Menikahi Wanita Ternoda
Sepulang kuliah pemuda bernama Fierce De Lance Tanson, memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Dia duduk di kantin bersama teman-temannya, mereka mengobrol sambil menikmati makanan yang sudah dipesan.
Namun, meskipun begitu tatapan mata Fierce tak lepas dari sosok yang baru saja tiba di salah satu stand makanan. Dia adalah Yuna Naraya, dosen muda, cantik, dan juga kompeten.
Entah kenapa wanita dewasa itu terlihat sangat menarik di mata Fierce. Hingga pemuda itu memiliki perasaan lebih terhadap Yuna. Setiap hari Fierce tak bisa melepas bayangan wajah wanita berusia 25 tahun itu, hingga dia percaya, bahwa dirinya sedang jatuh cinta.
Cantik sekali. Batin Fierce, melihat Yuna yang menggerakkan tangan untuk menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.
"Fierce, Fierce!" panggil Elvan, salah satu teman pemuda itu. Dia terus memanggil Fierce karena orang yang dia ajak bicara justru tersenyum-senyum tidak jelas sambil memperhatikan dosen mereka.
"Astaga, Fierce, sadarlah!" teriak Elvan tepat di telinga Fierce, hingga membuat pemuda itu terlonjak kaget. Fierce langsung menoleh ke arah Elvan sambil melayangkan tatapan tajam.
"Telingaku tidak tuli, Van!" balas Fierce tak kalah berteriak. Dia kembali melihat ke arah Yuna, tetapi ternyata wanita itu sudah tidak ada.
"Dari tadi aku memanggil namamu, tapi kamu malah seperti orang gila. Senyum-senyum tidak jelas! Apa karena sedang melihat wanita idamanmu itu?" cerocos Elvan, dan Fierce langsung menggeplak belakang kepala pemuda itu, hingga yang lain ikut tertawa.
"Berhenti bicara atau ku robek mulutmu!"
"Hei, memangnya aku salah? Lagi pula kenapa sih masih saja berharap pada Bu Yuna, ingatlah kalian itu tidak cocok. Umur kalian sangat jauh," gerutu Elvan, karena tak terima dia kena pukul.
Namun, Fierce tak menanggapi ucapan temannya itu dengan serius. Dia menyambar jus jeruk yang ada di meja, lalu berkata. "Aku tidak peduli. Selagi dia wanita, aku merasa cocok-cocok saja."
Elvan menghela nafas, rasanya percuma menasehati orang yang sedang jatuh cinta. Padahal dia juga yakin, seorang Yuna Naraya tidak akan pernah menerima cinta Fierce, andai pemuda itu menyatakan perasaannya. Karena mereka lebih cocok sebagai adik kakak.
***
Malam harinya. Fierce masih betah di luar, karena dia malah menghadiri acara balapan motor yang kerap diadakan teman-teman tongkrongannya.
Bendera kecil terayun diiringi suara peluit yang terdengar nyaring dan memecah keheningan malam. Dua tanda bahwa balap liar telah dimulai. Semua orang yang ada di sana bersorak-sorai, memberi tepuk tangan sebagai dukungan.
Dan tepat pada saat itu dua motor besar melandas, saling ingin mendahului, mereka sama-sama menarik gas dengan penuh sambil fokus ke jalanan. Berusaha memenangkan balapan yang diadakan malam itu.
"Kali ini kamu pegang siapa, Fierce?" tanya Elvan, rasanya akan lebih menarik jika mereka juga mengadakan taruhan.
"Aku tidak ingin memegang siapapun, karena kalah menang itu tidak penting! Aku tunggu traktiran mereka saja," balas Fierce sambil terkekeh kecil, dia kembali bersorak dan bertepuk tangan, seolah tak kenal waktu. Padahal di rumah ibunya menunggu dengan hati yang tidak tenang.
"Cih, tidak seru!" cetus Elvan.
Hingga tak terasa jam menunjukkan pukul 11 malam. Balapan telah selesai dan Fierce pamit pulang. Dia menaiki motor sport miliknya yang biasa ia gunakan untuk kuliah.
Seperti biasa Fierce akan memilih untuk melewati jalanan kampus. Dia sengaja melakukan itu semua untuk memastikan bahwa Yuna sudah pulang ke rumah.
