Amel pun teringat bahwa memang sekarang ia sedang sangat membutuhkan uang tapi apakah ia harus berkorban untuk menikahi si gunung es itu, tapi demi ibunya akhirnya ia pun setuju.
"Baiklah, asalkan kau berjanji untuk membayar semua pengobatan ibuku sampai ia sembuh!" Balasnya.
"Baiklah nanti kita bicarakan ini lagi!" Balasnya sambil meninggalkan Amel.
***
Di luar Ruangan...
"Apakah sudah selesai bos?apakah dia yang akan bos jadika istri pura-pura?" Tanyanya.
"Ya.. kurasa dia bisa!" Balasnya sambil berjalan ke arah parkir mobilnya.
Sementara itu..
Amel hanya terduduk lemas di ruangan itu. Ia tak menyangka bahwa dia akan menikah dengan pria yang tidak sama sekali ia cintai, tapi ia harus tetap tegar karena ini semua demi kesembuhan ibunya.
"Tak apa Amel!kau pasti bisa!" Batinya untuk menyemangati dirinya sendiri sambil berjalan ke arah ruangan ibunya lagi.
Krekk.. (pintu terbuka)
Vira adiknya langsung membalikkan tubuhnya, dan ternyata itu adalah kakaknya sontak ia berlarian menuju ke arah kakaknya itu dan langsung memeluknya.
"Kakak, kau baik-baik saja kan?" Tanyanya sambil mendekap erat kakaknya.
"Tenanglah, kakak baik-baik saja!" Jelasnya sambil tersenyum.
"Bagaimana keadaan ibu sekarang?" Tanyanya sembari menatap lekat ibunya
"Ibu masih belum sadar." Balas adiknya dengan menurunkan penglihatannya.
"Tak apa, ibu pasti akan segera sembuh!" Balasnya sembari mengelus rambut adikya.
Tiba-tiba ibunya membuka matanya dan menggerakkan lengannya lalu memanggil nama kedua anaknya itu.
"Amel.. Vira." Lirih ibunya.
"Ibu!ibu sudah sadar!" Balasnya vira sembari mendekati ibunya.
"Ibu!syukurlah ibu sudah sadar." Ujar Amel dengan mata berkaca-kaca. Ia segera menekan Alarm pemanggil perawat dan dokter untuk memeriksa ibunya.
Tak lama kemudian dokter dan perawat pun datang untuk memeriksa ibunya.
"Permisi mohon kalian menunggu di luar dulu!" Ujar perawat dengan ramah.
"Baiklah, tolong periksa ibu saya dengan baik!" Perintahnya sambil berjalan menuju keluar.
Sementara ibunya di periksa Amel dan Vira hanya terdiam saja dan duduk di ruang tunggu dan menunggu dokter keluar dari ruangan ibunya itu.
*********
15 menit kemudian..
Akhirnya dokter pun selesai memeriksa ibunya dan keluar dari ruangan itu. Amel berharap ibunya sembuh tanpa di operasi dan berarti ia tak perlu menikahi pria dingin itu, tapi apalah daya dokter mengatakan berbeda, kini kondisi ibunya memburuk dan harus segera di operasi secepatnya.
"Bagaimana ini kak, ibu harus di operasi secepatnya." Ujar adiknya dengan nada khawatir.
"Tenang saja, kakak pasti bisa mendapatkan uang itu!" Jelasnya untuk menenangkan adiknya.
'Hah.. apalah daya, aku harus menikahi pria dingin itu!' Batin Amel sembari mencibir.
Mereka masuk kembali ke ruangan ibunya itu dan duduk hingga tertidur pulas karena memang hari mulai gelap.
Ke Esokan harinya...
Saat mereka tidur dengan lelapnya karena kelelahan tiba-tiba terdengar nada dering ponsel, yang tak lain adalah ponsel milik Amel. Awalnya ia tak mengangkat karena memang itu adalah nomor yang tak di kenal dan karena ia masih mengantuk tapi karena ponselnya terus berdering ia pun langsung mengangkatnya. Betapa terkejutnya ia saat mendengar suara si pemanggil yang si pemanggil yang tak lain adalah Azka si Gunung Es itu.
Nb Author:Yuk like sama vote buat dukung novel ini☺dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya.jangan lupa mampir juga di novel saya yang lainnya:Kau Cinta Pertamaku!
salam sayang author:
Jsl Uciha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Bisa lah TAPI jangan melibatkan perasaan..Ini gak liat yg ganteng2 aja langsung meleleh,langsung terpesona ckk..Udah tau ini cuman kesepakatan doang juga..
2024-08-31
0
ani nurhaeni
mulai pdkt yaa
2021-07-24
0
Lia Eka Pratama
ko tau no hpnya amel?
2020-11-01
2