Elvan membaca selebaran yang dibagikan Fierce di jalanan. Dan dia sangat hafal, bahwa perusahaan yang menaungi Fierce adalah perusahaan keluarga pemuda itu.
Namun, dia tidak mengerti kenapa Fierce harus bekerja, padahal pemuda itu baru saja masuk kuliah. Apakah orang tua Fierce yang menyuruhnya? Atau Fierce melakukan kesalahan yang sangat fatal, hingga berimbas pada kehidupannya?
"Jadi ini alasanmu sibuk?" gumam Elvan sambil menatap Fierce yang masih berdiri tak jauh darinya. Saat ini Elvan sedang menepi, karena dia ingin tahu lebih jauh, apa yang sedang Fierce kerjakan.
Tiba-tiba pemuda itu menghela nafas panjang, merasa bahwa dia bukanlah sahabat yang baik, karena Fierce malah memendam semua masalahnya sendiri, padahal ada dia.
"Kenapa kamu hanya diam saja, Fierce? Kamu menyembunyikannya dariku, seolah aku bukanlah sahabatmu lagi," ungkap Elvan dengan tatapan sendu.
Dia terdiam dan terus berpikir, bagaimana caranya agar bisa mengetahui alasan Fierce.
"Kalau kamu memang tidak ingin bercerita, maka aku sendiri yang akan menyelidikinya."
Elvan bertekad akan mencari tahu perihal kehidupan Fierce beberapa minggu terakhir. Dia yakin ada yang sesuatu yang terjadi, hingga Fierce memilih jalan seperti ini.
Tanpa banyak kata Elvan kembali menyalakan mesin motornya. Nanti malam dia akan membuntuti Fierce setelah pulang kuliah. Dia ingin tahu, apa lagi yang akan dilakukan pemuda itu, hingga menolak untuk pergi bersama dengannya ke tempat biasa.
***
Sepulang dari kampus, Yuna terus mengunci diri di dalam kamar. Air matanya seolah tak pernah habis, hingga terus-menerus turun dengan lancang.
Semua cibiran yang dilayangkan kepadanya terus terngiang-ngiang, hingga membuatnya semakin frustasi, dia tak tahu harus dengan apa menghadapi itu semua.
Dia seolah tak memiliki kekuatan, karena apa yang dikatakan mereka adalah fakta. Ya, dia memang hamil di luar nikah, bahkan orang yang menikahinya bukanlah ayah dari bayinya.
"Aku tahu itu semua aib, tapi apakah aku harus mendapatkan hinaan sejahat itu? Bahkan aku terlihat sangat menjijikkan di mata kalian, hingga kalian sesuka hati memakiku?"
Yuna yang saat itu duduk di lantai, langsung memeluk lututnya sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam, atas apa yang menimpanya. "Tuhan ... apakah aku tidak berhak bahagia? Kenapa sesakit ini cobaanmu?"
Wanita cantik itu tergugu, sementara bayangan kelam terus menghantui pikirannya, membuat dia merasa marah dan ingin mengamuk sekarang.
"Kenapa kamu harus ada? Kenapa kamu harus ada di rahimku!" rancau Yuna sambil mencengkram perutnya, pikirannya yang tak terkendali membuat dia merasa bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya adalah petaka.
Hingga saat malam datang, Fierce akhirnya pulang. Dia terus menampakkan wajah ceria, sambil menenteng beberapa makanan, karena dia yakin bahwa sang istri belum makan malam.
Dia tidak tahu, kalau sejak tadi Elvan membuntutinya dari belakang. Wajah pemuda itu terperangah, saat Fierce menepikan motor dan masuk ke rumah kontrakan Yuna.
"Apa maksud ini semua, Fierce? Kamu masih berhubungan dengan wanita itu? Atau kau—" Elvan memotong ucapannya, sementara pikiran pemuda itu mulai berkelana dan menebak-nebak.
Di dalam rumah, Fierce terlihat kebingungan karena tidak melihat sosok Yuna, sementara pintu kamar tertutup rapat.
Dari siang, sang istri memang tidak membalas pesannya, tetapi Fierce berpikir bahwa wanita itu sedang sibuk.
Akhirnya Fierce melangkah menuju kamar, sebelum dia mengetuk benda persegi panjang itu, dia mendengar suara seseorang yang tengah terisak-isak.
"Kak Yuna?" gumam Fierce dengan dada yang mulai berdebar tak menentu. Karena merasa cemas, Fierce langsung mengangkat tangan dan mengetuk dengan keras.
"Kak, aku pulang!" seru Fierce dengan sedikit berteriak. Agar Yuna lekas membuka pintu. Namun, sampai beberapa saat Yuna tak menanggapinya, membuat Fierce cemas setengah mati.
"Kak Yuna, kamu sedang apa?"
Baru saja Fierce memutuskan untuk mendobrak benda persegi panjang itu, tiba-tiba terdengar suara kunci, hingga akhirnya pintu tersebut sukses terbuka.
Fierce langsung masuk dan berusaha untuk melihat wajah Yuna, dia sangat yakin bahwa wanita itu habis menangis. "Kakak tidak apa-apa?"
Tidak seperti biasanya, Yuna hanya menggelengkan kepala sambil terus menunduk.
Wajah Fierce langsung berubah sendu mendapati respon istrinya. "Apa Kakak sudah makan?"
Lagi, Yuna hanya mengangguk lalu berjalan ke arah ranjang. Dia memilih untuk segera beristirahat, karena dia tidak ingin membuat Fierce kepikiran.
Namun, yang dilakukan Yuna justru membuat otak Fierce mendadak sangat kacau. Dia mencekal pergelangan tangan Yuna, saat wanita itu hampir saja berbaring.
"Ada apa, Kak? Kamu tidak terlihat baik-baik saja, coba cerita padaku," ujar Fierce, tetapi lagi-lagi Yuna bergeming, dengan dalih tidak ingin membebani Fierce.
Wanita itu melepaskan cekalan tangan suaminya, lalu melanjutkan niatnya untuk berbaring. Dia menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuhnya, lalu dia berkata lirih. "Aku hanya butuh istirahat."
Mendengar itu, entah kenapa hanya sesak yang Fierce rasakan. Dia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya, dia terus menatap tubuh Yuna yang akhirnya kembali terisak-isak.
Dia yakin sang istri sedang ada masalah, tetapi sepertinya Yuna belum mau bercerita.
Fierce memutuskan untuk tidak mengganggu wanita itu terlebih dahulu. Dia memutar badan untuk langsung bersiap-siap tidur, karena dia tidak akan mungkin bisa menelan makanan, di saat perasaannya tak menentu seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ita rahmawati
itu lah resiko menyembunyikan sesuatu yg buruk,,pasti orang akan berprasangka buruk padamu yun 🙄
2024-07-25
0
🔵🍃⃝⃟𝟰🫦𓆩𝐃𝐄𝐒𝐒𓆪♐𝐀⃝🥀
kau trlalu baik mengorbankan dan memaksakan diri untuk menutupi aib nya si Yuna, Fierce 🥺 aku takut nanti kau terlalu sakit saat yg kau genggam malah pergi 😞
2023-04-02
4
Nci
Yuna korban, dia hamil karena korban perkaosan yang tidak orang ketahui 🥲 sepertinya memang perlu lapor pihak kampus, semangat Yun.. kamu harus kuat dan sehat 🥲
2023-03-16
0