💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
Dengan langkah terpaksa, Elvino menaiki anak tangga satu persatu. Begitu tiba dilantai atas, tepatnya di depan pintu kamar Adel yang terbuka cukup lebar. Pemuda tampan itu kembali terdiam sebelum masuk ke dalam.
Elvino benar-benar lagi dilema versi dirinya. Harus masuk, atau diam saja di depan pintu kamar. Namun, mendengar suara Adel yang muntah-muntah didalam kamar mandi, membuat si tampan El merasa khawatir.
"Sial!" ucapnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masuk nggak ya?" masih mempertimbangkan, sebelum mengambil keputusan.
Tok!
Tok!
Akhirnya setelah bingung tidak menemukan solusi. Elvino mengetuk pintu yang sudah terbuka lebar. Anggap saja sebagai bentuk permisi masuk kedalam kamar orang lain.
"Masuk saja," sahut dari dalam kamar mandi. Terdengar jika pemilik suara tersebut begitu terpaksa saat berbicara.
Hoek!
Hoek!
Selagi ada makanan didalam perutnya sudah Adel memuntahkan. setelah menyerukan kata masuk tadi, gadis itu terus muntah-muntah meskipun tidak ada apa-apa yang ia keluarkan.
Hoek
Hoek!
"Adel!" seru El kaget melihat keadaan calon istrinya yang lemah hampir terjatuh kebawah, bila dia tidak datang dan menahan tubuh kecil calon istrinya.
Hoek!
Adelia yang tidak kuat menahan pusing yang bercampur aduk dengan muntah. Tidak menghiraukan kedatangan Elvino. Dia membiarkan laki-laki yang membuat dia seperti sekarang memijit pundaknya. Guna membantu agar dia merasa lebih baik lagi.
Bahkan El juga mengikat asal rambut panjang Adel yang menghambat dia membantu gadis itu.
"Ayo pindah ke kamar biar aku bantu,' ucap El masih menahan tubuh Adelia dari belakang. Gadis tersebut hanya mengangguk karena untuk berjalan sendiri dia memang tidak mampu.
Tiba didalam, El kembali membantu menaikkan kaki calon istrinya keatas ranjang. Tidak lupa pemuda tampan tapi malas itu menyelimuti bagian kaki Adelia.
"Tunggu di sini, aku akan meminta mama datang melihat mu," ucapnya setelah selesai membantu. Di saat kaki Elvino hendak melangkah keluar dari pintu kamar.
"Te--terima kasih!" ucap Adelia terputus-putus. El tidak menjawab, tapi dia pergi begitu saja. Adelia yang masih pusing akhirnya hanya memejamkan matanya. Dia tidak kecewa El tidak membalas ucapannya, karena Adel mengucapkan kata terima kasih juga sebagai manusia yang tahu diri. Bukannya ingin dekat dengan pemuda tersebut.
"El, mana Adel?" seru Nyonya Risa setengah berlari mau menuju tangga. Namun, di pijakan pertama ia sudah melihat sosok putranya sudah berjalan turun. Wanita paruh baya itu terlihat begitu khawatir, karena takut Adelia pada Elvino.
"Ada dikamar nya," jawab Elvino singkat. Tapi ketika tiba dihadapan sang mama. Pemuda itu kembali lagi berkata. "Adel muntah-muntah, dia terlihat sangat lemah,"
"Astaga! pergi ke dapur, ambilkan air hangat dan katakan pada si mbak Eet untuk membuatkan teh hangat buat Adel," titah beliau sambil melangkah menaiki tangga.
"Ma... kenapa harus El, sih. Kan masih banyak orang di rumah ini," protes pemuda itu karena dia ingin bermain game. Malah disuruh lagi. Benar-benar menganggu waktunya saja.
"Elvino! Kamu ini, Adel seperti itu karena ulah mu, jadi jangan membantah!" seru Nyonya Risa tidak bisa dibantahkan lagi. Dia yang sangat mengkhawatirkan keadaan calon menantunya pergi meninggalkan El yang masih ingin berdebat dengan ibunya.
"Huh! Adel... belum sehari kamu di sini, tapi sudah menyusahkan aku," gerutu El tetap pergi ke dapur buat mengambil seperti apa yang mamanya perintahkan.
"Den Elvino, ada perlu apa, kenapa harus ke dapur sendiri?" tanya Mbak Eet asisten rumah tangga di keluarga Wijaya.
"Itu Mbak, minta air putih, tapi hangat, sama tolong buatkan teh juga," jawab El seraya duduk di minibar yang ada di dalam dapur. Sambil menunggu Mbak Eet menyiapkan apa yang dia butuhkan. Percayalah, jika bukan untuk makan, Elvino tidak pernah menginjakkan kakinya di dalam dapur bersih.
Namun, malam ini dengan terpaksa dia pergi ke sana. Hanya untuk mengambil segelas air putih hangat dan air Teh. Untung saja hal tersebut tidak mengurangi kadar kegantengannya.