Namun, ada yang berbeda malam ini, karena ketika dia melirik ke arah gerbang, matanya yang semula sayu kini menatap tajam ketika melihat mobil dosennya masih terparkir di sana.
Menyadari hal itu, Fierce langsung menepikan motornya. Dia melirik arloji di pergelangan tangannya, dan waktu sudah menunjukkan tengah malam.
"Apakah Bu Yuna menginap di kampus? Tidak biasanya," gumam Fierce, dengan perasaan yang tiba-tiba tak menentu.
Tak ingin membuang waktu ditambah rasa penasarannya, Fierce langsung turun dari motor untuk mengecek ke dalam sana. Di pos security, dia melihat masih ada yang berjaga.
Fierce meminta izin untuk masuk, lalu berjalan cepat sambil melirik ke sana ke mari, sebab suasana kampus benar-benar sangat sepi. Dia pergi ke ruangan Yuna, karena dia yakin wanita itu ada di dalam sana.
Jarak ruangan Yuna sudah dekat, dan Fierce mulai mendengar suara isak tangis seseorang. Dia menajamkan indera pendengarannya, dan ia sangat yakin bahwa suara tangis itu berasal dari ruangan dosennya.
Tanpa ba bi bu Fierce berlari secepat mungkin, bahkan tanpa mengetuk pintu dia langsung membuka benda persegi panjang itu. Dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat Yuna meringkuk di lantai sambil memeluk tubuhnya.
Suara tangis Yuna terdengar pilu dan menyayat hati Fierce, hingga membuat dada pemuda itu terasa sangat sesak.
Ya, Yuna yang saat itu sedang membereskan nilai ujian mahasiswanya, tiba-tiba mendapatkan pelecehan. Hingga membuat dia harus kehilangan mahkota yang telah dia jaga sampai saat ini. Tubuh yang tak berdaya itu juga dipenuhi lebam, tetapi luka di hatinya jauh lebih dalam.
Sementara si pelaku sudah berhasil kabur, menyisakan trauma yang membekas di hati Yuna.
"Tolong … tolong …, jangan lakukan," lirih wanita itu dengan suara yang tercekat dan hampir habis.
Tanpa ba bi bu Fierce langsung menghampiri wanita itu, dia membuka jaket dan menutupi tubuh Yuna yang setengah telanjaang. Lalu dengan tangannya yang gemetar, Fierce memeluk erat tubuh wanita itu.
Sumpah demi apapun, dia sangat terluka melihat Yuna yang seperti ini.
"Tidak, aku tidak mau, lepaskan aku … aku tidak mau melakukannya!" teriak Yuna histeris, karena bayangan menyeramkan itu mengitari otaknya, dia memukul-mukul dada Fierce dengan tangannya yang terikat, membuat pemuda itu nyaris tak bisa berkata-kata.
"Pergi kamu Badjingan!" teriak Yuna.
"Tenanglah, aku bukan orang jahat itu. Aku Fierce, Bu. Aku Fierce …," balas Fierce dengan menggebu.
Fierce tak melepaskan pelukannya, meskipun Yuna terus meronta-ronta. Wanita itu hanya bisa menangis dan berteriak histeris, hingga akhirnya kesadarannya terenggut. Malam itu Fierce memutuskan untuk membawa Yuna ke rumah sakit, dan berjanji pada dirinya bahwa dia akan bertanggung jawab, jika terjadi sesuatu pada wanita itu.
"Percayalah padaku, aku yang akan bertanggung jawab," ucap pemuda itu sambil menggenggam tangan Yuna erat.
***
Halo Readeranu, kita ketemu lagi, jangan lupakan keluarga besar uler ya, buat nupel ini Gio dan Shasha belum ada, soalnya Lee belum kawin😜🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
komalia komalia
aku lanjut
2024-11-13
0
Qaisaa Nazarudin
Berani banget udah malam2 masih di tempat kerja sendirian,Kan bisa di bawa pulang juga kerjaan nya..
2024-10-17
0
Qaisaa Nazarudin
Satu pertanyaan ku SIAPA KAH PELAKUNYA??? Sedang kan di depan sekuriti,Bagaimana pelakunya bisa masuk dan keluar tanpa ketahuan sekuriti?? hurmmm Aneh..🤔🤔🤔🤔
2024-10-17
0