💝💝💝💝💝💝
.
.
"Bidadari dari mana?" seru Elvino dan Hendra secara bersamaan. Mereka yang dalam pengaruh minuman keras percaya begitu saja. Namun, karena hal itulah membuat ketiga pemuda itu menganggap bahwa Adelia adalah bidadari tak bersayap.
Padahal sudah jelas gadis itu adalah wanita biasa. Gadis remaja yang baru saja pulang dari bekerja sebagai pegawai kafe. Kebetulan malam ini dia mengantikan temannya sip malam. Sebetulnya malam ini bukanlah malam pertama Adel bekerja dan pulang jam sebelas malam. Namun, untuk sekian kalinya.
Biasanya juga Adel tidak perlu takut, apabila belum mendapatkan kendaraan umum yang biasa dia tumpangi sampai kearah rumah paman dan tantenya. Kerena akan ada begitu banyak kendaraan roda dua dan penjual yang pulang dari jualan.
Entah mengapa malam ini terlihat sepi dan tidak ada yang berjalan, kecuali dirinya sendiri. Tapi berhubung Adel bukanlah gadis penakut. Tidak masalah meskipun tidak ada orang lain. Dia berada di pusat ibukota. Siapa yang akan menganggu dirinya. Itulah kiranya yang gadis itu pikirkan.
Tanpa dia sadari, bahwa ada tiga orang pemuda menatapnya lapar. Sebab menurut pandangan mereka, Adel benar-benar bidadari tidak bersayap versi mereka bertiga.
"Bagaimana jika kita tangkap saja. Ini adalah kesempatan langka kita bisa bertemu bidadari," ajak Elvino langsung menyukai si bidadari.
"Tapi El, bagaimana jika dia menyerang kita?" ucap Hendra ragu. Setahu dirinya yang namanya bidadari tentu memiliki kekuatan.
"Ah, sama perempuan saja kita kalah," cibir Elvino merendah sang sahabat.
"El, dia memang perempuan. Tapi ini bukan gadis biasa, Men Dia itu bidadari," timpal Aiden juga tidak langsung menyetujui untuk menangkap si bidadari yang berjalan semakin dekat kearah mobil mereka. Tadi begitu melihat sosok Adelia yang berjalan kaki. Aiden langsung memberhentikan mobil tersebut dan dia bawa berhenti dipinggir jalan.
"Ck, sekali perempuan tetap saja perempuan. Mau dia bidadari ataupun genderuwo. Iya, kan? Sudah ayo kita tangkap. Aku ingin menjadikan bidadari itu istriku," decak Elvino seraya bersiap-siap mengajak sahabatanya turun dari mobil.
Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh Hendra yang duduk di bangku depan.
"El, tunggu-tunggu! Kamu mau kemana?" ucapnya masih menahan tangan Elvino.
"Turun lah, memangnya mau kemana lagi," jawab El tidak bisa lagi mengurungkan niatnya buat menangkap Adel. "Jika kalian tidak mau, maka diam saja disini, dan lihat apa yang akan aku lakukan pada bidadari itu," El tersenyum menyeringai. Tiba-tiba saja pikirannya terlintas untuk memperkosa bidadari tersebut.
"El, jangan bilang---"
"Iya, nggak rugi kan melepas perjaka kita bersama bidadari secantik dia," kata El yang tidak berpikir lagi bahwa dirinya memiliki adik dan ibu perempuan.
"Elvino, jangan macam-macam deh, nanti kita ditangkap polisi. Bisa-bisa mati dibunuh sama papi ku," kata Hendra tidak setuju mengikuti ajakan El. Meskipun bidadari, tetap saja mereka melakukan kejahatan.
"Terserah, aku tetap akan melakukannya. Lagian polisi bidadari apa ada, ya 'kan?" sebelum kedua sahabtanya mencegah. Elvino sudah turun dari mobil dan melepaskan jaket yang ia pakai terlebih dahulu.
"Hai," sapa El berjalan maju. Sebab begitu dia keluar dari mobil. Adelia bertepatan lewat di hadapannya.
"Ada apa ya, Kak?" tanya Adel ada rasa was-was.
"Wah ternyata suara bidadari lebih merdu dari gadis biasa," ucap El tersenyum tampan.
Adelia yang mendengarnya tentu langsung tahu bahwa pemuda tersebut lagi mabuk. Apalagi bau alkohol begitu menyengat saat El membuka mulutnya. "Maaf, Saya bukan bidadari, Kakak salah lihat, karena Kakak lagi mabuk," jawab gadis itu setelah memperhatikan penampilan El tidak terlihat seperti pemuda biasa.
"Benar-benar hebat, kamu tahu jika aku lagi mabuk," sahut El semakin tidak waras. "Tapi... aku bukan Kakak mu. Kalau boleh tahu apakah kamu sedang mencari kakak bidadari mu yang hilang?" tanyanya memastikan.
