Seperti saran yang diberikan oleh ibunya, akhirnya pagi itu Adam memutuskan untuk menemui Yuna di rumah kontrakannya. Dia yakin sang adik masih ada di sana dan belum berangkat kerja.
Namun, ternyata tebakan pria itu salah. Sebab Yuna sudah pergi beberapa saat lalu, bersama Fierce yang senantiasa mengendarai motornya di belakang mobil sang istri, memastikan bahwa Yuna sampai dengan selamat.
Begitu sampai Adam langsung menepikan motor di sisi jalan, lalu mengamati rumah sang adik dengan seksama.
"Dia sudah pergi," gumam Adam saat menyadari mobil Yuna sudah tidak ada, tetapi bukannya menyerah pria itu justru menyeringai lebar, "cih, tidak ada orangnya malah lebih bagus, aku jadi bisa leluasa untuk mengambil apapun."
Adam mengecek situasi di sekitar, ketika dia merasa aman, dia langsung naik ke atas pagar rumah Yuna yang hanya setinggi dada orang dewasa.
Pria itu sengaja berputar ke pintu belakang, agar tidak ada yang mengetahui aksinya. Akan tetapi niat jahat tidak akan selalu mulus, meski setan senantiasa membantunya.
"Hei, sedang apa kamu? Mau maling yah?!" teriak seseorang dari arah yang tak terduga. Adam tersentak kaget, hingga dia reflek menoleh.
Adam langsung menetralkan raut wajahnya, agar pria yang sedang melihat ke arahnya tidak curiga. "Ah, tidak, Pak. Saya ini Kakaknya Yuna, kebetulan saya datang tapi Yuna sudah berangkat kerja. Jadi, saya mau lewat pintu belakang, siapa tahu tidak dikunci."
Pria yang melihat aksi Adam tak langsung percaya begitu saja, dia mengingat wajah Adam yang ternyata memang tidak asing. Namun, yang dia ingat, bukan karena Adam adalah kakak Yuna.
Tiba-tiba pria itu mendelik, karena Adam adalah buronan yang sempat dicari polisi, dia pernah melihat wajah Adam di salah satu brosur yang terpampang di jalan.
"Jangan lari kamu!" teriak pria itu dengan lantang, Adam yang sudah merasakan dirinya terancam sontak berlari tunggang langgang.
"Sialan, ternyata ada yang tahu kalau aku ini buronan!" gumam Adam sambil membuang ludahnya ke sembarang arah.
Dia kembali menaiki pagar untuk sampai di motornya. Tanpa ba bi bu, dia langsung menyalakan mesin dan kabur dari rumah Yuna.
"Badjingan jangan kabur kau!" teriak pria yang sempat mengejar Adam, bahkan kini warga mulai berdatangan.
Andai Adam tidak bergerak cepat, mungkin saat ini dia sudah menjadi bulan-bulanan masa.
***
Hari demi hari terlewat begitu saja, dan selama trimester pertama Yuna benar-benar merasa tersiksa, karena setiap hari dia harus mual-mual ketika bertemu banyak orang.
Hal tersebut tentu mengundang curiga, karena belum lama menikah Yuna sudah muntah-muntah sejak hari pertama mengajar.
Bahkan ada yang memberikan spekulasi bahwa Yuna hamil duluan, maka dari itu Yuna menyembunyikan identitas suaminya.
"Huwek!"
Perut Yuna terus bergejolak sejak dia pertama masuk kelas. Bahkan kini wajahnya pucat dan dipenuhi keringat dingin.
Yuna berpegangan pada sisi wastafel, karena sudah merasa tak sanggup untuk menopang bobot tubuhnya. "Aku mohon jangan sekarang, aku harus menyelesaikan materi hari ini." Gumam Yuna, matanya mulai berkunang-kunang dengan kepala yang sudah sangat berat.
Hingga detik selanjutnya, tubuh Yuna ambruk di toilet. Satu kampus langsung heboh saat salah satu dosen mereka ditemukan tidak sadarkan diri, bahkan saat diperiksa ternyata Yuna sedang hamil muda.
Dan semua itu menjadi penguat bahwa Yuna memang lebih dulu hamil, nama Yuna langsung menjadi perbincangan hangat. Namun, bukan sebuah prestasi yang mereka obrolkan, melainkan keburukan Yuna yang sudah mencoreng nama baik dosen.
"Cih, benar-benar menjijikkan. Sebagai dosen seharusnya dia menjadi panutan untuk semua anak didiknya. Ini malah hamil duluan!" celetuk Jesika, dia memang cukup kesal terhadap Yuna, sebab Fierce menyukai wanita itu. Dan sekarang terbukti bahwa Yuna bukanlah wanita baik-baik.
"Jaga mulutmu, Jes! Berita itu belum tentu benar," sambar Elvan, karena dia yakin Yuna bukan wanita yang seperti itu.
"Halah, wajahnya saja sok pendiam, tapi ternyata dia suka melayani seorang pria. Aku yakin Bu Yuna itu orangnya bebas, pasti sebelum menikah dia juga sudah tinggal dengan pacarnya!" balas Jesika, tak mau mendengarkan ucapan Elvan yang menurutnya sok tahu.
"Hah, dengan kamu berkata seperti itu, kamu tidak terlihat lebih baik!" cibir Elvan, lalu dia memilih untuk meninggalkan kelas. Dia ingin menghubungi Fierce, dan mengajak pemuda itu untuk pergi ke tongkrongannya nanti malam.
"Cih, kenapa sih dia ini? Selalu saja membela Bu Yuna, jangan-jangan dia juga pernah dikasih gratis!" gerutu Jesika dengan tatapan sebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rita
mulutmu jgn2 itu kamu
2025-03-18
0
Qaisaa Nazarudin
Yeezzzz bagus...👏👏👏
2024-10-17
0
Qaisaa Nazarudin
Bagus,Jangan percaya ntar apa yg dia bilang,Mana ada sodara dtg kayak maling,
2024-10-17
0