"Ini Den, pasti untuk Non Adel ya," tebak si Mbak Eet seraya memberikan nampan kecil lengkap dengan teh hangat.
Huem, terima kasih," El tidak menjawab iya, dia hanya berdehem dan menerima nampan tersebut dan kembali lagi ke lantai atas.
Sedangkan keluarga yang lainnya lagi berkumpul di depan dan tengah rumah, karena acaranya lagi berlangsung. Nyonya Risa yang mengetahui dari adik iparnya. Bahwa Adel pergi ke kamarnya diikuti oleh El langsung meninggalkan para tamunya.
"El, kamu sudah datang," ucap wanita paruh baya itu ketika melihat kedatangan anaknya. "Letakan di atas meja yang ini," tunjuk nya pada meja samping tempat tidur.
El hanya menurut, setelah itu dia bersiap-siap mau pergi lagi dari sana. Namun, sang mama kembali mencegahnya. "El, kamu mau kemana? Cepat sini, bantu pijit telapak kaki Adel, agar dia bisa lebih baikan. Soalnya kata Tante Mona harus dipijit telapak kakinya," perkataan Nyonya Risa tentu saja membuat mata El seakan hampir keluar semuanya. Cowok setampan dia harus memijit kaki seorang gadis yang tidak dia sukai.
"El, kenapa kamu malah diam? Ayo cepat sini bantu Mama,"
"Mama... El mau ke---"
"Ma, eum... tidak usah! Adel sudah mulai baikan," sela Adel karena dia juga tidak mau Elvino menyentuh kakinya. Namun, ingin menolak secara langsung pun tidak mungkin, karena ada Nyonya Risa di sana.
Wanita paruh baya itu sangat baik, jadi untuk mengecewakan beliau, Adel juga tidak mau. Apabila dia menolak, sudah jelas calon ibu mertuanya akan tersinggung. Itu menurut pikiran Adel sendiri.
"Sudah, tidak apa-apa! El sangat pintar bila memijit kaki seseorang, jadi kamu tinggal menikmatinya saja ya," dusta Nyonya Risa ingin mengambil kesempatan untuk mendekatkan kedua calon pengantin tersebut.
Jika tidak dimulai dari sekarang, bagaimana mungkin Elvino dan Adelia bisa tinggal dalam satu rumah. Apalagi rencananya setelah acara besok pagi Elvino akan membawa sang istri tinggal bersamanya di Apartemen.
"Dasar gadis kampung! Benar-benar merepotkan. Awas kamu ya, akan kubalas semuanya, ketika kita sudah sampai di Apartemen. Mama juga, memangnya semenjak kapan aku menjadi tukang pijit dadakan, aneh-aneh saja,"
Gerutu Elvino didalam hatinya yang semakin geram pada Adelia. gara-gara gadis itu malam ini dia disuruh-suruh oleh mamanya.
"Nah begitu dong, nanti apabila kalian sudah tinggal di Apartemen. Jika Adel mengalami muntah-muntah, kan kamu bisa membantunya. Jadi harus dibiasakan dari sekarang," kata Nyonya Risa tersenyum. karena anaknya menuruti apa yang ia inginkan. Meskipun dia tahu bahwa Elvino lagi menahan kesal atas permintaannya.
"Ja--jangan terlalu keras, aku tidak kuat menahan sakit," Adelia meringis sakit karena El memijit kakinya cukup keras.
"El, lakukan dengan benar," kata Nyonya Risa menatap putranya penuh ancaman. Lewat mata tersebut seakan lagi berkata. El, turuti perintah Mama. Jika tidak, awas kamu tidak akan memberi uang jajan. Sebab sampai sekarang pemuda yang bernama lengkap Elvino Raditya Wijaya itu masih diberi jatah bulanan oleh kedua orang tuanya, karena Elvino mana pernah bekerja. Dia hanya tahunya bersenang-senang dan menghamburkan uang pemberian dari kedua orang tuanya.
Tuan Arka yang sibuk mengurus pekerjaan seorang diri. Membuat Elvino berbuat sesuka hatinya. Makanya terjadi musibah di mana harus melibatkan Adelia. Itu semua juga akibat dari pergaulan bebas Elvino o yang setiap malamnya pergi ke bar untuk mabuk-mabukan atau hanya sekedar bersenang-senang saja.
Sejauh ini Elvino dan kedua sahabatnya, memang belum pernah bermain wanita-wanita malam. Mereka hanya sekedar berpacaran dan tidak lebih dari itu.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Aska
vino ini gak ada kelebihan nya bisa nya cuma bikin orang naik darah
2023-07-01
0
Fatima Azzahra
kenapa aku bawaannya emosi terus sama Elvino. apa bawaan bayi Adel pindah ke aku. mau marah koq El nggak merasa bersalah gitu yah kak
2023-04-07
2
Kar Genjreng
elvino belum tau coba dirimu yang hamil 🤰🤰🍆muda. semoga ganti an ngidam nya...jadi elvino yang ngidam
2023-03-19
1