Setelah beberapa hari beristirahat di rumah, akhirnya Yuna sudah bisa kembali mengajar, karena masa cutinya telah habis.
Lagi pula dia merasa bosan, sebab semua pekerjaan rumah Fierce yang mengerjakannya. Sang suami tidak mengizinkan dia melakukan ini dan itu, karena Fierce takut Yuna akan kelelahan.
Seperti sekarang Fierce sedang berkutat di dapur untuk membuat sarapan, sementara Yuna sedang membersihkan tubuhnya.
Pemuda itu melakukan apapun dengan senang hati, karena dengan begitu pekerjaan akan terasa jauh lebih menyenangkan. Setelah membuat roti panggang dan susu hamil untuk istrinya, Fierce kembali masuk ke dalam kamar.
Ketika pintu terbuka, Yuna yang ada di dalam sana sontak terkejut, karena dia hanya memakai handuk yang melilit tubuhnya.
Sesaat manik mata mereka saling tatap, tetapi detik berikutnya Yuna langsung memalingkan wajah.
Suasana menjadi sangat canggung, karena Yuna mencengkram ujung handuknya dengan erat, sementara kepala wanita itu terus menunduk.
Dan Fierce tidak akan mungkin memaksa wanita itu, agar cepat-cepat terbiasa dengan kehadirannya.
"Maafkan aku, Kak. Lain kali aku akan mengetuk pintu," ucap Fierce, karena dia tahu Yuna masih merasa malu padanya.
Yuna tidak menjawab sepatah katapun, membuat Fierce menelan ludahnya getir. Dengan gerakan pelan pemuda itu kembali menutup pintu dan membiarkan Yuna bersiap-siap.
Dia akan menunggu di luar, sampai Yuna selesai berpakaian.
Sementara di dalam sana, Yuna langsung menghela nafas kasar. Dia bukan tak ingin memberikan ruang pada Fierce, tapi kewaspadaannya terhadap sesuatu, membuat dia reflek melakukan itu.
"Lihat, aku hanya bisa mengecewakannya?" gumam Yuna, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
***
Setelah sarapan akhirnya mereka berangkat menggunakan mobil Yuna, seperti biasa Fierce akan menyetir. Kini pemuda itu sudah memakai seragam hitam putih, sesuai dengan ketentuan perusahaan.
"Kalau Kakak mual-mual lagi, jangan lupa minum obatnya ya. Tadi aku sudah menaruhnya di tas kecil," ucap Fierce memberi pesan pada isterinya.
Karena dia mulai memahami kebiasaan ibu hamil saat pagi hari, Yuna adalah salah satu wanita yang mengalami gejala umum, seperti muntah-muntah.
Yuna mengangguk kecil, lalu melirik Fierce sekilas, dia tidak menyangka jika pemuda yang ada di sampingnya, bisa bersikap sedewasa ini, karena sebagai ibu hamil, dia saja tidak berpikir sampai sedetail itu.
"Dan jangan lupa juga, kalau Kakak mau apapun, bilang padaku. Kakak bisa menelpon ataupun mengirim pesan," ucap Fierce lagi, membuat Yuna langsung gelagapan, karena sedari tadi dia diam-diam memperhatikan suaminya.
"Iya, Fierce, aku akan mengingatnya," balas Yuna dengan suara yang terdengar sangat lembut. Membuat Fierce mengulum senyum tipis, karena kebahagiaannya memang sangat sederhana.
Hingga tak berapa lama kemudian, mereka sampai di kampus. Fierce memarkirkan mobilnya cukup jauh dari gerbang, karena dia tidak mau menjadi pusat perhatian.
Yuna membereskan semua keperluannya, dan sebelum turun tiba-tiba sebuah tangan kekar terulur ke arahnya. Yuna bergeming dengan raut wajah kebingungan, dia mengangkat kepala, hingga bisa melihat Fierce yang tersenyum manis.
Yuna mulai paham, tak ingin membuat sang suami kembali merasakan kecewa, Yuna meraih tangan Fierce lalu menciumnya sekilas, sebagai tanda bakti.
Sementara Fierce langsung mencondongkan wajah, tangannya yang lain menahan kepala Yuna dan dia memberikan kecupan di kening wanita itu.
Deg!
Jantung Yuna terasa ingin lepas dari sarangnya, dia membeku dan nyaris tak mampu berbuat apa-apa, hingga Fierce menarik dirinya.
Mereka kembali saling menatap, dan Fierce selalu menunjukkan senyum ceria, bak pemuda polos yang mudah sekali untuk dibodohi. Hah, Yuna kembali tak habis pikir.
"Aku akan mendo'kan Kak Yuna. Jadi, Kak Yuna juga harus do'akan aku," ucap Fierce dengan tatapan teduhnya.
Yuna menganggukkan kepala. "Ya, aku akan mendo'akanmu. Semoga pekerjaanmu lancar, aku keluar dulu."
Fierce membuka pintu untuk istrinya, lalu membiarkan wanita itu keluar. Sebelum dia melanjutkan perjalanan, Fierce lebih dulu membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya ke arah Yuna, membuat sudut hati wanita itu semakin tak menentu.
Pemandangan manis itu tak sengaja dilihat beberapa mahasiswa yang lewat. Namun, mereka sama-sama tak bisa melihat wajah suami Yuna.
Hingga saat wanita itu hendak masuk ke ruangannya yang sudah dipindah. Dia mendengar nama suaminya disebut oleh seorang gadis.
"Fierce ke mana sih, Van? Sudah berapa hari dia tidak masuk kuliah. Apa dia baik-baik saja?" tanya Jesika, gadis yang satu kelas dengan Fierce dan juga Elvan. Dan semua orang juga tahu kalau dia menyukai pemuda tampan itu.
"Untuk apa kamu bertanya padaku? Tanya sendiri sana!" balas Elvan dengan ketus, karena merasa risih dengan suara cerewet Jesika.
"Ish, kalau aku bisa juga aku akan menelponnya! Kamu dan dia kan berteman, jadi kamu pasti tahu."
Namun, bukannya menjawab Elvan justru meninggalkan Jesika, membuat gadis itu mendengus kesal.
Sementara di tempatnya berdiri, Yuna terus mematung. Dia tidak tahu, ada berapa banyak wanita yang menginginkan Fierce, tapi pemuda itu justru memilih wanita seperti dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rita
hanya di dunia halu yg saya tau
2025-03-18
0
Ita rahmawati
nah itu lah,,kamu hrus sadar diri yuna,,jd berbaktilah mulai sekarang sm suamimu jgn terlalu kaku 😔
2024-07-25
0
Eka
semangat juna bahagiakan fierce dia suamimu yg hafus dihargai dan hormati yuna
2023-10-26
0