan yuna 😆😆😆😆 yura kisah di novel sebelah
2024-12-04
0
Rita
heh blm tau aja kmu dadakan jantung kmu klo tau😆
2025-03-18
0