"Astaga! Aku bisa ikutan gila jika terus meladeni orang ini," kata Adelia mengelengkan kepalanya. "Maaf Kak, Saya permisi---"
"El, ada apa?" ucapan Aiden menyusul keluar dari mobil. Diikuti juga oleh Hendra. Sehingga Adelia tidak menyelesaikan ucapannya yang ingin berpamitan untuk melanjutkan perjalanan pulang.
"Ini, bidadari nya benar-benar hebat. Dia bisa tahu jika kita lagi mabuk," kata El memuji kehebatan Adel. Sehingga gadis itu ingin tertawa terbahak-bahak mendengar dia dibilang hebat.
"Kenapa aku bisa bertemu dengan anak-anak manja ini. Mereka mabuk berat, sampai-sampai aku dibilang bidadari. Tidak tahu saja, bila mereka tidak mabuk mau berhenti untuk menyapa ku atau malah sebaliknya,"
Gumam Adel menahan tawanya. Lalu karena takut juga berdekatan dengan orang mabuk. Adel pun kembali berpamitan lebih dulu.
"Kak maaf, Saya duluan." ucapnya sudah berjalan beberapa langkah. Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh Elvino.
"Eh, kamu mau kemana? Tidak boleh pergi begitu saja. Memangnya ini Dunia peri, kamu bisa pergi sesuka hatimu," cegah El menarik agar Adel mendekat. Saking kencangnya tarikan tersebut. Membuat Adel menabrak dadanya.
"Agak, a--apa yang kamu lakukan?" seru Adel baru ada rasa takut. Sebab lawannya ada tiga orang. Bukan hanya satu, bila satu orang dia pasti masih bisa melawan buat melindungi dirinya. Apalagi ketiga pemuda tersebut dalam keadaan mabuk.
"Aku, aku tidak ingin melakukan apa-apa. Hanya ingin menjadikan mu milikku. Mau kah kamu menjadi kekasihku?" tanya El masih dengan posisi yang sama. Yaitu menahan pergelangan tangan Adelia.
"Lepas! Apa-apaan ini. Kamu masih mabuk berat, jadi tolong lepaskan aku," Adelia menarik tangannya agar segera dilepaskan.
"Kamu tidak mau menjadi kekasihku? Apakah kamu tahu, jika di Dunia ini para gadis-gadis berebut ingin menjadi kekasihku?" kata El bukannya melepaskan Adel.
Dikarenakan El tidak kunjung melepaskan dirinya. Adelia pun menginjak kaki pemuda itu cukup keras. Sehingga El megaduh kesakitan, tapi tidak melepaskan cengkraman tangannya.
"Aaagk, dasar bidadari nakal. Sudah menolak ku, sekarang malah menginjak kaki ku," seru Elvino mulai kesal, karena dia tadi sudah berbicara baik-baik.
"Hendra, Aiden, kenapa kalian diam saja. Ayo kita sikat bidadari sombong ini," titah El pada kedua sahabatnya. Tanpa berpikir panjang, keduanya langsung membantu memegang Adel. Apalagi kepala Hendra dan Aiden terasa berputar-putar gara-gara merasa pengaruh minuman alkohol tadi.
Adelia yang ketakutan tentu saja memberikan perlawanan. Sehingga dia mendapatkan kekerasan dari ketiga pemuda tersebut. Adel ditarik kearah Taman yang sepi tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka.
"Lepas! Lepaskan aku! Dasar kalian bajingan," teriak Adel disela isak tangisnya meresakan ketakutan.
"Ini akibatnya karena kamu menolak Elvino. Apa kamu tahu siapa aku, aku adalah putra dari pengusaha terkenal di kota ini," jawab El mulai melakukan tindakan bejadnya. Sedangkan Hendra dan Aiden membantu memegangi Adelia. Agar El mudah melakukan tindakannya. Sebab yang begitu berambisi ingin memperkosa gadis itu adalah dirinya.
"Aaaghk! Sa--sakit!" Adelia semakin menagis setelah merasakan senjata El sudah berhasil merobek selaput dara nya. Hidup gadis itu hancur sudah, sampai-sampai dia kehilangan kesadaran. Adelia langsung pingsan tidak sadarkan diri. Tidak kuasa menahan sesak di dadanya dan juga sakit karena El bukannya merasakan kasih justru semakin melanjutkan aksinya.
Flashback off..
"Astaga!" El yang baru ingin terpejam dikagetkan oleh bayangan yang seperti mimpi bagi dirinya. Walaupun tidak sepenuhnya ingat pada kejadian tersebut. Akan tetapi El tahu bahwa dia yang memperkosa Adelia lebih dulu.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Aska
tuh kan bener jadi istri mu El
2023-07-02
0
Fatima Azzahra
akhirnya jadi istrimu karena ucapan kamu sendiri kan?
meskipun cara kamu yg tdk patut dicontoh
2023-04-07
0
Kar Genjreng
sadar loe ahirnya maka dari itu akuilah bahwa itu darah daging mu sendiri... berlagak tidak mau ngaku.. kalau tidak suka biarlah Adelia pergi.. hidup dengan Anak nya yang tidak di akuin ayah nya 😖😖😖😖
2023-03-23
0