"Aku mencintaimu, Kak Yuna … aku mencintai kalian."
Ungkapan Fierce membuat hati Yuna terenyuh, karena pemuda itu terus berusaha untuk meyakinkannya. Namun, Yuna masih merasa bahwa mereka adalah dua orang asing, sehingga tak bisa merespon apapun yang Fierce lakukan.
"Jangan sungkan padaku, kita harus sama-sama belajar menerima ini semua," ucap Fierce lagi sambil meraih tangan Yuna, lalu menempelkannya di pipi. Dia masih berada di posisi yang sama, yaitu meletakkan kepala di pangkuan istrinya.
Yuna merasakan saat Fierce mencoba menggerak-gerakkan tangannya untuk mengelus rahang tegas itu. Bibir Yuna sedikit berkedut. "Tapi aku minta maaf, jika kelak sikapku akan mengecewakanmu, Fierce. Karena walau bagaimanapun, kita belum mengenal begitu lama."
Mendengar itu, Fierce langsung menghentikan aktivitasnya, dia kembali tersenyum. "Aku tidak akan marah, aku justru merasa bahagia, karena Kak Yuna sudah mau berusaha."
Akhirnya pemuda tampan itu bangkit, dia berdiri di belakang tubuh Yuna lalu meraih ujung resleting gaun pengantin wanita itu. "Aku bantu yah ...."
Namun, bukannya menurut Yuna justru menghentikan tangan Fierce. Dia masih belum siap jika harus memperlihatkan lekuk tubuhnya di depan pemuda itu.
"Maaf ...."
Yuna menggeleng kecil dengan raut yang terlihat sendu, menolak tawaran suaminya. Dia berharap Fierce bisa memahami, terlebih dia belum bisa memberikan kebutuhan batin untuk Fierce, dia tidak mau membuat Fierce merasa tersiksa.
"Aku masih butuh waktu, Fierce," lirih Yuna dengan perasaan bersalah. Setiap menatap dua manik mata Fierce, entah kenapa hanya ada kesedihan yang meliputi hati wanita itu.
Dia merasa seperti wanita jahat yang merenggut masa depan Fierce dengan paksa.
Akan tetapi Fierce tidak akan mungkin membuat sang istri banyak pikiran. Karena hal tersebut akan fatal untuk kesehatan janin yang di kandung Yuna. Fierce malah tertawa kecil, lalu meraih kedua tangan Yuna. "Aku paham. Dan Kak Yuna tenang saja, aku juga tahu kalau kita tidak boleh melakukan itu." Katanya dengan ambigu.
Wajah bak pemuda polos Fierce tampakkan di depan Yuna, bibirnya yang tertarik sempurna, pipinya yang merona, membuat Yuna tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.
"Kalau begitu aku bantu masuk ke kamar mandi saja ya. Aku siapkan air hangat dulu," ucap Fierce, dia melepaskan tangan Yuna, lalu mengusak puncak kepala wanita itu sekilas.
Fierce masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Karena ruangan itu digunakan untuk tempat peristirahatan mereka setelah sah menjadi suami istri.
Setelah kepergian Fierce, Yuna langsung tertunduk lemah. "Dia benar-benar sempurna. Sedangkan aku? Aku tidak bisa memberikan apapun untuknya."
Bola mata Yuna kembali berkaca-kaca, lalu menatap perutnya yang masih rata. Dia tidak ingin menyalahkan janin yang ada di kandungannya, tetapi saat mengingat itu semua, dia ingin sekali marah.
Tak berapa lama kemudian Fierce kembali, karena air hangat sudah siap. "Ayo bersihkan tubuhmu. Setelah itu kita makan malam, aku ingin Kak Yuna segera beristirahat."
"Bagaimana denganmu, Fierce?"
"Ada banyak kamar mandi di mansion ini, aku akan mandi di bawah."
Akhirnya Yuna pun menganggukkan kepala, dia bangkit dari duduk dan Fierce langsung meraih tangan wanita itu. Dia mengantar Yuna hingga masuk ke dalam kamar mandi. "Nanti pakaian Kakak aku yang siapkan. Itu baju hadiah dari Mommy."
"Terima kasih, Fierce," balas Yuna sambil menatap haru, dia tidak bisa membohongi hatinya yang selalu terkagum-kagum dengan sosok suaminya.
Lantas setelah itu, Fierce benar-benar keluar dari kamar. Dia membersihkan tubuhnya dengan cepat, lalu mengambil makan malam, karena dia tidak mau Yuna kembali membuang energi untuk pergi ke meja makan.
Sedikitpun Fierce tak ingin membuat Yuna susah, dia menyuapi wanita itu dengan telaten, tetapi tidak banyak makanan yang masuk ke perut Yuna, karena wanita itu merasa sedikit mual.
"Kakak harus cepat-cepat beristirahat. Biar aku yang bereskan ini semua," ujar Fierce setelah memberikan Yuna segelas air putih.
Dia menghabiskan sisa makanan Yuna, membuat wanita itu terus memperhatikannya. Fierce mengunyah dengan cepat, karena dia ingin menemani Yuna beristirahat.
Fierce kembali turun ke bawah untuk menaruh piring, karena dia tidak pernah mengandalkan asisten rumah tangganya. Selagi dia bisa, dia akan melakukannya sendiri.
Ketika dia kembali ke kamar, Yuna sudah mulai berbaring dengan posisi memunggunginya. Fierce tersenyum tipis, dia ikut masuk ke dalam selimut, tangannya terangkat tetapi sebelum melandas ke perut Yuna, dia lebih dulu bertanya.
"Bolehkah aku memeluk Kak Yuna?"
Yuna yang masih terjaga tentu mendengar suara Fierce, dia terdiam sesaat, lalu akhirnya mengangguk pelan. Hingga dengan cepat Fierce merengkuh tubuh Yuna untuk dipeluknya. Membuat dua jantung itu sama-sama berdebar dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rita
disini jantungku jg dag dig dug
2025-03-18
0
Dwi Setya Rini
biasanya yang manggil KAK tuh yang cewek
ini malah kebalik😁
2024-01-10
0
meE😊😊
cuss maraton
2023-10-16
0